Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Dengan Mina Padi, Satu Hektar Lahan Bisa Dapat Omset Rp120 Juta
Oleh : Redaksi
Sabtu | 09-12-2017 | 19:50 WIB
Mina-padi.jpg Honda-Batam
Sigit Paryono mengatakan Mina Padi lebih menguntungkan petani sampai puluhan bahkan ratusan juta rupiah (Sumber foto: BBC Indonesia)

BATAMTODAY.COM, Sleman - Mina Padi yang merupakan integrasi antara pertanian dan budidaya ikan dalam satu lahan, dapat meningkatkan omset para petani sampai tiga kali lipat, tetapi tak banyak petani yang dengan mudah beralih ke Mina Padi.

Sigit Paryono melemparkan pakan ikan ke kolam di lahan sawahnya di Dusun Cibluk, Margoluwih Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ikan-ikan itu tampak dengan gesit berenang menyambut makanan mereka. Puluhan ikan Nila dan Emas lain tampak berenang diantara rumpun padi di sawah.

Sigit mengatakan budidaya ikan di lahan persawahan ini sudah dilakukan secara tradisional oleh kakeknya, tetapi dia baru mengembangkannya beberapa tahun terakhir.

Mina padi, menurut Sigit, lebih menguntungkan dibandingkan sawah konvensional.

Dia mengaku pernah mendapatkan omset sekitar Rp120 juta rupiah dari satu hektar sawah dari padi dan ikan.

"Kalau padi biasa (keuntungan) per 1.000 (meter) itu sampai Rp1,5 sampai Rp2 juta itu sudah bagus, untuk mina padi keuntungan Rp4-5 juta jadi sekitar 3 kali lipat," jelas Sigit.

Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto mengatakan secara ekonomi, keuntungan petani dapat meningkat tergantung dari komoditasnya.

"Kalau dengan udang galah bisa besar lagi, bisa menghasilkan 1-2 ton per hektar dengan harga sekitar Rp90 ribu untuk size 40 centimeter, bisa mencapai keuntungan 80-100 jutaan," jelas Slamet.

Dia memperkirakan integrasi padi dan budidaya ikan bisa meningkatkan pendapatkan petani sampai Rp60 juta per hektar.

Keuntungan lain dari mina padi, menurut Sigit, petani masih dapat keuntungan jika mengalami gagal panen.

"Keunggulan lainnya, (sawah) konvensional itu sudah habis modal ga kembali, kalau mina padi kita ada harapan dari ikannya.



Tanpa pestisida dan bebas hama

Selain keuntungan ganda yang didapat dari lahan mina padi, harga jual padinya pun lebih mahal dibandingkan dengan padi biasa, karena bebas pupuk kimia.

"Awalnya kita pakai pupuk tapi terus berkurang, sampai sekarang gak usah pake, nih liat padinya ga kalah dengan yang pake pupuk toh, besar-besar, kotoran ikan yang membantu (pertumbuhan padi)," jelas Sigit sambil menunjuk ke lahan padi yang berada di dalam genangan air kolam.

Mina padi ini menggunakan 'pendekatan ekosistem' dan secara perlahan akan menghilangkan ketergantungan terhadap penggunaan pestisida.

Kualitas padi dari lahan mina padi, menurut Slamet, juga lebih baik setelah diuji padi dari mina padi memiliki kadar glukosa yang lebih rendah.

"Cocok untuk penderita diabetes, permintaan pun semakin banyak," kata dia.

Keuntungan lain dari sistem mina padi adalah petani masih mendapatkan keuntungan walaupun padinya terkena hama.

"Contohnya padinya terkena hama, kita bisa potong dan ikannya kita tambah pakan lagi 'kan masih (tetap) bisa dipanen," kata Sigit.

Meski begitu, Sigit menyebutkan mina padi lebih kebal hama dibandingkan sawah biasa.

"Antara lain hama wereng dan tikus tidak ada, yang ada ya berang-berang," kata Sigit.

Berang-berang biasanya menyerang ikan-ikan dan bisa merusak tanaman padi juga karena mereka berenang di sela-sela rumpun padi.



Tak banyak peminat dan 'mahal'

Meski mina padi lebih menguntungkan, kenyataannya tak banyak petani yang berminat beralih dari sawah konvensional. Sigit mengakui mengelola mina padi tak mudah dan cara kerjanya berbeda dengan petani biasa.

"Mengelolanya kebanyakan ga bener seperti kasih pakannya (cara) buat caren dan kolam dalem itu ga sesuai, jadi malah rugi, kuncinya di perawatan dan kolamnya harus dalam, kalau petani konvensional itu kan agak sulit karena harus kehilangan lahan beberapa kan, padahal hasilnya lebih untung," kata Sigit.

Selain itu, setiap malam Sigit juga harus mengawasi dan menyalurkan air sungai ke dalam kolam agar kedalaman kolam terjaga.

"Kan kita ke luar cari air, kita isi penuh (kolam) yang mina padi ini, kalau petani biasa kan lihat sawah seminggu sekali, agak susah kalau ga tekun," kata pria yang semula merupakan peternak ikan ini.

Sulitnya mengelola mina padi itu membuat anggota kelompok taninya menyusut, dari jumlah 50 orang, kini hanya tersisa 10 orang. Selain di Cibluk, percontohan Mina Padi juga ada sejumlah desa di Kabupaten Sleman dan Kulon Progo.

Kepala bidang Perikanan Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sleman, Sri Purwaningsih, juga mengakui sulit untuk mengajak petani beralih ke mina padi, walaupun lebih menguntungkan.

Untuk itu dinas pertanian kabupaten Sleman melibatkan para petani muda untuk mengelola mina padi.

"Kami sebagai lokomotif penggeraknya itu kaum muda yang punya kolam ikan, tetapi keluarganya atau ayahnya itu punya sawah, jadi mereka itu yang menjadi pilot projectnya, kalau mereka sudah bisa membuktikan, ternyata warga sekitarnya juga bisa tertarik pada mina padi. Ada 100 hektar dari potensi yang ada kurang lebih 2.000 hektar," jelas Kepala bidang Perikanan Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Sleman Sri Purwaningsih.

Selain membutuhkan lebih banyak waktu, biaya awal untuk membuat Mina Padi juga lebih mahal dibandingkan petani kovensional.

"Ya bisa mencapai 8 juta karena harus ada bibit ikan juga dan membuat kolam," kata dia.

Kementerian Kelautan dan Perikanan mengatakan sejak 2015 pemerintah bekerja sama dengan Badan Pangan Dunia FAO untuk mengembangkan mina padi di Sleman dan Kabupaten Limapuluh Kota Sumatera Barat, dengan luas 25 hektar tiap lokasi.

Kini, selain di provinsi DIY, mina padi juga diterapkan di sejumlah desa di Sumatera Barat, Jawa Barat antara lain Sukabumi.

Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto mengatakan sekitar 210 hektar lahan pertanian sudah menerapkan mina padi, dan rencananya pada tahun depan akan mengembangkan 300 hektar mina padi dengan anggaran Rp9 miliar.

"Bantuan yang kita berikan model percontohan bagi masyarakat, adalah model percontohan pada masyarakat itu ikannya, benih padinya itu dari mereka. Pembuatan sarennya, termasuk kita latih mereka berbudidaya, bantuan benih dan pakan kita kasih termasuk kita arahkan ke mana dijualnya untuk pasarnya," kata Slamet.

Namun, Slamet mengatakan tujuan utama pemberian bantuan untuk pengembangan mina padi ini untuk ketahanan pangan.

"Padi sumber karbohidratnya dan ikan sumber protein," kata dia.



Meski pemerintah memberikan bantuan, Slamet mengatakan masih ada petani yang menolak mengembangkan mina padi karena khawatir produksi padi turun dengan pembagian lahan sawah dan kolam ikan.

"Kita kurang ada dukungan, tapi sudah mulai meningkat dukungan karena karena sudah melihat langsung bahwa pengurangan lahan 20 persen tidak menurunkan produksi," kata Slamet.

KKP menyebutkan dari delapan juta hektar lahan pertanian di Indonesia, sekitar 4,9 juta di antaranya cocok untuk mina padi.

"Syaratnya butuh sistem irigasi teknis yang baik, karena butuh banyak air untuk kolam," kata dia.

Sumber: BBC Indonesia
Editor: Udin