Aksi Keji Suami Aniaya Istri Sendiri

Bapak Pukul Kepala Mamak Pakai Piring
Oleh : Romi Candra
Kamis | 27-10-2016 | 10:14 WIB
suasanadirumahdea.jpg

Suasana rumah Dea sesaat setelah ayahnya, Sefrizal, membunuh ibunya. (Foto: Romi Chandra)

GADIS kecil itu tak sanggup membendung tangisnya. Sambil memegang fotocopy KTP milik ibunya, Dea (10), hanya terdiam. Butiran kristal bening terus meleleh dari sudut matanya. Gadis inilah yang menyaksikan ibunya dianiaya oleh ayahnya sendiri. Bagaimana aksi keji itu terjadi? Berikut liputan wartawan BATAMTODAY.COM, Romi Candra.

Dea tak percaya, nyawa ibunya meregang di tangan ayahnya sendiri. Tapi, itulah yang disaksikan dengan kedua mata kepalanya sendiri.

Ya, ibunda Dea, Suafrida (42), tewas setelah mendapat siksaan dari bapaknya sendiri, Sefrizal (47), di rumahnya di Kampung Pisang, Baloi Indah, RT 07 RW IV Lubukbaja, Rabu (26/10/2016) malam sekitar pukul 20.30 WIB.

Entah bagaimana nasib gadis tiga bersaudara ini ke depannya. Meski sudah menempati rumah sendiri, walaupun kecil, tentunya mereka akan terombang-ambing tanpa adanya keluarga, seperti perahu tanpa layar di lautan. Sang bapak akan mendekam tahunan lamanya di balik jeruji. Sedang ibunya pun sudah tiada.

BATAMTODAY.COM yang datang ke lokasi setelah kejadian, mendapati banyaknya kerumunan warga di rumah tersebut, untuk melihat polisi melakukan olah TKP. Dea, juga tampak memberikan keteranga pada polisi sambil menangis.

Gadis kecil yang masih polos itu, juga tanpa sungkan menceritakan bagaimana runut peristiwa yang disaksikannya sendiri, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Namun, pandangannya tidak pernah terlepas dari fotocopy ibundanya yang terus ia pegang.

Adzan yang memanggil waktu shalat Isya baru saja selesai dikumandangkan. Suasana di rumah kecil itu, semula sangat damai. Rumah yang dihuni sepasang suami istri, Sefrizal (47) dan Syafrida (42), serta tiga anak, Fitri (14), Dea (10), dan Maiza (4).

Seperti hari biasanya, semua isi rumah sibuk dengan kegiatan masing-masing. Seperti Dea sendiri, juga melakukan rutinitasnya, yakni belajar sebelum masuk waktunya untuk tidur. Begitu juga dengan Fitri yang duduk santai serta Maiza asik bermain.

Namun suasana tiba-tiba mencekam. Berawal dari sang bapak yang melihat Dea tidak belajar pada meja belajar yang ia gunakan biasanya, langsung menghardik si ibu dengan tuduhan memberikan meja belajar ke orang lain.

Merasa tidak melakukan tuduhan itu, Syafrida langsung membantah dengan mengatakan tidak pernah memberikan kepada orang lain.

Jawaban dari Syafrida, ternyata langsung menyulut emosi Sefrizal. Piring aluminium untuk makan yang ia pegang, langsung dipukulkan pada kepala istrinya sendiri.

"Kepala mamak langsung dipukul pakai piring yang dipegang bapak. Mamak merintih kesakitan sambil diduk dan kakak (Fitri) langsung memegangi mamak dari belakang," ungkap Dea.

Amarahnya ternyata tidak sampai di situ saja. Ia yang langsung memasang sepatu safety yang cukup berat serta jaket dan helem, kembali mendekati Syafrida dan menginjak bahu korban. Beberapa pukulan juga ia layangkan.

Tanpa peduli dengan kondisi istrinya yang merintih kesakitan, Sefrizal justru malah menendang bahu korban sangat keras. Kemudian ia pergi keluar rumah, berniat pergi bekerja sebagai tukang ojek.

Namun, ia justru lupa membawa kunci motor, dan kembali lagi ke rumah. Parahnya, bukannya hanya mengambil kunci, Sefrizal kembali menginjak istrinya, dan baru pergi meninggalkan rumah.

"Bapak sering pukul mamak. Tadi bapak nginjak mamak. Padahal mamak sudah kesakitan. Bapak balek lagi karena kunci tinggal, tapi kembali nendang mamak," ujar Dea dengan wajah menerawang, seperti membayangkan kejadian.

Tidak berapa lama Sefrizal pergi, Syafrida langsung terbaring tidak sadarkan diri di lantai rumah yang cukup kecil. Isak tangis dari Fitri dan Dea todak terbendung melihat ibunya tidak bergerak.

"Kakak (Fitri), langsung berlari keluar rumah minta pertolongan tetangga. Kami tidak mau mamak pergi. Kata orang-orang mamak meninggal. Mamak tidak boleh meninggal. Kami sama siapa?" Tambah Dea yang kembali menangis tidak merelakan kepergian sang ibu.

Sementara Kapolsek Lubukabaka, AKP I Putu Bayu Pati, pihaknya juga akan berupaya mencari sanak keluarga dari korban maupun pelaku yang bisa mengurus ketiga anak tersebut.

"Kita akan coba mencari tahu apakah mereka memiliki keluarga di Batam atau tidak. Memang kasihan, mereka harus memanggung penderitaan akibat KDRT," sesal Putu.

Editor: Dardani