Paparkan Keberhasilan Menekan Tingkat Kebocoran Air

ATB Wakili Indonesia Sebagai Pembicara di Water Loss Asia 2016
Oleh : Roni Yudha Ginting
Kamis | 08-09-2016 | 13:26 WIB
Water-Loss-Asia-2016-ok.gif

President Director ATB Benny Andrianto saat menjadi pembicara pada Sesi Solusi berbasi IT di ajang Water Loss Asia 2016. (Sumber foto: Humas ATB)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - PT Adhya Tirta Batam (ATB) kembali berpartisipasi pada ajang internasional. Kali ini President Director ATB Benny Andrianto menjadi pembicara pada acara Water Loss Asia 2016.

Pada kesempatan tersebut Benny memaparkan mengenai keberhasilan ATB menekan tingkat kebocoran air.
Tingkat kebocoran air ATB memang jauh lebih rendah dibanding rata-rata tingkat kebocoran air nasional. Tingkat kebocoran air ATB per Juli 2016 sudah mencapai 13,34 persen, sementara rata-rata tingkat kebocoran air nasional masih diangka 33 persen, jauh di bawah target yang sudah ditentukan pemerintah yakni 20 persen.

"ATB melakukan beberapa langkah untuk menekan tingkat kehilangan air (NRW). kami juga memanfaatkan beragam teknologi mulai dari Mobile Meter Reading (MMR), Automatic Meter Reading (MMR), Leakage Monitoring System (LMS)  hingga Geographic Information System (GIS)," ujar Benny dihadapan delegasi Water Loss Asia 2016 di Jakarta, Selasa (6/9/2016).

Sementara, Menteri Dalam Negeri Cahyo Kumolo melalui Plt Direktur Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) dan Barang Milik Daerah (BMD) Hari Nur Cahya Murni mengatakan, BUMD air minum  saat ini belum mampu memberikan layanan secara maksimal. Padahal peranan badan tersebut sebagai penyedia air minum sangat diperlukan.

"Kondisi BUMD air minum belum maksimal. Pada 2015, dari 350 BUMD air minum hanya 53 persen yang sudah dalam kondisi sehat, sementara 28 persen kurang sehat, dan 20 persen berkategori sakit. Selain itu, tingkat kebocoran air di BUMD juga masih tinggi. NRW BUMD air minum masih 33 persen, hal tersebut melampaui batas kewajaran yang ditentukan pemerintah, yakni 20 persen," ujar Hari.

Ia melanjutkan, tingginya tingkat kebocoran air disebabkan oleh banyak hal, seperti konsumsi resmi tak berekening, konsumsi resmi yang sah pemakaiannnya namun tidak dikenai pembayaran, kehilangan air non fisik, ketidakakuratan yang berkaitan dengan meter pelanggan, serta kesalahan penanganan data seperti pembacaan meter dan penagihan serta konsumsi yang tidak resmi atau ilegal.

Hal senada disampaikan Ketua Persatuan Peruasahaan Air Minum Seluruh Indonesia (Perpamsi) Rudie Kusmayadi. Ia menjelaskan, tingkat kehilangan air menjadi masalah paling krusial yang dihadapi PDAM di Indonesia. Berdasarkan audit dari BPKP, Rp3,9 miliar lebih volume air yang diproduksi perusahaan air di Indonesia, 32,68 persennya tidak terpakai karena mengalami kebocoran.

"Itu angka yang cukup besar, apabila ditangani dengan baik akan menjadi peluang. Water Loss Asia 2016 diharapkan dapat menjadi ajang tukar pikiran untuk saling berbagi antar sesama perusahan air," harap Rudie.

Water Loss Asia 2016 ini tidak hanya diikuti oleh perwakilan perusahaan air minum di Indonesia, namun juga perwakilan perusahaan air minum dari berbagai negara. Ada 145 perwakilan air minum yang ikut pada acara tersebut mulai dari Indonesia, Malaysia, India, Jepang, Prancis hingga Austria.

Editor: Udin