Menuju Batam 1

Cerita Amsakar, Dulu Ditendang, Kini Disayang
Oleh : Aldy Daeng
Selasa | 22-10-2024 | 10:04 WIB
Amsakar-A.jpg
Calon Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, saat bersilaturahmi dengan masyarakat Kampung Tua Batu Merah, Kecamatan Batu Ampar, Senin (21/10/2024) malam. (Foto: Aldy Daeng)

BATAMTODAY.COM, Batam - Dalam perjalanan politiknya, Amsakar Achmad, mantan Wakil Wali Kota Batam dua periode, kini berjuang untuk posisi tertinggi sebagai Wali Kota Batam. Perjalanan ini tak semudah yang dibayangkan, penuh lika-liku, seperti sebuah lirik lagu yang sempat populer: 'Dulu ku ditendang, sekarang ku disayang'.

Malam itu, Senin (21/10/2024) di atas panggung sederhana di Kampung Tua Batu Merah, Amsakar duduk santai mengenakan jaket putih berpadu corak hitam dan celana jeans --pakaian khas yang mencerminkan kesederhanaannya. Dengan nada penuh makna, ia membuka kisah dua setengah tahun yang penuh tantangan dalam karier politiknya, di mana dia merasa terkucil dan tak berdaya.

"Saya seperti terkunci. Tak bisa bergerak seperti yang seharusnya, tak bisa menjalankan peran saya sebagai Wakil Wali Kota. Semua fasilitas hilang entah ke mana," kenangnya, dengan raut wajah serius.

Meski selama bertahun-tahun dia mengabdi pada Pemerintah Kota Batam, rumah besarnya, rasa terasing itu membuatnya sesak --tak hanya secara emosional tetapi juga fisik.

Suatu malam, beberapa bulan lalu, saat keluarganya tidur, Amsakar duduk di ruang baca, merenung di depan laptop. "Tiba-tiba saya menangis. Saya merasa asing di kota yang sudah saya layani selama 27 tahun. Seperti seorang perantau di kampung halaman sendiri," ucapnya, suaranya bergetar dan air mata jatuh perlahan, menggambarkan betapa dalam rasa kecewanya.

Pada saat itu, dia merasa ditinggalkan. Tak ada partai politik yang siap mengusungnya, dan banyak orang menganggap tak ada jalan bagi Amsakar untuk maju sebagai calon Wali Kota Batam. Orang-orang mengolok, mengatakan dia tak punya "pitti" (kekuatan finansial) atau "hepeng" (uang), padahal tekadnya sudah bulat.

Namun, seiring waktu, Amsakar menyadari kekuatan tak hanya datang dari dukungan partai atau uang. "Dengan semangat yang kuat, ternyata Sang Penguasa Langit dan Bumi merubah peta politik di Batam secara dramatis," katanya, penuh keyakinan.

Keheningan menyelimuti pendengarnya saat ia melanjutkan cerita perjuangannya, memberikan semangat pada masyarakat untuk tak menyerah pada impian mereka. "Malam ini, saya tegaskan kepada saudara-saudara semua: jika sudah bercita-cita, jangan pernah mundur. Jika sudah bertekad, jangan pernah lemah semangat!" tegas Amsakar di hadapan warga yang mendengarkan dengan penuh perhatian.

Baginya, tanggung jawab belum tuntas, masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan untuk Batam. "Separuh hidup saya dihabiskan di Pemko Batam. Ini adalah rumah saya, dan saya ingin menjaga rumah besar ini. Setelah dua periode sebagai Wakil Wali Kota, tak ada tempat lain yang lebih tepat untuk saya selain sebagai Wali Kota Batam," tambahnya.

Amsakar kini berada dalam fase di mana dukungan masyarakat terus mengalir deras. "Dulu saya ditendang, sekarang masyarakat berlomba-lomba ingin menjadi relawan," ucapnya, menyiratkan kebangkitan dirinya yang dulu terpuruk.

Sebagai penutup, Amsakar yang dikenal gemar menulis, melantunkan sebuah puisi yang ditulisnya sendiri, menggambarkan rasa peduli dan cintanya terhadap kampung halaman:

"Tuan dan puan, ini adalah kisah tentang sejarah yang tak terbaca,
Tatkala Nadiem, Abdul Jamal, Raja Isa, dan Ali Kelana
Membuat masa lampau kemilau dan berdelau,
Menjulang ke semua selatan dan penjuru jagat.
Namun kini mereka pasti kecewa,
Melihat kita sedang menuai air mata dalam sejarah luka kampung tua,
Bagai Palestina di Gaza.
Kita pun kini tak sanggup lagi,
Menyanyi Raja Doli,
Tak lagi menari Jengger Jolok,
Tak lagi berkidung Pak Ketipak Ketipung."

Puisi ini bukan hanya melodi kata-kata, tetapi juga pesan penting bagi masyarakat Kampung Tua, komunitas yang sudah ada sejak lama sebelum Batam berkembang pesat. Malam itu, Amsakar bukan sekadar calon Wali Kota, tetapi seorang anak Melayu yang bertekad mengangkat kembali daerah yang ia cintai --Batam, Bandar Dunia Madani.

Editor: Gokli