Jenazah Feby Kurnia Dimakamkan di TPU Taman Langgeng

Selamat Jalan, Einstein Batam...
Oleh : Saibansah
Rabu | 04-05-2016 | 11:40 WIB
pemakamanfeby4.jpg

Pemakaman Feby Kurnia di TPU Taman Langgeng Seipanas Batam. (Foto: Saibansah)

SATU jam menjelang masuk waktu sholat dzuhur, prosesi pemakaman jenazah Feby Kurnia di Taman Pemakaan Umum (TPU) Taman Langgeng Seipanas Batam, berakhir. Ditutup dengan taburan bunga, siraman air di atas pusara, serta alunan doa-doa dan air mata. Selamat jalan Einstien Batam.....

Masih kuat dalam benak saya, saat terakhir Feby Kurnia main ke rumah saya untuk sekadar mengantarkan titipan dari ibunya. Atau sekadar bermain dengan anak saya. Meski beda usia hampir 3 tahun, tapi Feby "si kutu buku" itu akrab dengan anak saya.

Ada kisah lucu yang sampai hari ini masih terngiang, saat Mbak Ning, demikian Feby Kurnia Nuraini, ibu Feby biasa disapa. Sepulang mengambil raport, Feby protes. "Dia protes karena rangking satu, dia tak mau rangking satu, maunya rangking dua. Karena kalau rangking satu itu disuruh-suruh guru terus," tutur Mbak Ning mengisahkan protes putri sulungnya itu.

Sayangnya, setiap "ritual" mengambil raport, Feby tak pernah bisa mengelak dari "nasib" rangking satu itu. Rupanya, dia tak tahu bagaimana caranya untuk bisa merebut posisi rangking dua itu. Akhirnya, lama kelamaan, putri Bang Siregar itu pun pasrah.

Kisah unik lainnya dari seorang Feby Kurnia adalah, dia memiliki ingatan photograpic memories sejak kecil. Bayangkan, tanpa belajar bahasa Inggris, tiba-tida Feby kecil sudah mampu berbicara bahasa Inggris. "Saya bingung, bagaimana anak ini kok bisa bahasa Inggris. Rupanya, dia belajar dari nonton televisi," ungkap Mbak Ning lagi.

Dan skill kemampuan bahasa Inggrisnya itu lah yang mengantarkan Feby menjuarai berbagai event pidato dan debat dalam bahasa Inggris. Mewakili Provinsi Kepri ke beberapa kota di Indonesia. Bahkan, mengantarkan si "kutu buku" ini mengikuti program pertukaran pemuda ke Tiongkok.

Sepulang dari Tiongkok, ini uniknya Feby lagi, izi kameranya berisi foto teman-temannya. Sedangkan foto dirinya sendiri, nyaris tak ada. Ternyata di balik sikapnya yang terkesan "kaku" dalam bergaul itu, ada humanisme yang tinggi. Baginya, mengabadikan kenangan para sahabatnya, itu lebih penting dari dirinya sendiri.

Feby..Feby... Selamat Jalan Nak...

Editor: Dardani