Prof Dante Ingatkan Bahaya Pneumonia, Pembunuh Senyap yang Mengancam Anak-anak
Oleh : Redaksi
Rabu | 20-11-2024 | 11:24 WIB
Wamenkes-Dante3.jpg
Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof dr Dante Saksono Harbuwono. (Kemenkes)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Wakil Menteri Kesehatan RI, Prof dr Dante Saksono Harbuwono, mengingatkan masyarakat tentang bahaya pneumonia, yang kerap disebut sebagai silent killer karena dapat menyerang paru-paru secara diam-diam, melemahkan napas, dan berujung pada kematian, terutama pada anak-anak.

"Pneumonia terus menjadi ancaman serius bagi anak-anak di seluruh dunia. Setiap 43 detik, seorang anak meninggal karena penyakit ini. Artinya, 700 ribu anak meninggal setiap tahunnya akibat pneumonia, padahal ini penyakit yang bisa dicegah," ujar Prof Dante, dalam acara Puncak Hari Pneumonia Sedunia di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, demikian dikutip laman Kemenkes, Senin (18/11/2024).

Pneumonia adalah peradangan paru-paru akibat infeksi yang menyerang saluran pernapasan. Penyebabnya meliputi virus, bakteri, dan jamur. Pada balita, gejala yang sering muncul adalah batuk, kesulitan bernapas, serta tarikan dinding dada bagian bawah saat bernapas sebagai tanda pneumonia berat.

Faktor risiko utama pneumonia pada anak adalah paparan asap rokok. Prof Dante mengingatkan, perilaku merokok orang tua di rumah tidak hanya merusak kesehatan mereka sendiri, tetapi juga meningkatkan risiko pneumonia pada anak-anak.

"Data menunjukkan, anak-anak yang tinggal bersama orang tua perokok lebih rentan terkena pneumonia dibandingkan yang tinggal di lingkungan bebas rokok," jelasnya.

Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, dr Yudhi Pramono, menyebut pneumonia sebagai salah satu penyebab kematian terbesar pada balita di Indonesia. Data WHO pada 2021 mencatat pneumonia menyebabkan 740 ribu kematian pada anak di bawah usia lima tahun, atau sekitar 14% dari total kematian balita global.

Menurut data BPJS Kesehatan 2023, pneumonia menempati peringkat pertama sebagai penyakit dengan biaya pengobatan tertinggi di Indonesia, mencapai Rp 8,7 triliun. Biaya ini mengungguli penyakit lainnya seperti tuberculosis (TB), penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, dan kanker paru.

Pemerintah Indonesia berkomitmen mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), salah satunya memastikan kesehatan dan kesejahteraan untuk semua usia. Targetnya adalah menurunkan angka kematian balita akibat pneumonia hingga 70% secara nasional.

Prof Dante menekankan pentingnya momentum Hari Pneumonia Sedunia, yang diperingati setiap 12 November, untuk memperkuat kesadaran dan perlindungan terhadap pneumonia. "Sebagai bagian dari transformasi layanan kesehatan primer, pemerintah terus mengupayakan pencegahan pneumonia pada anak-anak melalui berbagai langkah strategis," ujarnya.

Langkah-langkah itu meliputi:

Vaksinasi untuk mencegah infeksi penyebab pneumonia.

Peningkatan gizi anak, termasuk pemberian ASI eksklusif dan penyediaan nutrisi berkualitas.

Edukasi lingkungan sehat, termasuk kampanye anti-rokok untuk menciptakan ruang udara bersih.

"Imunisasi hanyalah bagian kecil dari upaya melawan pneumonia. Untuk menangkal penyakit ini, kita harus memastikan anak-anak tumbuh dengan nutrisi baik dan daya tahan tubuh yang optimal," pungkas Prof Dante.

Dengan kolaborasi antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, Indonesia optimis dapat melindungi generasi muda dari ancaman pneumonia serta menciptakan masa depan yang lebih sehat.

Editor: Gokli