Kini, Bidan Desa Tanjungbanun Bisa Lakukan Persalinan di Malam Hari
Oleh : Irwan Hirzal
Kamis | 09-03-2017 | 08:12 WIB
bindes1.jpg

Situasi Desa Tanjungbanun Kelurahan Sembulang Kecamatan Galang Kota Batam dan seorang warganya, S Panjaitan. (Foto: Ist)

SEKARANG, warga Tanjungbanun sudah berani berobat di malam hari. Karena sudah ada penerangan, meski terbatas. Paling tidak, bidan desa pun berani melakukan persalinan di malam hari. Bayangkan, bagaimana proses persalinan itu jika hanya diterangi oleh lampu templok? Berikut penuturan seorang warga Tanjungbanun, Kecamatan Galang, Kota Batam, S Panjaitan, Rabu, 8 Maret 2017.

Desa Tanjungbanun, Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang, Kota Batam, hanya berjarak sekitar 40 kilometer dari titik nol Kota Batam. Tapi, sudah puluhan tahun pasokan listriknya masih terbatas.

Saat ini, mereka hanya bisa menikmati listrik mulai dari pukul 18.00 hingga 23.00 WIB, itu pun dengan daya yang terbatas. Satu kepala keluarga hanya dapat pasokan 2 amper. Sedangkan genset bantuan pemerintah, hidupnya cuma lima jam saja sehari, selebihnya gelap. Itu pun harus mereka bayar Rp100 ribu per bulan.

Untungnya, awal tahun 2016 lalu, ada bantuan 6 unit solar cell dari Bright PLN Batam. Itu pun hanya diperintukkan bagi dua masjid, poliklinik desa dan akses jalan masuk ke perkampungan.

Lalu, pada akhir tahun 2016, Bright PLN Batam kembali menambah bantuan solar cell sebanyak 6 unit lagi. Semua itu, masih belum cukup untuk melistriki 300 rumah warga desa tersebut.

Sebelum ada bantuan solar cell itu, poliklinik dea hanya melayani warga siang hari saja. Karena kalau malam tak bisa ngapa-ngapain. Tapi berkat bantuan Bright PLN Batam itu, kini bidan desa bisa melayani warga bisa 24 jam.

Bosan dengan pasokan listrik yang terbatas itu, warga Desa Tanjungbanun pun berharap dapat pasokan listrik 24 jam. Tak peduli dipatok tarif berapa pun, yang penting mereka dapat menikmati hidup layaknya masyarakat yang tinggal di Kota Batam.

"Mau tarif nasional, mau tarif PLN Batam, kami bersedia bayar, asalkan kami bisa nikmati listrik 24 jam," tegas S Panjaitan mewakili warga Desa Tanjungbanun.

Sementara itu, pihak Bright PLN Batam pernah melakukan survey dan pemetaan lokasi untuk penyambungan kabel listrik dari tiang di Jalan Trans Barelang, sampai ke Tanjungbanun.

Tapi, sepertinya belum ada tanda-tanda pemasangan, karena memang jarak dari jalan utama itu ke kampung kami sekitar 6 kilometer, butuh sekitar 200 tiang listrik agar kabel sampai ke kampung.

Masyarakat Tanjungbanun pun sudah pernah mengajukan pemasangan listrik ini di setiap kali Musrembang, mulai dari tingkat kelurahan dan kecamatan. Tapi, sampai hari ini belum membuahkan hasil.

Sementara itu, Humas Bright PLN Batam Suprianto mengungkapkan, pihaknya siap bekerjasama dengan pemerintah untuk membangun dan mengembangkan pelayanan hingga ke wilayah wilayah pesisir, seperti ke wilayah Galang dan sekitarnya. Saat ini, fasilitas listrik di wilayah pesisir sekitar Pulau Galang baru menikmati aliran listrik hanya 5-6 jam sehari.

Sebagai perusahaan pelayanan publik, Bright PLN Batam siap mengaliri listrik 24 jam bagi masyarakat pesisir di Rempang Galang dan Galang Baru. Dan, untuk menuju tahap tersebut, anak perusahaan PT PLN Persero itu juga telah membangun fasilitas listrik untuk warga pesisir yang tinggal di Tanjungbanun Galang. Tapi, karena terkendala bahan bakar, maka hanya dapat mengaliri listrik ke rumah warga hanya 6 jam per hari.

"Sebagai perusahaan pelayanan publik, pihak bright PLN Batam siap mengaliri listrik 24 jam ke Tanjungbanun dan sekitarnya, seperti yang saat ini sudah dilakukan perusahaan tersebut di Wilayah Sembulang Batam. Tapi untuk membangun jaringan itukan ada regulasi yang harus dijalani dan biaya, itu yang harus diperhitungkan, mengingat wilayah Tanjungbanun itu masih termasuk wilayah kerja PLN Persero Riau dan Kepulauan Riau,” terangnya.

Untuk itu, Bright PLN Batam akan berkoordinasi dengan PT PLN Persero untuk pembangunan instalasi tersebut. Karena, wilayah wilayah Pesisir di Galang saat ini masih di bawah manajeman PT PLN Persero yang berkantor di Pekanbaru.

Salah satu solusinya, PT PLN Persero membangun instalasi, sedangkan PLN Batam yang mengaliri dayanya. Atau, dibangun bersama-sama. Jika tidak ada titik temu, bisa juga Bright PLN Batam menempatkan mesin pembangkit di Desa Tanjungbanun.

Tapi, semua itu tergantung pada bagaimana mesin pembangkit itu bisa beroperasi, kalau PLN Batam tak bisa membeli bahan bakarnya.

"Intinya, Brgiht PLN Batam siap komitmen akan mengaliri listrik ke pesisir, asalkan kemampuan kami mencukupi untuk hal itu," tegasnya.

Editor: Dardani