Menjemput Hari Pers Bersama Ayah Sani
Oleh : Saibansah
Jum'at | 29-04-2016 | 08:00 WIB
ayahsanirapatdikantorpwipusat.jpg

Gubernur Kepri H. Muhammad Sani bersama rombongan saat menghadiri rapat dengan Ketua PWI Pusat Margiono dan jajarann di Kantor PWI Pusat Jakarta. (Foto: Saibansah)

HARI ini, 21 hari yang lalu, tepatnya Jumat, 8 April 2016, usai waktu sholat asar, Gubernur Kepri H. Muhammad Sani wafat. Setiap hari Jumat tiba, kenangan bersama ayah masyarakat Kepri itu hadir kembali. Termasuk, kenangan saat bersama-sama almarhum, menjemput Hari Pers Nasional (HPN) 2015 di Provinsi Kepri. Berikut catatan Sekretaris PWI Kepri yang juga wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah Dardani. 

 

Kenangan bersama ayah Sani menjemput HPN ke-30 tahun 2015 ke bumi Kepri, dimulai sejak tahun 2013 lalu. Saat itu, Gubernur Kepri H. Muhammad Sani bersama dengan Ketua DPRD Provinsi Kepri, Nur Syafriadi, Sekdaprov Kepri Robert Iwan Loriaux, Kepala Badan Perencanaan Daerah (Bappeda) Provinsi Kepri Naharuddin, Kepala Biro Humas dan Protokol Provinsi Kepri Heri Mokhrizal serta beberapa staf, belajar secara langsung kepada Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sulut, bagaimana menjadi tuan rumah hajatan insan pers seluruh Indonesia itu.

Belajar dengan melihat langsung bagaimana seorang Gubernur Sulut, Sinyo Harry Sarundajang dan Ketua PWI Sulut, Jootje Kumajas dengan seluruh jajaran panitia HPN ke-28 itu menyambut para wartawan dari seluruh Indonesia. Apalagi, hajatan insan pers di Manado ini begitu "istimewa". Istimewa bagi semua, bukan saja karena digelar di kota yang kaya dengan ragam budayanya.

Tapi salah satu "keistimewaan" HPN di Menado itu adalah, hari puncaknya tidak digelar tepat di Hari Pers Nasional, 9 Februari 2013. Tapi mundur dua hari, 11 Februari 2013 di Grand Kawanua Ballroom, Hotel Novotel, Manado. Mengapa bisa begitu? Karena pada puncak HPN 9 Februari 2013 itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sedang menjalankan tugas negara di luar negeri.

Dan karena selama ini, Presiden RI ke-6 selalu menghormati hajatan insan pers Indonesia dengan menghadiri puncak HPN di mana pun itu. Maka, Gubernur Sulut, Sinyo Harry Sarundajang dan Ketua PWI Sulut, Jootje Kumajas serta para pengurus PWI Pusat pun percaya dengan komitmen Jenderal (Purn) SBY itu. Itulah makanya, puncak HPN di Manado itu pun diundur hingga tanggal 11 Februari 2013, menunggu kedatangan Presiden SBY kembali ke Indonesia.

Ini pelajaran sangat berharga yang dapat dipetik oleh ayah Sani dan semuanya, bahwa puncak HPN bisa diundur jika Presiden Indonesia masih berada di luar negeri. Sayangnya, pada saat puncak HPN ke-30 digelar di Batam 9 Februari 2015 lalu. Presiden Jokowi sedang menjalankan tugas negara di Filipina. Hanya bedanya, jika Presiden SBY yang saat itu berada di Eropa menyampaikan komitmen untuk hadir. Sedangkan Presiden Jokowi yang berada di Filipina, memilih untuk tak menghadiri acara puncak hajatan insan pers Indonesia itu, di tahun pertamanya menjadi Presiden Indonesia.

Kembali dari Manado, persiapan menjemput HPN ke Kepri dimulai. Tim kecil yang terdiri dari Pemprov Kepri dan PWI Kepri, terus melakukan pembahasan dan menyusun rencana. Semua progres kegiatan tim itu terus dipantau oleh ayah Sani. Dari sini, saya dapat melihat cara kerja ayah Sani yang perfect dan detil.

Pak Sani tak mau HPN di Kepri "biasa-biasa" saja. Gubernur Kepri itu seolah ingin menoreh sejarah. Sama seperti ketika dia mencatat tinta emas sejarah menjadi tuan rumah MTQN bulan Juni 2014 yang menghasilkan dua sukses. Sukses penyelenggaraan dan sukses meraih prestasi sebagai Juara Umum MTQN.

"Saya mau HPN di Kepri itu kalau tak bisa lebih sukses dari MTQN, minimal sama," begitu suatu hari ayah Sani memotivasi para pengurus PWI Kepri.

Standar tinggi ayah Sani itulah yang mendorong semua pihak bekerja keras meraih prestasi. Meski harus menunggu dua tahun, dari sejak belajar di Menado.

Terimakasih ayah Sani, darimu kami belajar bagaimana menyusun rencana hingga mengeskekusinya. Masih banyak ilmu kehidupan lainnya yang belum kami serap darimu.

Istirahatlan dengan tenang ayah Sani.


Editor: Dodo