Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Demi Keselamatan, Nelayan di Kijang Dilarang Berlayar Sampai 25 Desember
Oleh : Syajarul Rusydy
Jum\'at | 22-12-2017 | 12:02 WIB
kapal-nelayan-kijang.jpg Honda-Batam
Salah satu kapal nelayan di Kijang, Bintan. (Foto: Syajarul Rusydy)

BATAMTODAY.COM, Bintan - Angin utara disertai ombak yang mencapai 5-6 meter diperairan Kepri, memebuat KSOP Kelas II Tanjungpinang di Kijang, melarang kapal nelayan berlayar, sampai cuaca kembali membaik. Hal ini demi kesealamatan pera nelayan yang mencari nafkah di laut.

Kepala Kantor KSOP Kijang, Sanggam Marihot melalu Seksi Keselamatan Berlayar, Penjagaan dan Patroli Kantor KSOP Kijang, Hendri menyapaikan, pihaknya sudah melarang kapal kapal nelayan untuk berlayar, untuk sementara ini.

"Demi keselamatan, kita sudah melarang agar kapal nelayan yang ada di Kijang, untuk tidak dulu berlayar. Karena ombak masih mencapai 5-6 meter," sebut Hendri saat ditemu di Kantor KSOP Kijang, Jumat (22/12/2017).

Kapal nelayan diizinkan berlayar kembali pada 25 Desember mendatang, karena saat itu cuaca mulai membaik. Hal ini, dilihat dari parkiraan cuaca BMKG.

"Kalau dari perkiraan cuaca BMKG, ombak mulai tenang pada 25 Desember. Jadi kapal nelayan baru boleh berlayar, ketika ombak sudah bersahabat," ujar Hendri.

Sementara untuk kapal kapal Pelni, masih diizinkan berlayar, mengingat rute yang dilalui mengarah keselatan. Dengan bobot yang besar, cuaca saat ini masih bisa dilalui.

"Kalau kapal Pelni masih kita izinkan, selain bobot kapal besar, jalur yang dilaluinya mengarah keselatan, jadi tidak terlalu dikawtirkan bakal dihantam ombak," kata Hendri.

Saat disinggung soal kaca di dek dua KM Bukit Raya yang pecah dihantam ombak beberapa waktu lalu, Hendri menjelaskan, tidak ada kaca yang pecah di kapal tersebut, pihaknya bahkan sudah mengecek dengan detail kondisi kapal yang dimaksud.

"Nah ini perlu dijelaskan, jadi gak ada kaca yang pecah. Namun lis yang terbuat dari besi untuk kaca itu, sudah termakan usia sehingga mengalami retak dan membuat air laut merembes masuk ke dalam," tutur Hendri.

Editor: Gokli