Masa Depan FTZ Batam

Kisah Keakraban 'Penguasa Kembar' Batam
Oleh : Saibasah
Sabtu | 27-02-2016 | 08:00 WIB
12764447_981475925223148_2369689287209665105_o.jpg
Walikota Batam terpilih H. Muhammad Rudi dan Ketua BP Batam, Mustofa Widjaya duduk satu meja di Fokus Diskusi di Montigo Resort Nongsa Batam. (Foto: Harun Al Rasyid)

BENAR kata wartawan senior yang juga mantan Wakil Presiden, Adam Malik, semua bisa dibicarakan. Apalagi, kalau itu di meja makan. Dan dari ruang meja makan VIP Montigo Resort Nongsa Batam, terpancar secercah harapan. Ya, harapan untuk masa depan Batam yang jauh lebih baik. Kenapa begitu? Karena dari meja makan itu kemesraan "penguasa kembar" Batam terbangun. Berikut catatan terakhir wartawan BATAMTODAY.COM, Saibansah Dardani dari Fokus Diskusi Masa Depan FTZ Batam.


Tak hanya secercah harapan bagi kalangan bisnis dan dunia usaha saja yang muncul dalam fokus diskusi bersempena hari ulang tahun BATAMTODAY.COM ke-10 itu. Jika harapan bagi kalangan bisnis dan investor itu disampaikan Ketua Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) Profesor Doktor Sri Adiningsih saat menjadi panelis diskusi tersebut, bahwa fasilitas FTZ Batam akan dipertahankan dan malah akan ditambah.

Tapi, ada juga sebuah harapan besar membentang bagi masyarakat Batam. Apa harapan besar itu? Harapan itu terpancar dari keakraban "penguasa kembar" Batam, Walikota Batam yang dalam waktu dekat ini akan dilantik, H. Muhammad Rudi dan Kepala Badan Pengusahaan (BP) Batam, H. Mustofa Widjaya saat keduanya menghadiri fokus diskusi itu. 

Keakraban itu bermula dari ruang makan VIP Montigo Resort Nongsa Batam, Kamis, 25 Februari 2016. Saat makan siang itu, saya berkesempatan duduk satu meja dengan Ketua Wantimpres Sri Adiningsih, Walikota Batam H. Muhammad Rudi, Kepala BP Batam Mustofa Widjaya, mantan Ketua Ombusdman RI Danang Girindrawardana, Konsul Singapura Gavin Chay, pensiunan TNI berpangkat Mayjen yang juga tokoh olahraga nasional, I.G.K. Manila, Deputi BP Batam, Fitrah Kamaruddin dan beberapa tokoh lain. 


Sambil menikmati menu khas resort, pembicaraan ringan mengalir diantara kami. Mulai dari dinamika kehidupan masyarakat perbatasan. Yaitu, orang Batam yang bekerja di Singapura dan orang Singapura yang bekerja di Batam. Mereka pulang-pergi setiap hari. "Oh, ada ya, jadi tiap hari ke luar negeri, wow," kata Sri Adiningsih, tanpa menyembunyikan ekspresi wajah surprisenya. 

Lalu, topik demi topik berganti. Sampai akhirnya sampai pada topik lahan di Batam dan besaran NJOP (Nilai Jual Obyek Pajak) di Kota Batam. Begitu dua topik ini mengalir di meja makan, antar H. Muhammad Rudi dan H. Mustofa Widjaya saling bergantian menjelaskan. Sementara kami, termasuk Sri Adiningsih, menyimak dan sesekali menimpali. Tampak sekali, kedua "penguasa kembar" Batam itu begitu akrab. Saling melengkapi. Sungguh satu kemesraan yang memberi harapan bagi masa depan Batam. 

Jika sudah begini, jangan lagi berpikir untuk mengadu keduanya. Sebelum Ketua Wantimpres itu menyampaikan rekomendasi pertimbangannya kepada Presiden Jokowi, setidaknya guru besar itu menyaksikan sebuah kemesraan diantara kedua "penguasa kembar" Batam itu. 

Dan kemesraan keduanya itu terus berlanjut sampai di ruangan diskusi yang dihadiri oleh para tokoh bisnis dan investor Batam. Juga tokoh akademisi dan asosiasi bisnis. Diantaranya adalah Dekan Fakultas Hukum UIB (Universitas Internasional Batam) Sudirman Lu, pengacara terkenal di Batam, Ampuan Situmeang, anggota DPRD Kota Batam Uba Ingan Sigalingging, pejabat Bea Cukai Batam Bernard, Gunawan dari perusahaan asing yang berkantor di Kawasan Industri Batamindo Mukakuning Batam

Hadir juga Pieter dari Kawasan Industri Kabil, Suri dari BSOA (Batam Shipyard and Offshore Association), Anita dari Ciba Vision Batam, Tambunan dari Anggrek Hitam Shipyard Batam, Jusrin Sitanggang sebagai perwakilan perusahaan Jepang, Komisaris Kawasan Industri Batamindo Batam, John Sulistiawan serta dua investor asing yang menyampaikan pandangan kritisnya mengenai FTZ dan masa depan investasi di Batam. 

Semoga, kemesraan ini jangan cepat berlalu, karena kemesraan kedua "penguasa kembar" ini akan menyelesaikan separuh, atau bahkan lebih, persoalan dualisme kepemimpinan di Batam. Dan lagi, hanya dengan kekompakan dan dukungan semua pihak, Batam akan melesat, atraktif dan bergerak cepat melaju di jalur MEA. Mari kita rawat kemesraan kedua "penguasa kembar" Batam itu.

Editor: Dodo