Ini Tanggapan Nurdin Soal Pencari Suaka Asal Pakistan dan Afganistan Jadi Gigolo di Batam
Oleh : Hadli
Kamis | 08-09-2016 | 14:28 WIB
Nurdin-usai3.jpg

Nurdin Basirun saat memberikan materi pada Focus Group Discussion "Peran Batam, Bintan dan Karimun Mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia dan Menyambungkan Archipelego Melalui Tol Laut", yang selenggarakan PWI Kepri di Aula Kampus Politeknik Negeri Batam, Kamis (8/9/2016).

BATAMTODAY.COM, Batam - Gubernur Kepulauan Riau (Kepri) Nurdin Basirun mengaku masih mencari informasi yang valid terkait pengungsi asing, yang masuk dalam pengawasan Imigrasi Batam sebagai pengungsi pencari suaka, yang dijadikan pemuas nafsu tante-tante dan lelaki yang memiliki kelainan seks atau homoseksual.

Selain mencari kebenaran informasi itu, kata Gubernur Nurdin, ia juga menyerahkan sepenuhnya proses hukum kepada pihak yang berwajib.

"Masih dicari informasi kebenarannya, dan kita serahkan ke penegak hukum," ujar Nurdin Basirun usai menghadiri Focus Group Discussion "Peran Batam, Bintan dan Karimun Mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia dan Menyambungkan Archipelego Melalui Tol Laut", yang selenggarakan PWI Kepri di Aula Kampus Politeknik Negeri Batam, Kamis (8/9/2016).

Ketika ditanyakan langkah yang akan diambil Pemerintah Provinsi Kepri menyikaspi peristiwa tersebut. Nurdin dengan santai mengatakan, "Akan kita kumpulkan dan kirim pulang (negara asal)."

Sebelumnya, sebanyak sepuluh orang WNA yang merupakan pengungsi yang pencari suaka dari Afganistan serta Pakistan, diamankan Imigrasi Batam.

Dari informasi yang diperoleh, mereka dijadikan pemuas nafsu tante-tante dan lelaki yang memiliki kelainan seks atau homoseksual. Tidak tanggung-tanggung, pria berinisial BS, yang menjadi mucikari mereka, menawarkan Rp20 juta untuk sekali kencan.

Untuk BS sendiri, saat ini sudah ditangani Polresta Barelang. Meski belum ditahan, namun ia diharuskan wajib lapor. Pihak kepolisian masih mencari bukti lainnya untuk memenuhi unsur pelanggaran sebagai mucikari dan melanggar UU Pelindungan anak.

Editor: Dardani