Ketika PKL Batam Lebih Kuat dari Satpol PP
Oleh : Harun Al Rasyid
Rabu | 30-03-2016 | 08:00 WIB
IMG_20160327_163749.jpg
Beberapa PKL di kawasan pintu I Batamindo, Mukakuning kembali mendirikan tenda jualan. (Foto: Harun Al Rasyid) 

DORONGAN kebutuhan ekonomi telah mendesak segala rasa, mulai dari rasa takut, malu, toleran dan sebagainya. Bahkan, menghilangkan rasa takut dan hormat pada pemerintah. Itulah yang terjadi di sepanjang jalur Mukakuning Batam. Apa yang terjadi di sana? Berikut liputan wartawan BATAMTODAY.COM, Harun Al Rasyid mengenai kegiatan penggusuran PKL yang tak berbuah hasil.

Aksi penggusuran lapak pedagang kaki lima (PKL) yang dipimpin Wakil Wali Kota Batam, Amsakar Ahmad dan Kepala Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) pada Rabu, 16 Maret 2016 lalu, tak membuahkan hasil. Buktinya, selang beberapa hari saja setelah itu, para PKL kembali menggelar lapaknya.

Padahal, ketika itu Amsakar Ahmad mengatakan, setelah dibersihkan lokasi warung maupun kios semi permanen tersebut akan dijaga Satpol PP dengan mengerahkan 12 mobil patroli. Setali tiga uang, Kasat Pol PP Kota Batam, Zul Hendri, juga ikut menegaskan bahwa, akan menjaga selama 24 jam nonstop. 

Alhasil, janji itu hanya isapan jempol belaka. Buktinya, PKL liar itu sudah kembali memadati area sepanjang baffer zone di pintu I, Kawasan Industri Batamindo Mukakuning Batam. Tak ubah seperti waktu-waktu sebelumnya, para pedagang tetap ngotot berjualan tanpa mengindahkan aturan Pemerintah Kota Batam. 

Bahwasanya pendirian lapak di area baffer zone tersebut dapat mengganggu kelancaran aktivitas masyarakat dan pengguna jalan.  

Sejak beroperasinya pedagang kaki lima di tempat ini, selalu saja menjadi pusat kemacetan arus lalulintas dan sudah berulang kali dikeluhkan warga. Nyatanya toh, usaha Pemko Batam bersama Satpol PP dan Tim Terpadu masih kalah kuat dengan sikap bandelnya para pedagang. 

Pantauan BATAMTODAY.COM, Minggu, 27 Maret 2016 sekitar pukul 16.00 WIB, persis di sebelah kiri jalan menuju Batam Center, beberapa pedagang terlihat sibuk mendirikan tenda jualan makanan. Sementara di sebelah kanan arah ke Batuaji, sudah terlihat ramai oleh beberapa PKL lainnya. Mereka tetap saja menjajakan barang dagangannya, seolah-olah tak pernah ada larangan, penegasan aturan dalam bentuk penggusuran. Pedagang lapak ini tetap cuek. 

"Baru buka beberapa hari ini, kemarin waktu digusur saya tak buka. Sekarang teman-teman pada jualan lagi, makanya saya ikut," ujar Alimuddin, salah satu pedagang kepada BATAMTODAY.COM, Minggu, 27 Maret 2016 sore.

Alimuddin menuturkan, beberapa pedagang memang sengaja kembali lagi berjualan sebab, belum ada tempat yang dialokasikan sebagai tempat jualan mereka yang baru. Sebelumnya, pihak Pemko menyebut akan memindahkan tempat jualan mereka ke kawasan Kepri Mall, Batam Center juga belum ada kejelasan. 

"Katanya mau dipindahkan ke situ (kawasan sekitar Kepri Mall, red) tapi dimananya, kan belum pasti. Makanya kami kompak jualan disini lagi," tegas Alimuddin. 

Sementara itu, Ronal pedagang lainnya mengungkapkan, bisa saja mereka mengindahkan ketentuan yang digariskan Pemko Batam untuk tidak berjualan di tempat ini. Akan tetapi, selain karena minimnya tempat, bekerja sebagai pedagang kaki lima merupakan satu-satunya mata pencaharian yang bisa mereka geluti saat ini. 

"Kalau gak jualan mau makan apa kita, mau jualan dimana lagi. Kami kan sudah biasa di sini, sudah nyaman di sini," ucap Ronal. 

Ia berharap, pihak pemerintah dapat memberikan win-win solution yang bisa menguntungkan semua pihak. Ia juga keberatan bilamana dinyatakan sebagai penyebab bertambahnya kemacetan arus lalu lintas yang sering terjadi di tempat ini. 

"Yang bikin macet kan mobil-mobil itu (angkutan umum, red). Ada halte tapi parkirnya sembarangan, harusnya mereka yang ditertibkan, bukan kami," tegasnya. 

Memang, kalau sudah menyangkut urusan perut, apa pun dilakukan. Yang dibutuhkan para PKL itu adalah solusi kongkrit, bukan sekadar harapan dan janji kosong. Suai?

Editor: Dardani