Indonesia Komitmen Jadi Bagian Industri Kakao Global Berkelanjutan dan Inklusif
Oleh : Redaksi
Sabtu | 14-09-2024 | 15:24 WIB
Bara-Hasibuan.jpg
Staf Khusus Menteri Perdagangan Bidang Perjanjian Perdagangan Internasional, Bara Krishna Hasibuan, menyampaikan sambutan pada Pembukaan International Cocoa Conference 2024 di Singapura, Kamis (12/9/2024). (Kemendag)

BATAMTODAY.COM, Singapura - Indonesia berkomitmen menjadi bagian dari industri kakao global yang berkelanjutan dan inklusif. Indonesia juga terus memastikan penerapan prinsip konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab guna mendorong peningkatan kesejahteraan petani dan pelaku industri, serta perlindungan konsumen.

Hal ini diungkapkan Staf Khusus Menteri Perdagangan Bidang Perjanjian Perdagangan Internasional, Bara Khrisna Hasibuan, saat membacakan sambutan Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan dalam pembukaan Cocoa Association of Asia - International Cocoa Conference Exhibition (CAA - ICCE) 2024 di Raffles City Convention Center, Singapura. Konferensi yang berlangsung pada 12 - 13 September 2024 ini mengambil tema 'A Confluence for Positive Change'.

"Indonesia sebagai salah satu produsen kakao dunia berkomitmen untuk menjadi bagian dari industri kakao global yang berkelanjutan dan inklusif. Dengan memastikan penerapan prinsip konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab, Indonesia mendorong peningkatan kesejahteraan petani dan pelaku industri, serta perlindungan konsumen," ujar Bara, demikian dikutip laman Kemendag, Kamis (12/9/2024).

Bara menyebut, harga kakao dunia terus mengalami peningkatan drastis dalam beberapa waktu belakangan ini. Hal ini di antaranya disebabkan oleh menurunnya produksi kakao global karena hama, penyakit, perubahan cuaca, dan tanaman kakao tua yang tidak produktif lagi. Di samping itu, kita juga harus memperhatikan implementasi European Union Deforestation free Products Regulation (EUDR) pada akhir tahun 2024 yang juga akan menjadi tantangan tersendiri bagi sektor kakao.

Ia pun mengungkapkan sejumlah upaya bersama yang dapat dilakukan untuk menghadapi tantangan sektor kakao. Upaya tersebut di antaranya dengan mendorong peningkatan kapasitas dan produktivitas untuk memastikan terpenuhinya pasokan kakao, mendorong iklim investasi yang kondusif untuk sektor kakao, melakukan hilirisasi produk berbasis kakao dari hulu hingga hilir dengan penggunaan teknologi untuk meningkatkan nilai tambah dan menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan pelatihan bagi petani serta partisipasi aktif generasi muda pada sektor kakao.

Selain itu, lanjut Bara, upaya yang bisa dilakukan yaitu berkolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan. "Saya memandang kolaborasi dengan seluruh pihak merupakan hal penting dalam membantu mengatasi tantangan-tantangan tersebut," harap Bara.

Bara menambahkan, "Kami ingin mengembalikan posisi Indonesia sebagai salah satu pemain utama di tingkat global dalam produksi dan ekspor kakao. Konferensi ini merupakan suatu kesempatan bagi seluruh pemangku kepentingan untuk berkumpul, berdiskusi, dan merumuskan langkah-langkah strategis dalam membantu memajukan industri kakao dan cokelat global, khususnya di regional Asia."

Kami mengapresiasi penyelenggaraan CAA - ICCE 2024 yang menghadirkan tokoh-tokoh penting yang dapat mendukung perkembangan industri sektor kakao di dunia. Diharapkan CAA - ICCE 2024 dapat berkontribusi membantu menciptakan masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan bagi industri kakao dan cokelat global," imbuh Bara.

CAA-ICCE merupakan konferensi internasional yang diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Konferensi ini berfokus pada topik yang paling relevan dengan para pakar lintas industri yang diselenggarakan CAA.

Sementara CAA adalah asosiasi pedagang dan pemroses biji kakao di Asia yang bertujuan mempercepat pertumbuhan industri kakao dan cokelat, mendorong pertumbuhan berkelanjutan dalam budidaya dan pengolahan kakao, serta menciptakan dampak positif bagi petani kakao. Wakil Indonesia yang menjadi anggota CAA, antara lain, Asosiasi Kakao Indonesia, Barry Callebaut Indonesia, Cargill Indonesia, Ceres, Glico Indonesia, JB Cocoa, Mondelez Indonesia, serta Nestle.

CAA-ICCE 2024 bertujuan untuk meningkatkan berkolaborasi pelaku industri sektor kakao. Forum ini membahas strategi dalam mendukung perkembangan sektor industri kakao yang berkelanjutan, kemajuan teknologi, perubahan iklim global, serta tren pemasaran di sektor kakao.

Pada 2023, ekspor produk kakao Indonesia ke dunia tercatat sebesar 340,14 ribu ton dengan nilai mencapai USD 1,2 miliar. Pada tahun tersebut, impor Indonesia untuk produk kakao tercatat sebesar 340,45 ribu ton dengan nilai USD 979 juta.

Berdasarkan data International Cocoa Organization, Indonesia merupakan negara produsen biji kakao terbesar di kawasan Asia dengan pangsa produksi sebesar 62,3 persen. Daerah dengan penghasil biji kakao terbesar di Indonesia yaitu Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Selatan. Adapun ekspor kakao Indonesia didominasi oleh produk dengan kode HS 1804 (mentega, lemak, dan minyak kakao) dengan pangsa lebih dari 50 persen. Sementara tujuan utama ekspor Indonesia di antaranya, India dengan pangsa 17 persen, Uni Eropa (16 persen), dan Amerika Serikat (15 persen).

Editor: Gokli