Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Jemaat di Mojokerto Rayakan Natal dengan Baju Adat Nusantara
Oleh : Redaksi
Senin | 25-12-2017 | 11:30 WIB
natalan_baju_daerah.jpg Honda-Batam
Gereja Katolik Santo Yosep di Kota Mojokerto mewajibkan semua jemaat mengenakan pakaian adat nusantara saat mengikuti Misa Natal pada Minggu (24/12). (Foto: CNN Indonesia/Kurniawan Dian)

BATAMTODAY.COM, Mojokerto - Perayaan Natal di Gereja Katolik Santo Yosep, di Jalan Pemuda, Kota Mojokerto, Jawa Timur berjalan unik. Setiap jemaat gereja yang mengikuti ibadah malam misa Natal diwajibkan mengenakan pakaian adat Nusantara dari berbagai daerah di Indonesia.

Ada baju adat khas Jawa yakni kebaya, baju khas Minang, dari Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), sampai pakaian adat dari Papua. Semuanya menyatu dalam satu gereja saat ibadah Misa Natal, Minggu (24/12) petang.

Pemakaian baju adat Nusantara ini bertujuan untuk merefleksikan kekayaan budaya di Indonesia, sekaligus untuk mempersatukan berbagai suku di tengah maraknya isu suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dan ujaran kebencian di media sosial.

“Tema Natal tahun 2017 ini kita pakai tema Damai Sejahtera Nusantara. Kita pakai pesan panggilan hidup bernegara dan hidup menggereja,” tutur Romo Gereja Katolik Santo Yosep Romo Agustinus Eko Wiyono.

Dia menambahkan, di Gereja Katolik, memang terkenal dengan slogan ‘Katolik Seratus Persen Indonesia’ sehingga nuansa yang diterapkan dalam natal kali ini adalah nuansa Nusantara. “Mengingat kita ini hidup bukan hanya aktif ke dalam, tapi juga ambil bagian dalam hidup kebangsaan,” katanya.

Salah seorang jemaat asal Flores, Nusa Tenggara Timur yang sudah berdomisili di Mojokerto, John Lobo mengaku bangga dengan tema natal di gereja pada tahun ini.

Dengan tema itu, John merasa leluasa menunjukkan identitas aslinya dengan berpakaian adat NTT.

“Saya sangat menaruh apresiasi luar biasa tentang tema natal tahun ini. Kenapa? Karena saya bisa menunjukkan identitas asli saya, bahwa saya memang bagian suku yang ada di Indonesia,” ucapnya.

John juga berharap dengan tema yang diusung gereja pada tahun ini, kedamaian dan kebinekaan yang sudah terajut selama ini tetap terjalin sampai kapan pun meski serangan isu SARA sangat gencar terjadi, terutama di media sosial.

“Ini kekayaan kita, kekayaan Indonesia. Dengan kebinekaan yang harmonis, setiap orang bisa menunjukkan identitas masing-masing untuk eksistensinya,” ujar John.

Malam Misa Natal di Gereja Katolik Santo Yosep diikuti hampir 2000 jemaat dan berjalan khidmat dan damai. Meski mendapat pengawalan ketat dari pihak kepolisian dan Banser NU, hal itu tidak membuat para jemaat khawatir terhadap ancaman teror.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Dardani