Peneliti Sebut Perubahan Iklim Tingkatkan Suhu di Malam Hari, Termasuk RI
Oleh : Redaksi
Sabtu | 10-08-2024 | 17:04 WIB
Ilustrasi-Perubahan-Iklim1.jpg
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Perubahan iklim menyebabkan peningkatan suhu saat malam di beberapa wilayah dunia termasuk di Indonesia, dengan peningkatan rata-rata nasional di atas 25 derajat Celcius dan dapat berdampak pada kesehatan, menurut analisis terbaru Climate Central.

Berdasarkan keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu, analisis oleh organisasi nirlaba Climate Central mencatat Indonesia mengalami peningkatan suhu rata-rata nasional di atas 25 derajat Celcius sebanyak 12 malam akibat perubahan iklim, termasuk beberapa kota besar yang mengalami kenaikan suhu saat malam hari.

"Dari Indonesia hingga Irak lalu Italia, analisis kami menunjukkan bahwa perubahan iklim menyebabkan suhu malam yang lebih tinggi, dengan 2,4 miliar orang mengalami setidaknya tambahan dua pekan per tahun dengan malam di atas 25 derajat Celcius akibat perubahan iklim selama dekade terakhir," kata Peneliti Dampak Iklim di Climate Central, Michelle Young.

Analisis Climate Central memperlihatkan di Cilacap suhu malam meningkat sebanyak 85 malam, di Surabaya 79 malam, dan di Padang 74 malam. Selain itu, Denpasar mengalami 35 malam dengan suhu di atas 25 derajat Celcius, sementara Jakarta, Bekasi, dan Tangerang mengalami dua pekan dengan kenaikan suhu serupa.

Para ahli kesehatan memperingatkan bahwa semakin banyak malam dengan suhu di atas batas nyaman atau aman dapat memicu epidemi kurang tidur, penyakit akut dan kronis, serta masalah kesehatan mental. Malam dengan suhu di atas 25 derajat Celcius, 20 derajat Celcius, atau bahkan 18 derajat Celcius dapat berdampak negatif pada tidur dan kesehatan.

Suhu di atas 25 derajat Celcius adalah ambang batas bagi negara-negara tropis atau Asia. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) sendiri merekomendasikan agar suhu ruangan dijaga maksimal 24 derajat Celcius di malam hari.

Suhu malam hari meningkat lebih cepat daripada suhu siang hari karena bumi semakin memanas. Perubahan iklim, yang disebabkan oleh pembakaran fosil seperti batu bara, minyak, dan gas, serta penebangan hutan, mempercepat peningkatan suhu malam hari.

Para ahli memperingatkan bahwa dampak kesehatan masyarakat yang kritis akan meningkat akibat panas ekstrem dan gangguan tidur.

"Ini adalah alarm bahaya pada kesehatan manusia. Dengan tahun 2024 yang tampaknya menjadi tahun terpanas dalam catatan, tidak pernah lebih penting untuk berhenti membakar bahan bakar fosil seperti minyak, batu bara, dan gas serta melindungi hutan untuk mencegah suhu global naik lebih lanjut," ujar Michelle Young.

Sumber: ANTARA
Editor: Yudha