Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Didera Skandal Jam Tangan

Wakil PM Thailand Ini Diduga Miliki Koleksi Jam Tangan Jutaan Dolar
Oleh : Redaksi
Jum\'at | 26-01-2018 | 10:02 WIB
pamer-jam-tangan.jpg Honda-Batam
Grafik yang dibuat oleh CSI-LA menunjukkan sejumlah jam tangan yang diduga dikenakan oleh Wakil Perdana Menteri (Sumber foto: ABC)

BATAMTODAY.COM, Thailand - Salah satu pria paling berkuasa di pemerintahan militer Thailand tengah menjadi sorotan karena kecintaannya terhadap jam tangan mahal.

Komisi Anti-Korupsi Nasional Thailand sedang menyelidiki dugaan Wakil Perdana Menteri, Jenderal Prawit Wongsuwan, tampil di depan publik mengenakan 25 jam tangan mewah berbeda, dengan total nilai estimasi sebesar 1,5 juta dolar (atau setara Rp15 miliar).

Skandal itu bermula saat Jenderal Prawit difoto terlihat melindungi matanya dari sengatan sinar matahari saat pemotretan, memperlihatkan sebuah jam yang tampak mewah.

Jam itu diidentifikasi oleh warga Thailand di media sosial sebagai jam tangan merek Richard Mille RM29, senilai $ 100.000 (atau setara Rp 1 miliar).

"Orang-orang Thailand marah ... ini adalah jam untuk bintang film, bukan Jenderal yang ingin memerangi korupsi," kata seorang warga Thailand yang mengelola sebuah halaman Facebook yang bernama CSI-LA.

Ia berbicara dengan ABC dari Amerika Serikat tanpa menyebut nama tentang perannya dalam mengumpulkan dan menerbitkan informasi tentang jam tangan Jenderal Prawit.

Skandal jam tangan tersebut telah menarik perhatian warga Thailand, terutama mengingat junta militer menggulingkan pemerintah terpilih pada 2014, berjanji untuk mengatasi korupsi.

Dalam beberapa pekan terakhir, detektif amatir daring telah melacak foto dan video lama untuk menemukan lebih banyak jam tangan, tak ada satupun dari barang itu yang diumumkan di daftar aset Jenderal Prawit.

"Masalahnya adalah bagaimana ia mendapatkan semua aset ini," kata Srisuwan Janya, sekretaris jenderal 'Asosiasi untuk Melindungi Konstitusi Thailand'.

"Nilai jam tangan ini lebih dari 30 juta baht [$ 1,2 juta atau setara Rp12 miliar] dan pendapatannya yang berasal dari para pembayar pajak sekitar 2 juta baht [$ 94.000 atau setara Rp940 juta] per tahun," kata Srisuwan.

Jenderal Prawit mengatakan bahwa seorang teman pengusaha kaya meminjaminya jam tangan, tapi itu belum meyakinkan banyak orang Thailand, sebagian karena teman yang disebut-sebut itu meninggal tahun lalu.

Komisi Anti-Korupsi Nasional Thailand sedang menyelidiki, namun kepala badan tersebut juga tentara, yang ditunjuk oleh junta, yang pernah bekerja secara langsung untuk Jenderal Prawit.

Kaviar dan layanan mewah

Ini bukan pertama kalinya Wakil Perdana Menteri itu menjadi pusat skandal.

Pada tahun 2016, ia dituduh makan kaviar dengan pesawat charter seharga 822.000 dolar (atau setara Rp 8,22 miliar) ke Hawaii untuk konferensi pertahanan selama tiga hari, termasuk pengeluaran $ 23.000 (atau setara Rp230 juta) yang digunakan untuk makanan dalam penerbangan.

Boeing 747-400 memiliki kapasitas 416 penumpang namun delegasi pertahanan hanya 38 orang.

Sebagai Menteri Pertahanan, Jenderal Prawit juga memimpin belanja militer, memesan kapal selam dan tank.

Pemerintah militer sejauh ini telah mendukung sang Jenderal.

"Anda mungkin lupa bahwa ini adalah masalah pribadi ... kekurangan pribadi," kata Perdana Menteri Jenderal Prayut Chan-o-cha, dikutip surat kabar Bangkok Post.

Jenderal Prawit dianggap sebagai pendukung utama Jenderal Prayut dan negosiator ulung di dunia politik Thailand.

Skandal jam tangan itu berisiko mencemari kedua pria tersebut pada masa kritis junta.

Meskipun berjanji untuk mengadakan Pemilu pada bulan November, ada langkah-langkah untuk menunda pemungutan suara untuk tahun keempat berturut-turut, dengan petunjuk bahwa Jenderal Prayut bisa bertindak sebagai "Perdana Menteri di luar lingkaran" atau bahkan memimpin sebuah partai baru yang didukung militer.

"Saya pikir, Pemerintah gagal dalam ujian untuk menekan korupsi dan kesalahan yang serius," kata aktivis anti-korupsi, Srisuwan Janya.

"Orang-orang membandingkan [skandal jam tangan] ini dengan cara pemerintah secara serius menekan pemrotes atau politisi yang berada di pihak yang berlawanan," kata Srisuwan.

"Tapi ketika kasus ini terjadi, dengan tokoh kuat di dalam Pemerintah, Perdana Menteri tidak mengatakan apapun atau mengirim sinyal apapun untuk menyelesaikan masalah ini dengan pasti," katanya.

Waktunya sudah habis

Satu orang bertekad untuk tetap membuat kasus ini berada dalam sorotan.

Ekachai Hongkangwan adalah seorang kritikus junta yang terkenal.

Ia juga sempat dipenjarakan lebih dari tiga tahun karena telah menjual salinan dokumenter ABC tentang pria yang sekarang menjadi raja Thailand.

belakangan ini, perhatian Ekachai terpusat Jenderal Prawit dan aksinya menarik massa.

Ia muncul di sejumlah acara yang dihadiri Wakil Perdana Menteri itu dengan sebuah spanduk dan pilihan jam tangan murah yang melingkari lengannya.

"Saya mencoba memberi [sebuah] jam tangan dan poster untuk Prawit Wangsuwan ... ia mengatakan bahwa ia seorang tentara tapi ia pengecut, lebih pengecut lebih dari orang banyak," kata Ekachai.

Teks yang ditulis untuk aksi Ekachai itu adalah "sudah waktunya" bagi junta militer untuk menyerahkan kekuasaan kembali kepada sipil.

"Masanya pemerintah ini sudah habis," kata Ekachai.

Berbicara seperti ini bisa berbahaya.

Tak lama setelah Ekachai berbicara dengan ABC pada hari Selasa (23/1/2018), ia diserang di jalan, dipukul berulang kali oleh seorang pria yang menuduhnya menentang monarki Thailand.

Ekachai mengatakan bahwa ia tak akan gentar melakukan demonstrasi serupa di masa depan, dengan mengatakan bahwa reaksi keras tersebut menunjukkan bahwa kampanyenya berdampak.

Sumber: ABC
Editor: Udin