Pipa Pipih
Oleh : Redaksi
Senin | 05-08-2024 | 08:04 WIB
AR-BTD-5197-Dahlan-Iskan.jpg
Dahlan Iskan saat meninjau proyek Sekayung. (Foto: Disway.id)

Oleh Dahlan Iskan

BISA jadi 10 doktor baru akan lahir dari proyek jalan tol tersulit di Indonesia ini: Semarang-Sayung --akan tersambung kelak menjadi Semarang-Kudus.

Tentu semua itu doktor baru bidang teknik. Segala macam teknik: sipil, mesin, geologi, geomembrant, ilmu kelautan pun sampai ke ilmu bambu.

Begitu banyak masalah teknik yang dihadapi. Semua harus dipecahkan di lapangan. Serba baru. Belum banyak literaturnya.

Temuan baru yang mungkin bisa dianggap paling sederhana: bagaimana cara mengikat bambu agar bisa menjadi rakit yang kukuh dan tidak bisa bergeser-geser.

Di lapangan, Sabtu sore lalu, saya baru tahu bahwa cara menata bambu berbeda dengan saya pahami dari naskah tertulis ilmiah.

Anda sudah tahu: setidaknya diperlukan 9 juta batang bambu untuk fondasi jalan tol 10 km dari Semarang ke arah timur itu.

Bertruk-truk bambu datang ke lokasi yang terletak di atas pantai utara kawasan industri itu.

Bergunung-gunung bambu tertumpuk di lokasi proyek.

Semua berukuran panjang delapan meter. Lurus-lurus. Umumnya bambu jenis ori dan ampel.

Bambu yang sedikit bengkok masih bisa diluruskan dengan alat. Yang terlalu bengkok ditolak.

Tiap delapan bambu dijejer. Antar jejeran bambu diberi jarak satu meter. Bukan dijejer tanpa jarak.

Di atas jejeran bambu itu dijejer bambu-bambu lain dalam posisi melintang. Tiap jejer juga delapan bambu. Antar jejeran juga berjarak satu meter. Maka terbentuk kotak kosong 1 meter persegi di setiap rakitan.

Antara bambu yang membujur dan bambu yang melintang di atasnya itulah yang harus diikat. Secara manual. Pengikatnnya adalah tampar nylon ukuran 8 mm. Warna apa saja. Tidak harus merah.

Perusuh Disway se-Indonesia pun akan kewalahan menjadi juru ikat bambu di sana --apalagi bagi yang hanya punya keahlian mengikat panah asmara.

Perakitan itu dilakukan langsung di lokasi jalan tol. Semua bambu dibuat sambung-menyambung. Ke arah kanan-kiri sampai selebar 150 meter. Juga yang ke arah muka-belakang. Sampai membentuk hamparan bambu sepanjang 10 km.

Di atas hamparan pertama bambu itu harus digelar membran. Dengan kekuatan tertentu. Membran itu tidak kedap air. Justru berpori-pori. Agar air di bawah bisa naik menembus porinya.

Di atas membran itulah ditumpahkan tanah urug. Sampai ketebalan tertentu. Lantas, di atas tanah urug digelar lagi bambu. Dengan cara yang sama. Lalu diurug lagi. Bambu lagi. Urug lagi.

Setelah mencapai empat lapis digelar lagi membrant kedua. Dengan kekuatan yang berbeda. Lalu diurug lagi.

Di lapisan keempat, barulah ditanam pipa pipih. Bentuknya pipih sehingga tidak pantas saya sebut pipa. Tapi fungsinya untuk mengalirkan air. Itulah perlunya ruang 1 meter persegi di sela-sela bambu.

Di setiap ruang 1 meter persegi itulah ''pipa pipih'' ditanam. Pakai alat seperti pemukul tiang pancang. Penanaman pipa pipih itu sedalam 60 meter. Dengan demikian air yang kena tekanan fondasi bisa naik. Kemudian dirembeskan ke samping.

Dengan demikian fondasi bambu ini sebenarnya tidak akan lagi sepenuhnya mengambang. Air di bawahnya justru 'habis' naik lewat 'pipa pipih' itu.

Maka bagi yang telanjur membayangkan tol Semarang-Demak segera beroperasi harus lebih sabar. Jangan punya pikiran 'yang belum jadi tinggal 10 km'.

Yang hanya 10 km itu akan memakan waktu sampai tahun 2027. Tidak bisa dipercepat. Biar pun misalnya punya uang yang tidak berseri. Atau salah satu proyek manajernya di situ, Ir Yayan Suryanto diancam akan dipecat.

Seperti yang saya lihat Sabtu lalu dari 10 km itu yang sudah terlihat sebagai badan jalan baru sepanjang 400 meter. Itu pun masih perlu dinaikkan tiga lapis lagi.

Tiap satu lapis selesai dikerjakan, harus ditunggu antara 55 hari sampai 200 hari. Baru bisa mengerjakan lapis di atasnya. Itulah yang disebut masa konsolidasi. Tidak bisa ditawar.

Setelah konsolidasi tercapai barulah bisa dikerjakan lapisan berikutnya.

Begitu banyak ahli yang studi ke proyek ini. Termasuk ahli-ahli dari Tiongkok. Bukan hanya doktor yang harus banyak lahir dari proyek ini. Juga hak paten.

Setidaknya jalan tol Semarang-Demak pasti akan tersambung. Biar pun itu baru tahun 2027.

Tiga tahun lagi tidaklah lama. Terutama bagi yang bukan orang Demak, Pati, dan Kudus.*

Penulis adalah wartawan senior Indonesia