Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Daik Berduka, Diterjang Banjir Bandang Hingga Kebakaran Hebat
Oleh : Bayu Yiyandi
Selasa | 28-11-2017 | 16:14 WIB
Daik-Berduka1.gif Honda-Batam
Bangunan Pasar Daik yang sudah rata dengan tanah akibat dilalap api dini hari tadi. (Foto: Bayu)

BATAMTODAY.COM, Daiklingga - Tepat dua hari usai pelaksanaan perhelatan akbar bertajuk Tamadun Melayu, wilayah Ibukota Kabupaten Lingga dilanda musibah yang menyayat hati.

Bagaimana tidak, setelah selama 10 hari bersuka ria dan tertawa dalam kegiatan Perhelatan tamadun Melayu, kini suasananya bagaikan 'Guruh tak berbunyi, Malang tak berbau'. Peristiwa memilukan dan menyisakan duka mendalam bagi masyarakat Daiklingga.

Dari mulai malam penutupan tamadun yakni tanggal 26 November 2017 lalu, ibukota Lingga dan sekitarnya seakan sudah diberi pertanda dari yang maha kuasa bahwa akan terjadi musibah yang begitu hebatnya.

Pertama hujan deras, diturunkan semalaman membuat ibukota dan sekitarnya dikepung banjir bandang atau yang sering disebut dengan masyarakat setempat Kojoh.

Kojoh ini mengakibatkan beberapa rumah, jalan, dan sekolah terendam dan tergenang air yang meluap. Anak-anak sekolah diliburkan dan aktivitas masyarakat sempat terhenti sejenak.

Banyak masyarakat yang menilai dengan hujan deras yang diturunkan ini merupakan suatu keberkahan bagi Kabupaten Lingga di usianya yang sudah bertambah menjadi 14 tahun.

Ditambah lagi dengan berkah berupa kado istimewa secara kedaerahan yakni hadirnya Wakil Presiden RI, Muhammad Jusuf Kalla dan Pahlawan Nasional Sultan Mahmud Riayat Syah (SMRS) III. Namun semua itu hanyalah euforia kesenangan waktu semata. Langit yang mendung dan hujan gerimis terus menetes jatuh ke bumi yang berjuluk Bunda Tanah Melayu ini.

Ribuan masyarakat yang sempat memadati dan menyesaki kota lama nan penuh bersejarah pada waktu itu kini hilang lenyap seketika. Ibukota yang riuh dan ramai kembali sepi. Lalu lalang bunyi suara gemuruh kendaraan terasa sunyi dari pagi, siang hingga malam hari.

"Hilang acara, hilang lah keramaian di Daik ini. Balek lagi sepi," begitulah ungkapan dari sekian banyak masyarakat yang bermukim disini.

Tetapi suasana itu tak bertahan lama, suara riuh dan bunyi kendaraan kembali terdengar memekak telinga. Bukan di siang hari, namun pada malam harinya suara itu berbunyi kembali.

Ada suara kendaraan dan ada juga suara ceria tawa dan kesedihan dari masyarakat. Suara-suara itu berkumpul disuatu tempat yang memiliki sejarah yang begitu panjang. Sejarah dalam perkembangan kejayaan Lingga dahulunya yakni di pasar Daik di Kampung Cina.

Agak terdengar aneh, biasa kebanyakan masyarakat ramai-ramai memenuhi suatu tempat megah ada acaranya. Tapi ini tidak, rupanya mereka menyaksikan api yang lagi menari-nari dengan lidahnya yang begitu panjang di pasar itu tepat pukul 01.00 WIB dini hari, Selasa (28/11/2017)

Api itu ternyata membakar bangunan tua pasar Daik yang memiliki peran pital dalam ekonomi masyarakat wilayah ibukota. Tak tanggung tanggung 59 bangunan berupa toko pakaian, sembako dan lainnya serta ruko dan rumah habis di makan si Api itu.

Para masyarakat yang menyaksikan terlihat sangat senang, ada yang mengabadikan momen itu melalui Handphone dan tablet. Dah ada juga yang kesana kemari menyirami api itu dengan air.

Tapi Moment itu tak berlangsung lama, tak seperti acara tamadun yang sampai 10 hari lamanya berjalan. Cuma dalam beberapa jam, api tadi membuat puluhan bangunan itu luluh lantah tanpa tersisa. Rata semuanya.

Sebagian masyarakat yang menyadari merasa tersayat hatinya, sehingga beramai ramai menyerukan kata "Daikberduka" bukan "Daikbersuka".

Semoga musibah ini ada hikmah dibaliknya. Semua itu sudah diatur oleh-Nya. Alhasil sebagian mereka pun menulis pengingat di masing-masing note nya. "28 November 2017, Pasar Kampung Cina Terbakar," ujar warga.

Dini hari kabarnya lebih kurang pukul satu malam atau mungkin jam dua belas lewat, Daik tersentak dengan kebakaran di Kampung Cina. Seperti peribahasa yang berbunyi 'Geruh tak berbunyi Malang tak berbau', begitulah musibah yang terjadi di Kampung Cina. Lima puluh sembilan (59) bangunan habis terbakar menjadi abu dan arang.

Penikmat sejarah selalu mengenang deretan kedai-kedai lama yang berderet-deret di kiri kanan jalan. Kami yang sering berjalan di emperan berlantai kayu di depan kedai Pak Ngah Aseng. Melewati lorong dekat kedai kak Ageng menuju pasar ikan lama. Semua tinggal kenangan.

Turut berduka cita atas musibah yang terjadi di kampung Cina. Semoga diatas puing-puing reruntuhan kembali bangkit menjadi lebih maju dan berjaya. Amin.

Bunyi salah satu memo satu dari masyarakat yang menyerukan kata "Daik berduka, banjir dan kebakaran terjadi dalam seketika,".

Editor: Yudha