Kolaborasi KKP-FAO Hasilkan Digitalisasi Pengendalian Penyakit Ikan
Oleh : Redaksi
Kamis | 20-03-2025 | 14:24 WIB
DirjenPB-KKP.jpg
Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Tb Haeru Rahayu. (Foto: KKP)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bersama Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) mengumumkan keberhasilan implementasi proyek Technical Cooperation Programme (TCP/INS/3903).

Program ini bertujuan meningkatkan kesiapsiagaan dan respons terhadap penyakit ikan untuk mendukung transformasi ekonomi biru. Hasil proyek yang berlangsung sejak pertengahan 2023 hingga awal 2025 ini dipaparkan dalam lokakarya akhir, yang juga menjadi momen peluncuran aplikasi Sicekatan (Sistem Pelaporan Cepat Penyakit Ikan).

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya KKP, Tb Haeru Rahayu, menegaskan pentingnya proyek TCP/INS/3903 dalam memperkuat sektor perikanan budidaya yang menjadi salah satu pilar ketahanan pangan nasional. "Proyek ini sangat mendukung pengembangan perikanan budidaya berbasis ekonomi biru, sekaligus mempercepat swasembada pangan," ujar Tb Haeru, demikian dikutip laman KKP, Rbau (19/3/2025).

Ia juga mengungkapkan program ekonomi biru yang diusung Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, berhasil meningkatkan produksi ikan budidaya pada 2024 hingga 13,64% dibanding tahun sebelumnya. Namun, ancaman penyakit ikan tetap menjadi tantangan utama, termasuk serangan virus, bakteri, jamur, dan parasit.

"Kolaborasi dengan FAO sangat membantu dalam meningkatkan sistem tanggap darurat penyakit ikan di Indonesia," tambahnya.

Tiga Pilar Keberhasilan Proyek TCP/INS/3903

Dalam pelaksanaannya, proyek ini menghasilkan tiga output utama. Pertama, peningkatan kapasitas dalam menilai risiko masuk dan penyebaran penyakit ikan. Kedua, penguatan kapasitas Pos Pelayanan Kesehatan Ikan dan Lingkungan Terpadu (POSIKANDU). Ketiga, peningkatan keterampilan dalam perencanaan dan respons darurat terhadap wabah penyakit ikan.

Direktur Ikan Air Laut Ditjen Perikanan Budidaya KKP, Tinggal Hermawan, mengungkapkan sejumlah kegiatan yang telah dilakukan dalam pencapaian output pertama, di antaranya pembaruan aplikasi Indonesian Aquatic Animal Disease Alert System (IAADAS) dan perangkat lunak Sistem Monitoring Penyakit Ikan (SSMPI). Selain itu, dilakukan pula pelatihan manajemen kesehatan ikan dan evaluasi POSIKANDU.

Untuk mencapai output kedua, proyek ini menyelenggarakan pelatihan bagi petugas POSIKANDU, sosialisasi terkait penggunaan dan resistensi antimikroba (AMU/AMR), serta survei dan pengawasan AMR. Sementara itu, dalam lingkup output ketiga, proyek ini menyusun dokumen perencanaan kontinjensi dan tindakan tanggap darurat bagi penyakit Enteric Septicaemia of Catfish dan Streptococcosis, serta mengadakan simulasi tanggap darurat bagi gugus tugas terkait.

Peluncuran Aplikasi Sicekatan: Inovasi Digital untuk Pengendalian Penyakit Ikan

Salah satu pencapaian utama proyek ini adalah peluncuran aplikasi Sicekatan, yang memperbarui sistem peringatan dini penyakit ikan dari berbasis SMS menjadi sistem digital berbasis Android. Aplikasi ini memungkinkan pembudidaya ikan untuk melaporkan gejala penyakit dengan lebih cepat dan akurat, serta memperoleh rekomendasi penanganan dari tim tanggap darurat. Jika diperlukan, sistem ini juga dapat mengoordinasikan uji laboratorium guna memastikan diagnosis yang lebih tepat.

Kepala Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor-Leste, Rajendra Aryal, menekankan pentingnya aplikasi Sicekatan dalam meningkatkan efisiensi respons penyakit ikan di Indonesia. "Sebelumnya, sistem berbasis SMS memiliki keterbatasan dalam pengumpulan data. Dengan adanya aplikasi ini, akses informasi menjadi lebih luas dan koordinasi penanganan penyakit ikan lebih cepat," jelas Rajendra.

Lebih lanjut, proyek ini juga telah meningkatkan kapasitas petugas POSIKANDU dan tim tanggap darurat. Sebanyak 25 petugas telah menjalani pelatihan investigasi wabah, pengawasan, dan pelaporan penyakit ikan. Selain itu, lebih dari 130 pembudidaya ikan, penyuluh perikanan, petugas laboratorium, serta anggota gugus tugas telah mendapatkan pelatihan terkait resistensi antimikroba, manajemen penyakit ikan, serta perencanaan kontinjensi untuk penyakit yang menyerang ikan patin dan nila.

Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono, sebelumnya telah menegaskan komitmen pemerintah dalam meningkatkan produktivitas perikanan budidaya sebagai bagian dari strategi ketahanan pangan nasional. Dengan keberhasilan proyek ini, diharapkan sistem respons dan pengendalian penyakit ikan di Indonesia semakin kuat, mendukung pertumbuhan industri perikanan budidaya yang berkelanjutan, serta menjaga keseimbangan ekosistem laut, pesisir, dan darat.

Editor: Gokli