Catatan Moderator Diskusi Tol Laut PWI Kepri

Sebab Laut dan Pelabuhan Kita Dangkal...
Oleh : Saibansah
Sabtu | 10-09-2016 | 09:12 WIB
kedalamanalur.png

Data perbandingan kedalaman pelabuhan di Indonesia dan Singapura. (Foto: Ist)

KEHADIRAN Dirham Cahyono, Kepala Bagian Program Sekretariat Deputi, Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman pada Forum Group Discussion (FGD) yang digelar Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kepri bersama dengan BEM Politeknik Batam membawa data dan harapan. Apa saja itu? Berikut catatan moderator FGD PWI Kepri yang juga wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah Dardani.

Saat ini, dari data yang dimiliki Kemenko Maritim, rata-rata kedalaman laut pelabuhan di Indonesia adalah 9-10 meter. Padahal, untuk kapal-kapal dengan tonase besar, harus lebih dalam lagi. Seperti yang dimiliki Pelabuhan PSA Singapura saat ini, yaitu 15 meter.

Dengan kedalaman itu, maka kapal berkapasitas besar dapat langsung bersandar di tepi pelabuhan dan langsung bongkar muat. Tidak harus antri menunggu air pasang atau bongkar dengan menggunakan kapal lebih kecil. "Sudah pasti itu akan membuat cost jadi mahal," ujar Dirham Cahyono di depan para mahasiswa Politeknik Batam dan mahasiswa dari perguruan lain di Batam.

Maka, sebagai solusi untuk pendalaman alur tersebut, seperti yang telah disampaikan juga oleh Gubernur Kepri, Nurdin Basirun, pemerintah akan menggandeng pihak swasta. Untuk itu, diperlukan dukungan semua pihak, agar program pendalaman alur dan pelabuhan itu dapat berjalan mulus.

Tanpa pendalaman itu, maka kasus kapal kandas dan kapal bertonase besar enggan bersandar di pelabuhan di Indonesia, akan terus berulang dan berulang lagi. "Kita harus melibatkan swasta untuk proyek pendalaman itu," tambah Dirham Cahyono.

Setelah Dirham, dalam diskusi bertema, "Peran BBK Mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia dan Menyambungkan Archipelago Melalui Tol Laut" di Kampus Politeknik Negeri Batam, Kamis (8/9/2016) itu, juga tampil Prof Dr Syahrir Akhlus, Msc selaku Rektor UMRAH Tanjungpinang.

Prof Dr Syahrir Akhlus, Msc memaparkan, Peran BBK Mewujudkan Poros Maritim Dunia, satu topik yang bagus dan, untuk Menyambung Pulau dengan Tol Laut, juga topik yang berbeda juga. Namun, kalau digabungkan, maka akan pajang kajiannya. Selain itu, tema kali ini juga agak latah, mengikuti pembicaraan yang telah ada selama ini.

Tapi, jika mengacu untuk menjadikan Kepri Poros Maritim memang perlu peran dari dunai kampus, terutama kerjasama dengan Kampus Umrah saat ini yang menjadi kampus khusus dengan nama Maritim. Jika tahun lalu, budaya Melayu (Tamadun dan 7 ajaran Melayu) dan ilmu kemaritiman tidak menjadi mata kuluiah wajib, maka sekarang sudah menjadi mata kuliah wajib, seperti mata kuliah seni dan budaya Melayu, serta ilmu pengenalan tentang kemaritiman.

Sedangkan, untuk peran Kampus mewujudkan Kepri menjadi daerah Maritim, maka sudah saatnya alih tekologi. Sebagai daerah Bahari, tidak cocok lagi menggunakan bahan bakar fosil seperti BBM solar.

"Kami dari Umrah tengah merancang dan mengkaji agar di Pulau Penyengat mampu dibuat becak motor tidak lagi menggunakan minyak, melainkan sudah menggunakan tenaga listrik solar cell. Begitu juga di pulau-pulau lain di Kepri, hendaknya juga mampu membuat dan mengembangkan listrik dari tenaga matahari. Sedangkan, untuk perahu nelayan seperti pancung dan pompong, juga harus alih teknologi, dari minyak ke energi listrik. Pertanyaannya, pemerintah siap dan mau atau tidak mewujudkannya," papar Akhlus.

Sedangkan, untuk mewujudkan stadar harga untuk wilayah kepulauan, maka pemerintah harus membuat satu data tentang harga satuan barang dan sembako di wilayah Kepri. Dengan pengetahui itu, maka dengan mudah juga mengatur dan melengkapi kebutuhan masyarakat di Kepri saat ini.

Umrah akan menjadi kampus yang menciptakan tenaga tenaga ahli dibidang kemaritiman, dan jika didukung penuh, maka peran Maritim dan perekonomian di Kepri akan maju, mengingat Umrah juga banyak menyiapkan dan membuat produk produk perikanan yang berhasil dilakukan di kampus, seperti pembudidayaan udang dan ikan kualias unggul.

 

Berita terkait:

Editor: Dardani