Tim Terpadu Gagal Taklukan Ruli Kampung Harapan Batuaji
Oleh : Harun al Rasyid
Selasa | 17-05-2016 | 14:28 WIB
ricuh-kampung-harapan1.jpg

Warga Kampung Harapan, Batuaji melawan tim terpadu yang hendak menggusur hunian mereka. (Foto: Harun al Rasyid)

BATAMTODAY.COM, Batam - Warga rumah luar (ruli) Kampung Harapan, Tanjunguncang, Batuaji berhasil "menaklukan" Tim Terpadu Kota Batam yang hendak menggusur rumah tinggal mereka, Selasa (17/5/2016).

Tim Terpadu yang terdiri dari Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), TNI, Polri dan Pemerintah Kota Batam berhasil dipukul mundur setelah ratusan warga tersebut menghadang dengan balok kayu dan senjata tajam. Warga tak terima pemukiman mereka digusur begitu saja tanpa biaya kompensasi yang disepakati bersama.

"Kami mau saja pindah asalkan ada pembicaraan secara baik-baik. Kalau kayak gini namanya penindasan terhadap warga. Kamu tidak mau di tindas. Ini penjajahan namanya," ujar Beni Beke, orator sekaligus tokoh masyarakat sekitar.

Warga tetap ngotot dan bersikeras tak mau bangunan rumah yang berdiri sejak puluhan tahun ini dirubuhkan. Ketegangan antara warga dan aparat tak dapat dihindarkan. Warga mengancam akan melakukan perlawanan jika rumah mereka akan diratakan dengan tanah.

"Saya siap masuk penjara sekarang. Mati pun siap," seru salah satu warga di balik kerumunan warga dan aparat keamanan.

Momen puncak kemarahan warga terjadi setelah alat berat jenis beko yang digunakan untuk merubuhkan bangunan dilempari warga. Akibatnya, kaca beko bagian samping kiri tepat kemudi pecah berantakan. Kejadian ini sontak membuat puluhan Satpol PP dan aparat lain kaget tak terkecuali operator crane yang masih berada di dalamnya dengan serta merta melompat keluar dan menyelamatkan diri.

"Mana yang lempar, mana? Tangkap dia," ujar salah seorang polisi yang berjaga di sekitar alat berat ini.

Selang beberapa menit saja pasca pelemparan kaca tersebut, atas instruksi Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Achmad beko itu di keluarkan dari pemukiman warga. Semua personel keamanan baik TNI Polri maupun Satpol PP ditarik dari kerumunan warga.

Alih-alih mau dirubuhkan, penggusuran ruli Kampung Harapan yang rencananya akan dijadikan Masjid Agung sebagai ikon Batam pun akhirnya batal total. Semua tim terpadu memilih membubarkan dan angkat kaki dari lokasi tersebut.

Baca juga: Penggusuran di Kampung Harapan Ricuh, Warga Melawan!

Warga menyambut pembubaran tim terpadu ini sebagai bentuk penghargaan terhadap keluhan warga yang disampaikan secara langsung. Kondisi keamanan berangsur-angsur pulih, satu per satu warga membubarkan diri dan kembali ke rumahnya masing-masing.

"Suara kita sudah didengar. Ayo kita dapatkan barisan lagi. Jangan sampai ini hanya modus dan mereka kembali menggusur kita. Sebelum ada kesepakatan antar warga, jangan sampai kita digusur," ujar Beni melalui pengeras suara.

Sementara itu, Amsakar Achmad yang langsung mendatangi lokasi kejadian mengatakan, melihat kondisi yang tidak kondusif seperti ini maka ia memilih mengintruksikan mundur sementara. Kemudian nanti akan dirapatkan lagi dengan pihak terkait untuk dibicarakan secara proposional.

"Warga betul-betul meminta jangan diteruskan, karena analisa kita akan berdampak lebih luas. Jadi kita memerintahkan agar dihentikan dan lakukan pembicaraan ulang," kata Amsakar.

Amsakar menilai ada miskomunikasi antara pihaknya dan warga Kampung Harapan terhadap pembicaraan ganti rugi. Dalam tuntutannya, warga meminta agar diberikan tempat rusun secara permanen dan ganti rugi sebesar Rp10 juta. Sementara dari pihak pemerintah hanya akan menyanggupi tuntutan warga senilai Rp2 juta saja.

"Nanti kami akan kembali berbicara dengan warga karena kelihatannya ada miskomunikasi dari tim yang melakukan pembicaraan dengan kelompok masyarakat," terangnya.

Pantauan BATAMTODAY.COM, penggusuran di Kampung Harapan ini terhitung hanya menimpa lima rumah diantaranya hanya satu yang berpenghuni. Itupun yang berada di sisi kiri Jalan Brigjen Katamso yang masuk ke ROW jalan.

Sementara pemukiman warga sebanyak 67 KK tidak tersentuh alat berat dan aparat. Warga tetap bersikeras mempertahankan rumah tempat tinggal mereka.

Editor: Dodo