Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Neraca Perdagangan Indonesia Kembali Surplus USD 3,12 Miliar pada Februari 2025
Oleh : Redaksi
Kamis | 20-03-2025 | 15:44 WIB
Neraca-Feb25.jpg Honda-Batam
Menteri Perdagangan, Budi Santoso. (Foto: Kemendag)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca perdagangan sebesar USD 3,12 miliar pada Februari 2025. Capaian ini diperoleh dari surplus sektor nonmigas sebesar USD 4,84 miliar yang dikurangi oleh defisit sektor migas sebesar USD 1,72 miliar.

Meskipun lebih rendah dibandingkan surplus Januari 2025 yang mencapai USD 3,49 miliar, tren surplus ini telah berlangsung selama 58 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Menteri Perdagangan, Budi Santoso, menyampaikan secara kumulatif, surplus perdagangan Indonesia pada Januari - Februari 2025 mencapai USD 6,61 miliar. "Angka tersebut lebih dari dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan USD 2,83 miliar," ujar Mendag Busan, Rabu (19/3/2025), demikian dikutip laman Kemendag.

Perdagangan Nonmigas Menjadi Penopang Utama Surplus

Surplus neraca perdagangan Indonesia terutama ditopang oleh sektor nonmigas dengan kontribusi signifikan dari mitra dagang utama. Amerika Serikat menjadi penyumbang surplus tertinggi dengan nilai USD 1,57 miliar, disusul India sebesar USD 1,27 miliar, Filipina USD 0,75 miliar, Vietnam USD 0,50 miliar, dan Malaysia USD 0,49 miliar.

Pada Februari 2025, total nilai ekspor Indonesia mencapai USD 21,98 miliar, meningkat 2,58 persen dibandingkan bulan sebelumnya (MoM) dan naik 14,05 persen dibanding Februari 2024 (YoY). Peningkatan ekspor ini didorong oleh kenaikan ekspor nonmigas sebesar 2,29 persen dan migas sebesar 8,25 persen (MoM).

Sektor industri menjadi kontributor utama ekspor dengan pangsa 84,69 persen, lebih tinggi dibandingkan Januari 2025 yang tercatat sebesar 83,97 persen. Sementara itu, sektor pertambangan menyumbang 12,60 persen dan sektor pertanian 2,71 persen.

Beberapa produk utama ekspor yang mengalami kenaikan signifikan pada Februari 2025 antara lain mesin dan peralatan mekanis (37,85 persen), lemak dan minyak nabati (37,04 persen), makanan olahan (20,30 persen), logam mulia dan perhiasan (16,45 persen), serta barang dari kulit samak (15,66 persen). Pasar utama ekspor nonmigas Indonesia tetap didominasi oleh Tiongkok, AS, dan India dengan total nilai ekspor USD 8,29 miliar atau 39,79 persen dari ekspor nonmigas nasional.

Impor Naik, Didominasi Bahan Baku dan Barang Modal

Sementara itu, impor Indonesia pada Februari 2025 tercatat sebesar USD 18,86 miliar, meningkat 5,18 persen dibandingkan Januari 2025 dan naik 2,30 persen dibandingkan Februari 2024. Kenaikan impor ini terjadi baik pada sektor nonmigas yang naik 3,52 persen maupun sektor migas yang meningkat 15,50 persen secara bulanan.

Mayoritas impor Indonesia masih didominasi oleh bahan baku/penolong dengan pangsa 73,90 persen, diikuti barang modal 18,31 persen, dan barang konsumsi 7,79 persen. Kenaikan impor bahan baku/penolong sebesar 7,44 persen sejalan dengan ekspansi industri manufaktur nasional yang tercermin dari peningkatan Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur Indonesia ke angka 53,6 pada Februari 2025.

Dari sisi negara asal, impor nonmigas Indonesia didominasi oleh Tiongkok, Jepang, dan Thailand yang secara keseluruhan menyumbang 51,12 persen dari total impor. Beberapa negara dengan kenaikan impor tertinggi antara lain Argentina (150,68 persen), Swiss (140,77 persen), Arab Saudi (79,48 persen), Australia (73,59 persen), dan Turki (63,78 persen).

Secara kumulatif, total impor Indonesia pada Januari - Februari 2025 mencapai USD 36,80 miliar, sedikit turun 0,36 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan ini dipengaruhi oleh turunnya impor migas sebesar 5,77 persen, sementara impor nonmigas masih mengalami kenaikan 0,62 persen.

Dengan tren surplus yang terus berlanjut, pemerintah optimistis bahwa kinerja perdagangan Indonesia akan tetap positif di tengah tantangan ekonomi global. Upaya diversifikasi pasar dan peningkatan daya saing produk ekspor menjadi kunci utama dalam menjaga stabilitas perdagangan nasional.

Editor: Gokli