Catatan Moderator Diskusi Tol Laut PWI Kepri

Berangkat dari Kajian Kapal Kandas di Laut Kepri
Oleh : Saibansah
Jum'at | 09-09-2016 | 09:02 WIB
suasanafgd.jpg

Suana kegiatan Focus Group Discussion (FGD) PWI Kepri saat Gubernur Nurdin Basirun menyampaikan paparan. (Foto: Andi Krakatau)

BEBERAPA kali kapal bertonase tinggi kandas di laut Kepri. Sehingga, merugikan para penumpang dan memicu cost mahal. Lalu, bagaimana Kepri bisa menjadi jalur tol laut jika kapal kerap kandas? Berangkat dari situlah, Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kepri melakukan kajian dan membawa hasilnya dalam Forum Group Discussion (FGD). Berikut catatan moderator FGD PWI Kepri yang juga wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah Dardani

Bekerjasama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Politeknik Batam, PWI Kepri menggelar diskusi mengangkat tema “Peran BBK Mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia dan Menyambungkan Archipelago Melalui Tol Laut ” dan menghadirkan enam pembicara, Kamis (8/9/2016).

Diskusi yang digelar di Aula Politeknik Batam itu dihadiri lebih dari 130 orang mahasiswa dari beberapa kampus di Batam serta para wartawan.

Ketua Panitia Pelaksana yang juga Sekretaris Dewan Kehormatan PWI Kepri, Richard Nainggolan mengatakan, diskusi ini berangakt dari pemikiran pemerintah pusat yang ingin mengubah paradigma Indonesia, dari negara agraris menjadi negara Maritim.

"Maka dengan ide dan diskusi diharapkan mendapat gagasan dan ide yang akan dapat mengubah kebijakan untuk terwujudnya Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, dan Provinsi Kepri-lah sebagai poros utamannya," kata Richard Nainggolan dalam sambutannya.

Sementara itu, Presiden BEM Politeknik Batam, Ricky Rahmad berharap, melalui diskusi kali ini akan memberi infomasi dan pencerahan kepada mahasiswa, dimana peran mahasiswa yang akan membangun Kepri pada 10 tahun mendatang.

"Tiga perempat potensi laut di Indonesia harus dikelola dengan baik, dan kami mahasiswa akan berperan pada 10 tahun mendatang,” ujar Riki.

Acara diskusi sendiri dimoderatori oleh Saibansah Dardani selaku Sekretaris PWI Kepri yang juga penulis buku, "Tol Laut dari Natuna ke Papua". Hadir pada diskusi itu Gubernur Kepri Nurdin Basirun sebagai kynot speaker, Rida K Limasi, (Chariman Riau Pos Group), Prof Dr Syahrir Akhlus, Msc (Rektor UMRAH), Dirham Cahyono, (Kabag Program Kemenko Bidang Kemaritiman) dan Ketua PWI Kepri Ramon Damora.

Pada kesempatan khusus yang diberikan kepada Gubernur Kepri, Nurdin Basirun menggunakan momentum ini untuk memotivasi para mahasiswa. Diantara pesan intinya adalah mengajak mahasiswa untuk bisa berjiwa enterprenur dan tidak lagi menghandalkan kerja sebagai seorang pegawai di pemerintahan.

Dengan berpikir sebagai orang yang berjiwa dan berkarya sendiri, maka potensi besar di Kepri, seperti di bidang kemaritiman akan tergarap sendiri oleh anak-anak mahasiswa di Kepri.

”Di Karimun, sekarang sudah banyak honorer yang tinggalkan kerjaan di Pemkab dan pindah kerja di PT Saipem, perusahaan yang memang memberikan gaji layak dibandingkan menjadi honorer yang cuma gaji 1,2 juta, dan itu pun terlambat setiap bulannya. Padahal mereka seorang sarjana, jadi jangan selalu berharap menjadi honorer,” papar Nurdin.

Nurdin juga mengakui, Provinsi Kepri di bawah kepemimpinannya mengalami devisit anggaran. Tapi rezeki untuk membangun daerah itu tiba-tiba saja dapat dari pemerintah pusat. Seperti yang terjadi di Kabupaten Lingga, yang kini telah berhasil mengembangkan sawah sendiri.

Bahkan, Kepri mendapat bantuan dari Menteri Pertanian dengan nilai Rp9 miliar untuk mengembangkan persawahan seluas 2.000 hektar. Ini potensi yang sejak lama tidak terlihat di Lingga. Dan sepertinya, Lingga akan menjadi daerah penopang beras untuk wilayah Kepri, dan juga berpotensi untuk dijual ke Singapura.

"Itu berkat kita membangun konivitas hati dengan yang Maha Kuasa, dan rajin sholat berjemaah setiap subuh. Doa subuh itu besar kemungkinanya dikabulkan, dan itu terjadi juga. Karena di saat defisit, tiba-tiba kita dapat dari pusat untuk membangun sawah," ujar Nurdin.

Khusus untuk bidang kemaritiman, Nurdin menjelaskan, Poros Maritim itu saat ini telah tertuju secara nasional di Pulau Natuna. Dengan kehadiran Presiden ke Natuna, dan waktu itu ditetapkan pembangunan infrastruktur di Natuna digesa serta ditingkatkan keamanan dan pertahanannya.

"Selat Malaka dan Kepri itu dilewati hampir 94 ribu kapal besar setiap tahun. Itulah potensi, dimana kapal kapal itu akan mencari daerah labuh tambah disekitar perairan Kepri. Dengan dipersiapkan Natuna sebagai pusat singgah Kapal dunia, maka perekonomian di Natuna akan tumbuh besar nantinya," tutur Nurdin.

Padahal, sebelum Jokowi datang, perekonomian di Natuna sedang lesu, dimana Migas tidak berfungsi dan berkat berkat konivitas hati di Subuh itu, akhirnya diberikan solusi.

Nurdin menjelaskan lagi, untuk mendukung program pembangunan Maritim di Kepri, akan dibangun Universitas Pelayaran di Tanjunguban Bintan. ” Indonesia kekurangan 26 ribu tenaga kerja yang bisa bekerja dibidang pelabuhan. Nantinuya, tamatan akan diperkerjakan di pelabuhan pelabuhn di Indonesia,” jelas Nurdin.

Sedangkan, menjawab pertanyaan peserta, kenapa Kepri tidak mendapatkan pembangunan infastruktur pelabuhan yang akan dikucurkan sebesar Rp800 triliun untuk tahun mendatang, Nurdin menjawab pemerintahnya tentu tidak diam, dan doakan saja juga dapat dana itu nanti.

Editor: Dardani