Menteri Budi Arie Ajak Kampus Susun Strategi Pengembangan Masyarakat Digital
Oleh : Redaksi
Selasa | 08-10-2024 | 12:04 WIB
Budi-Arie8.jpg
Menkominfo, Budi Arie Setiadi, saat mengisi Kuliah Umum dan Pelantikan Trainer Program Cerdik (Cerdas Internet Kita) di Universitas Indonesia, Depok, Senin (7/10/2024). (Kominfo)

BATAMTODAY.COM, Depok - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi, mengajak sivitas akademika untuk berperan aktif dalam menyusun strategi besar bagi pembangunan masyarakat digital di Indonesia.

Hal ini disampaikan dalam Kuliah Umum dan Pelantikan Trainer Program Cerdik (Cerdas Internet Kita) di Universitas Indonesia, Depok, Senin (7/10/2024).

Budi Arie menekankan pentingnya regulasi yang jelas terkait penggunaan media sosial, terutama bagi anak-anak dan remaja. "Jika bisa, bantu susun strategi besar terkait masyarakat digital. Misalnya, pada usia berapa anak diperbolehkan menggunakan media sosial? Masukan dari kampus dan masyarakat sangat dibutuhkan," ujarnya, demikian dikutip laman Kominfo.

Ia menyoroti fenomena semakin banyaknya anak di bawah umur yang bebas mengakses media sosial tanpa pengawasan yang memadai. Menteri Budi mencontohkan langkah-langkah yang diambil negara lain, seperti Australia yang tengah mempertimbangkan pembatasan akses media sosial bagi remaja berusia 16 tahun ke bawah.

"Pemerintah Australia baru-baru ini membahas larangan bagi anak-anak SMP, 16 tahun ke bawah, untuk menggunakan media sosial. Ini menunjukkan kekhawatiran global terhadap dampak media sosial," tambahnya.

Budi Arie juga menjelaskan bahwa pemerintah Indonesia sedang menyusun regulasi agar media sosial tidak menjadi sarana penyebaran konten negatif. Namun, ia menegaskan bahwa kebebasan berpendapat dalam demokrasi tetap harus dijaga.

"Kritik dan suara kritis dari masyarakat tetap penting. Tetapi, kita juga harus memastikan penggunaan media sosial bisa mencerdaskan dan membangun masyarakat yang bijaksana," tuturnya.

Menurut Menkominfo, banyak konten yang tersebar di media sosial saat ini masih jauh dari norma kesantunan. Oleh karena itu, ia berharap dunia akademisi, termasuk Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UI, dapat memberikan masukan yang konstruktif dalam merumuskan strategi pembangunan masyarakat digital yang lebih baik.

"Semoga akademisi, termasuk dari FIB, dapat berkontribusi dalam menyusun strategi besar ini. Tujuannya agar ruang digital bisa dimanfaatkan untuk hal-hal yang lebih positif dan bermanfaat bagi masyarakat," tutupnya.

Editor: Gokli