Penerimaan Pajak Kripto RI Meroket hingga Potensi Bitcoin di Agustus 2024
Oleh : Redaksi
Kamis | 01-08-2024 | 12:04 WIB
bitcoin-ilustrasi.jpg
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Penerimaan pajak dari industri kripto di Indonesia terus menunjukkan tren positif. Data dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan menunjukkan total setoran pajak dari sektor ini mencapai Rp 798,84 miliar sejak Mei 2022 hingga Juni 2024.

Kabar dari pasar kripto, harga Bitcoin terus berfluktuasi memasuki bulan Agustus 2024. Banyak prediksi yang memandang bulan Agustus akan terjadi rebound harga Bitcoin, benarkah? Bagaimana prospek ke depannya?

Berkaitan dengan kabar tersebut, Tokocrypto untuk menyajikan rangkuman berita di industri aset kripto dan ekosistemnya.

1. Transaksi Kripto Meningkat Pesat, Penerimaan Pajak Indonesia Meroket

Penerimaan pajak dari industri kripto di Indonesia terus menunjukkan tren positif. Data dari Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan menunjukkan total setoran
pajak dari sektor ini mencapai Rp 798,84 miliar sejak Mei 2022 hingga Juni 2024.

Angka ini merupakan kontribusi sebesar 3% dari total pajak yang dikumpulkan dari kegiatan ekonomi
digital yang mencapai Rp 25,88 triliun. Kenaikan penerimaan pajak dari industri kripto ini menunjukkan minat yang tinggi dari investor domestik.

Hal ini dibuktikan dari penerimaan pajak kripto di Indonesia yang terus menunjukkan pertumbuhan pesat sejak awal tahun 2024. Pada kuartal pertama 2024 saja, DJP mencatat total pajak yang terkumpul dari transaksi kripto mencapai Rp 112,93 miliar.

Mulai 1 Mei 2022, pemerintah memberlakukan pajak pada aset kripto melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Republik Indonesia Nomor 68/PMK.03/2022. Peraturan tersebut mengatur tentang PPh dan PPN untuk transaksi perdagangan aset kripto, dengan tarif PPh sebesar 0,1% dari nilai transaksi untuk penjual aset kripto dan PPN sebesar 0,11% dari nilai transaksi untuk pembelian aset kripto. Bagi pedagang fisik aset kripto yang tidak terdaftar di Bappebti, tarif pajaknya lebih tinggi, yakni PPh sebesar 0,2% dan PPN sebesar 0,22%.

Peningkatan pajak ini sejalan dengan jumlah transaksi kripto yang meningkat pada periode Januari hingga Juni. Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) melaporkan bahwa total nilai transaksi kripto di Indonesia mencapai Rp 301,75 triliun pada paruh pertama tahun ini, meningkat sebesar 354,17% secara year-to-year (YoY) dibandingkan periode yang sama pada 2023 yang mencapai Rp 66,44 triliun.

Sementara jumlah pelanggan aset kripto terdaftar hingga Juni 2024 mencapai 20,24 juta pelanggan. Tokocrypto, salah satu pedagang aset kripto terbesar di Indonesia, turut menyumbang signifikan terhadap penerimaan pajak ini.

CMO Tokocrypto, Wan Iqbal, menyatakan bahwa hampir 50 persen dari total pajak kripto yang dikumpulkan berasal dari transaksi di platform mereka. "Nilai transaksi Tokocrypto berdasarkan volume perdagangan harian sepanjang semester I 2024 mencapai lebih dari US$ 23 juta atau sekitar Rp 374 miliar per hari. Angka ini naik sebesar 80% dibanding rata-rata volume trading tahun lalu," kata Iqbal, dalam keterangan pers, Kamis (1/8/2024).

Iqbal juga menambahkan bahwa jumlah pengguna Tokocrypto kini sudah mencapai lebih dari 4,5 juta, tumbuh sekitar 45% dibanding akhir tahun 2023. "Penerimaan pajak dari transaksi kripto merupakan bukti nyata bahwa industri ini semakin diterima dan berkembang pesat di Indonesia. Kami akan terus berupaya untuk mendukung pertumbuhan ini dengan inovasi dan layanan yang lebih baik," tambahnya.

Dengan kontribusi yang semakin signifikan dari industri kripto, Indonesia diharapkan dapat terus mendorong pertumbuhan ekonomi digital yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Iqbal juga menegaskan komitmen Tokocrypto dalam mendukung upaya pemerintah dalam mengatur industri kripto. Platform ini memastikan kepatuhan terhadap seluruh peraturan yang berlaku.

"Pertumbuhan signifikan dalam penerimaan pajak kripto menunjukkan semakin matangnya pasar aset digital di Indonesia,” ujar Iqbal. “Dengan semakin jelas dan diterima luasnya regulasi, kami melihat peningkatan minat baik dari investor institusi maupun retail. Hal ini tidak hanya menguntungkan pemerintah, tetapi juga menciptakan ekosistem yang lebih berkelanjutan dan transparan bagi bisnis kripto," tambahnya.

Penerapan Aturan yang Setara

Kemudian lanjut Iqbal, pemerintah harus menciptakan level playing field bagi semua platform perdagangan kripto. Perusahaan kripto asing juga sudah waktunya untuk diberlakukan pengenaan pajak kripto, sesuai dengan aturan PMK 68. Hal ini bisa menciptakan industri kripto yang lebih sehat, mendukung platform lokal untuk bersaing dan menghindari capital flow ke luar negeri.

"Penerapan pemblokiran sosial media exchanger global ini dapat mendorong investor untuk beralih ke platform lokal yang telah terdaftar dan diawasi oleh Bappebti, sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan volume transaksi di platform lokal. Ini memberikan sinyal yang kuat bahwa pemerintah serius dalam menegakkan peraturan di sektor kripto, mendorong pelaku industri untuk mematuhi regulasi yang berlaku," terangnya.

Menurut Iqbal, semester II akan menarik dan penuh potensi untuk pasar kripto global, termasuk Indonesia. Kemungkinan besar harga Bitcoin bisa mencapai nilai tertinggi sepanjang masa yang baru lagi di Kuartal 4 2024. "Proyeksi harga Bitcoin di akhir tahun dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk potensi penurunan suku bunga The Fed, pemilu AS dan meningkatnya minat dari institusi keuangan besar, termasuk perdagangan ETF Bitcoin dan Ethereum," prediksinya.

Selain itu, adopsi teknologi blockchain yang lebih luas, serta inovasi dalam produk keuangan berbasis kripto, seperti ETF dan kontrak berjangka, juga dapat memberikan dorongan tambahan bagi harga Bitcoin.

2. Potensi Pergerakan Bitcoin di Bulan Agustus 2024: Akankah Naik?

Pergerakan harga Bitcoin (BTC) selama bulan Juli 2024 menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Berdasarkan data Bitcoin Monthly Returns, pertumbuhan nilai BTC hanya mencapai +3,14%, meskipun angka ini meningkat signifikan dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai -6,96%. Bulan Agustus menjadi harapan baru bagi investor untuk potensi harga Bitcoin mencapai nilai tertinggi sepanjang masa kembali.

Namun, di awal bulan Agustus, Bitcoin dan pasar kripto secara keseluruhan mengalami penurunan tajam. Pada Kamis (1/8/2024), harga Bitcoin turun karena meningkatnya risiko geopolitik yang menarik perhatian investor setelah pertemuan The Fed bulan Juli berakhir. Bitcoin turun di bawah level US$ 65.000 dari sekitar level US$66.500 setelah konferensi pers Ketua Fed, Jerome Powell, yang mengumumkan tetap mempertahankan laju suku bunga pada 5,25-5,5%.

Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, mengamati penurunan harga Bitcoin ini banyak dipengaruhi oleh sentimen distribusi BTC oleh Mt. Gox, transfer Bitcoin senilai $2 miliar oleh pemerintah AS, serta kondisi geopolitik Timur Tengah yang memanas kembali pasca pimpinan Iran dilaporkan memerintahkan serangan balasan terhadap Israel atas wafatnya Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh.

"Tekanan penjualan BTC terjadi disebabkan oleh meningkatnya risiko konflik yang lebih luas di wilayah Timur Tengah. Sentimen negatif ini membuat investor cenderung mengurangi eksposur terhadap aset berisiko tinggi seperti kripto, termasuk Bitcoin. Selain itu, distribusi Bitcoin dari Mt Gox dan langkah pemerintah AS yang mentransfer Bitcoin dalam jumlah besar juga mempengaruhi likuiditas pasar, meningkatkan tekanan jual dan ketidakpastian di kalangan investor. Kombinasi dari faktor-faktor ini memberikan tekanan yang signifikan pada harga Bitcoin saat ini," ujar Fyqieh.

Lebih lanjut, Fyqieh menjelaskan pada tanggal 19 Juli, harga Bitcoin kembali ke level US$ 64.000, didorong oleh perubahan narasi politik AS terhadap industri kripto dan antisipasi peluncuran ETF Ethereum spot yang berbasis di AS. Beberapa upaya telah dilakukan untuk mendorong harga lebih tinggi menuju US$ 70.000, tetapi semuanya gagal memicu tren harga yang lebih luas.

"Sebaliknya, Bitcoin telah merosot di bawah area utama berfluktuasi antara US$ 65.300 dan US$ 68.400 selama hampir sepuluh hari terakhir. Penurunan Bitcoin di bawah level US$ 65.000 menjadi kekhawatiran, karena hal ini mengindikasikan melemahnya momentum bullish jangka pendek. Para analis teknis melihat potensi penurunan lebih lanjut menuju level support terdekat di US$ 62.000. Sentimen pasar juga terpengaruh oleh ketidakpastian seputar regulasi kripto global dan kekhawatiran akan inflasi yang meningkat," Analisa Fyqieh.

Potensi Bitcoin di Agustus

Fyqieh melihat meski bulan Agustus diawali dengan penurunan, potensi ke depan masih besar untuk Bitcoin rebound. Menurutnya, ke depan di bulan Agustus, peristiwa FUD seperti Mt Gox, pemerintah Jerman, atau penjualan BTC yang disita oleh pemerintah AS sudah berlalu. Sentimen publik mungkin akan berbalik ke arah positif yang menjadi lebih bullish sampai akhir tahun mendatang.

Di samping itu, sentimen makroekonomi juga diperkirakan akan membaik melihat komentar Ketua The Fed, Jerome Powell, pada konferensi pers FOMC, Rabu (31/7/2024), yang mengatakan bahwa para pejabat sedang mempertimbangkan potensi penurunan suku bunga pada bulan September. Namun, ia juga mencatat bahwa mereka akan mengevaluasi inflasi dan data ekonomi mendatang sebelum mengambil tindakan lebih lanjut.

Pasar keuangan, khususnya sektor kripto, telah menanti-nantikan pembaruan FOMC dan komentar Ketua Fed. Meskipun penangguhan suku bunga telah diantisipasi, komentar Powell tentang potensi penurunan suku bunga pada bulan September memberikan wawasan baru.

Meskipun analis memprediksikan kenaikan harga di atas US$ 70.000 atau sekitar Rp 1,13 miliar, Bitcoin mungkin memerlukan bantuan makro lebih lanjut dalam bentuk putaran inflasi yang lebih rendah dan proyeksi pemangkasan suku bunga Fed, untuk memicu kenaikan harga. Laporan CPI AS dijadwalkan pada tanggal 20 Agustus.

"Investor dan trader akan memantau dengan saksama data ekonomi mendatang, karena data tersebut akan memainkan peran penting dalam proses pengambilan keputusan Federal Reserve. Potensi pemangkasan suku bunga pada bulan September dapat berdampak signifikan terhadap biaya pinjaman, strategi investasi, dan momentum ekonomi secara keseluruhan," jelas Fyqieh.

Editor: Gokli