Simpul Mahasiswa Kepri Gelar Dialog Pancasila Penangkal Komunisme
Oleh : Hadli
Jum'at | 01-07-2016 | 08:36 WIB
Dialogkomunisme.jpg

Kapten Patar Purba, Pasi Ops Kodim 0316 Batam saat menyampaikan paparannya dalam dialog komunisme di Batam yang digelar Simpul Jaringan Mahasiswa Kepri bersama BEM STT Ibnu Sina. (Foto: Hadli)

BATAMTODAY.COM, Batam - Simpul Jaringan Mahasiswa Kepulauan Riau (Kepri) bersama BEM STT Ibnu Sina menggelar Dialog Kebangsaan  bertema, "Peningkatan Pemahaman Pancasila Sebagai Daya Tangkal Komunisme di Batam", Kamis (30/6/2016), di PIH Batam.

 

Dialog itu menghadirkan pembicara dari, TNI, Polri dan akademisi. Kapten Patar Purba, Pasi Ops Kodim 0316 Batam dalam paparanna mengatakan, pentingnya penyampaikan pemahaman kepada generasi muda bahwa Pancasila adalah satu-satunya idiologi, azas tunggal di Indonesia.

"Tidak ada idiologi lain di negara ini selain Pancasila. Apalagi yang namanya komunis. Komunis haram di negara kita," tegas Kapten Patar Purba.

Ditambahkannya, secara legal jelas komunis dilarang di Indonesia. Hal itu sesuai UU dan Tap MPRS Nomor 25 Tahun 1966 yang diatur dengan jelas. Oleh karena itu, ia meminta kepada generasi muda untuk bersama-sama menangkal masuknya komunis gaya baru yang mencoba merusak bangsa Indonesia.

Sementara itu, Ipda Kamulun dari Binmas Polresta Barelang mengatakan, pentingnya pemahaman generasi muda tentang Pancasila. Sempat ditemukan pengenaan atribut yang menunjukkan identitas PKI atau komunisme muncul di tengah-tegah masyarakat.

"Sesuai dengan arahan pimpinan, Polri harus menggunakan pendekatan hukum sesuai Tap MPRS Nomor 25 Tahun 1966 dan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1999 guna menghindari maraknya aktifitas dan atribut komonis," ujarnya.

Tidak hanya polri yang melakukan pengawasan dan penindakan, TNI, tambahnya, juga turut membantu mengawasi adanya kegiatan-kegiatan berbau komunisme.

Sementara itu, Dr. M. Gita Indrawan, akademisi berpendapat bahwa dasar untuk menghindari komunisme adalah Pancasila, sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.

"Jadi pada saat bicara komunisme, bicara leninisme, bicara sosialisme sebelum masuk sila-sila lainnya kita ketemu sila pertama dulu. Jadi kalau tidak bisa ketemu jangan kita paksakan lagi. Karena komunisme secara substansi memang tidak mengakui agama, jadi memang tidak ada tempat di negara Indonesia, apalagi pada sila-sila lainnya," katanya.

Sementara itu, Koordinator Simpul Jaringan Mahasiwa Kepri, Bambang Heri, SH mengatakan, paham komunis tidak sesuai dengan kepribadian dan pandangan hidup bangsa indonesia.

"Di mana bangsa Indonesia sangat mengakui adanya Tuhan, bangsa Indonesia sangat menghormati HAM, sangat menjunjung tinggi budaya gotong royong serta banyak keyakinan agama dan budaya sebagai warisan dari para leluhur," tutur Bambang.

Pemahaman menghadang azas komunisme dalam dialog yang digelar berlangsung hingga pukul 18.05 WIB, dilanjutkan dengan buka puasa bersama tanda rasa bersyukur kepada Allah dalam menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan 1437 hijriyah.

Editor: Dardani