Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Desa Numbing Bintan Tak Ubahnya seperti 'Bunga Layu sebelum Mekar'
Oleh : Harjo
Minggu | 31-12-2017 | 20:30 WIB
transportasi_numbing.gif Honda-Batam
Salah satu transportasi antar pulau yang digunakan masyarakat Desa Numbing untuk berpergian (Foto: Harjo)

BATAMTODAY.COM, Bintan - Kehadiran perusahaan karet PT Numbing Jaya, sempat memberikan semangat untuk perkembangan dan kemajuan bagi warga Desa Numbing, Bintan. Namun, beberapa tahun terakhir keberadaan perusahaan yang sudah berdampak positif terhadap kemajuan Desa Numbing itu, justru sekarang sudah tidak lagi membawa harapan.

Wartawan BATAMTODAY.COM, Harjo yang tengah berada di Numbing melakukan penelurusan dan investigasi mengenai hal itu, beberapa waktu lalu. Rupannya, PT Numbing Jaya mulai melakukan pengurangan tenaga kerja. Berikut penelurusannya.

Desa Numbing sempat dihuni oleh 1.000 kepala keluarga (KK) yang sebagaian besar berstatus sebagai pekerja di perusahaan karet PT Numbing Jaya. Kini hanya tinggal 700 KK saja karena yang telag di PHK telah meninggalkan Desa Num bing Jaya, setelah berstatus sebagai pengangguran.

Dampaknya, sejumlah warung sembako terpaksa ditutup, karena sudah tidak ada penghuninya. Di warung sembako ini, merupakan bagian dari fasilitas rumah yang diberikan PT Numbing Jaya bagi karyawannya. Fasilitas rumah perusahaan perkebunan karet itu, sudah menyatu dengan pemukiman penduduk setempat.

Kehadiran perusahaan perkebunan dan pengolahan karet, salahsatu dampak positifnya adalah perkembangan jumlah penduduk. Itu terbukti dengan sudah berdirinya Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) I Bintan Pesisr (Binsir), yang sebelumnya adalah SMAN 7 Bintan dan menjadi sekolah setara SMA yang wewenang pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).

Sejak semakin banyaknya warga Desa Numbing yang terdiri dari tiga pulau berbeda yang menjadi wilayah perkebunan karet, mulai meninggalkan desa ini, warga mulai merasakan dampaknya terutama secara ekonomi.

Bagaimana tidak, sejumlah warung sembako memilih tutup dan membuka usaha ditempat lain. Pada hal sebumnya, sejumlah warung sembako ini lah yang menjadi salahsatu sumber kebutuhan warga setempat.

Selama dua hari wartawan BATAMTODAY.COM di desa Numbing, mendapat informasi langsung dari sejumlah warga termasuk unsur Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Sabastian Losor Usman selaku Kepala Desa Numbing.

Sabastian secara blak-blakan mencerikatan, kebangkitan dari perusahaan perkebunan karet, memang sangat dinanti oleh masyarakat Numbing khususnya dan umumnya. Karena keberadaan perusahaan ini, sangat berarti dalam perkembangan dan kemajuan daerah ini, terutama ekonomi masyarakat.

"Bukan hanya sektor ekonomi, sektor infrastruktur dan fasilitas lainnya keberadaan perusahaan ini, telah memberikan konstribusi yang sangat besar," ungkapnya.

Walau pada saat ini, keberadaan perusahaan tesrsebut sedang mengalami kemunduran dari mempekerjakan sekitar 1000 karyawan dan saat ini tidak lebih dari 500 karyawan. Namun peran sertanya terhadap desa masih melekat, diantaranya untuk fasilitas penerangan desa dan fasilitas lainnya.

Artinya, bukan berarti secara keseluruhan perkembangan desa bergantung pada perusahaan perkebunan karet. Sehingga pada saat ini, pemerintah desa selain mencari pola pengembangan dan kemajuna desa dari segi pengolahan sumberdaya alam, juga mencoba meningkatkan Suber Daya Manusia (SDM) agar masyarakat desa ini bisa semaiin mandiri untuk kesejahteraan keluarganya.

Sebaliknya, keberadaan perusahaan perkebunan sangat diharapkan, akan kembali bangkit dan maju. Sehingga kemajuan perusahaan dan perkembangan jumlah penduduk bisa seiring, untuk kemajuan masyarakat yang ada di sekitarnya.

Dari sisi lain, upaya peningkatan SDM selain pendidikan formal, masyarakatnya pun akan terus di latih agar memiliki skil atau keterampilan. Mengingat untuk bidang pendidikan formal di Desa Nubing sudah ada tiga sekolah tingkat SD, satu SMP dan satu SMA, walau dengan fasilitas masih terbilang standar namun sudah berjalan, hanya tinggal pengembangan dan penambahan fasilitasnya.

"Walau siswa terutama tingkat SMA harus berjuang mengarungi lautan dan kiloan meter jalan darat dengan melintasi hutan karet serta jalan yang bergelombang dan berlubang. Tetapi semangat menuntut ilmu bagi para generasi penerus bangsa, masih tetap tinggi," katanya.

Walau pun saat ini Desa Numbing, ibarat ' Bunga yang layu sebelum mekar', namun semangat serta harapan tetap tinggi. Sehingga kepedulian dari pemerintah serta instansi terkait, tentunya sangat diharapkanaagar keberlangsungan untuk kemajuan daerah bisa semakin berkembang.

Sebaliknya generasi muda sebagai penerusnya, memiliki daya saing di segala bidang, seperti daerah lainnya. Karena krmajuan suatu daerah jelas tidak terlepas dari peran serta para pemudanya.

Editor: Surya