Ini Pengakuan Dodi, Tekong Kapal TKI Ilegal yang Tenggelam di Batam
Oleh : Hadly
Jum'at | 04-11-2016 | 15:07 WIB
Tekong-kapal-TKI1.jpg

Dodi (baju putih), tekong kapal pengangkut TKI ilegal yang tenggelam dan menewaskan puluhan orang penumpangnya di Perairan Nongsa, Batam. (Foto: Hadly)

BATAMTODAY.COM, BATAM - Dodi, tekong kapal pengangkut TKI ilegal yang tenggelam dan menewaskan puluhan orang penumpangnya di Perairan Nongsa mengatakan, penyebab kecelakaaan akibat badai dan menabrak karang.

Ia menjelaskan, dalam perjalanan menuju ke pantai Nongsa, tiba-tiba kapal menabrak karang karena air sedang surut. Hal itu menyebabkan kapal bocor.

"Saat kapal hendak menepi tiba tiba menabrak karang. ABK dan penumpang dewasa terjun ke laut untuk mendorong kapal ke tengah," kata Dodi, Jumat (4/11/2016).

Sambil meneteskan air mata, ia mengisahkan, saat berada ditengah laut, tiba-tiba badai datang disertai gelombang tinggi dan hampir membalikkan kapal. Mengetahui hal tersebut ia meminta Herman, pembawa kapal untuk membawa kapal segera ke darat.

"Namun badai itu datang lagi. Saya bilang sama Herman segera sorong ke darat, kandaskan cepat," ujarnya.

Namun, belum sempat tiba ke darat, kapal sudah mulai terbalik. Akhirnya seluruh ABK, tekong dan penumpangsudah terjun ke laut.

"Posisi jatuh kapal sekitar 1 mil dari laut. Sambil berenang saya mencari nelayan untuk minta tolong membantu," tuturnya.

Saat semua sudah melompat, Dodi mengaku masih sempat melihat kawannya Herman masih hidup, tapi tidak melihat ABK lainnya bernama Darus yang diketahuinya tidak bisa berenang.

"Kejadiannya begitu cepat. Saya tidak tahu kalau Darus masih hidup atau sudah mati. Ciri-cirinya berbadan kurus sedikit pendek menggunakan celana levis panjang," jelas Dodi.

Setelah selamat sampai ke darat, ia langsung melarikan diri ke Tanjungpinang namun berhasil ditangkap Satreskrim Polresta Barelang yang dipimpin Kompol Memo Ardian. Ia mengaku melarikan diri karena marasa ketakutan dan trauma.

"Saya takut dan trauma makanya saya lari. Sambil berenang saya teriaki nelayan minta tolong untuk membantu korban lain," ujar dia.

Ia mengatakan, kapal speedboat naas tersebut membawa dengan 93 penumpang, dua tekong dan satu ABK secara ilegal dari Malaysia. Kapal tersebut ternyata tidak dilengkapi GPS. Untuk satu kali rute ia mendapat upah sebesar Rp1 juta.

"Diluar Rp1 juta saya diintruksikan mengutip lagi Rp150 ribu per orang oleh bos. Kita hanya menjalankan tugas saja," ungkapnya tanpa mau menyebutkan siapa sosok dibalik tenggelamnya kapal tersebut.

Editor: Yudha