IMF Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Global Tahun Ini 3,2 Persen
Oleh : Redaksi
Rabu | 17-04-2024 | 16:36 WIB
IMF2.jpg
Lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) (Foto: Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Lembaga Dana Moneter Internasional (IMF) pada Selasa (16/4/2024) menaikkan perkiraan pertumbuhan global pada 2024 menjadi 3,2 persen atau 0,1 poin persentase lebih tinggi dari proyeksi pada Januari. Hal tersebut dirilis dalam laporan World Economic Outlook (WEO).

Kondisi geopolitik yang tak menentu ternyata menjadikan perekonomian global tetap tangguh. Kepala Ekonom dan Direktur Departemen Riset IMF Pierre Olivier Gourinchas mengatakan, pertumbuhan yang stabil dan inflasi yang melambat hampir secepat kenaikannya.

"Sebagian besar indikator terus menunjukkan soft landing," ungkap Gourinchas dilansir Xinhua, Rabu (17/4/2024).

Meskipun dampak buruk ekonomi akibat krisis yang terjadi dalam empat tahun terakhir berkurang, IMF memperkirakan akan ada lebih banyak dampak buruk yang akan dialami negara-negara berkembang berpendapatan rendah.

Sementara negara-negara maju IMF memperkirakan akan tumbuh 1,7 persen pada 2024, naik 0,2 poin persentase dari perkiraan Januari.

Dalam laporan tersebut disebut bahwa perekonomian AS akan tumbuh sebesar 2,7 persen pada 2024 dan melambat menjadi 1,9 persen pada 2025.

Sementara perekonomian di Eropa akan tumbuh sebesar 0,8 persen pada 2024, dan meningkat menjadi 1,5 persen pada 2025.

Kinerja Amerika Serikat (AS) yang kuat baru-baru ini mencerminkan pertumbuhan produktivitas dan lapangan kerja yang kuat, tapi juga permintaan yang kuat dalam perekonomian yang masih terlalu panas.

"Hal ini memerlukan pendekatan yang hati-hati dan bertahap terhadap pelonggaran yang dilakukan oleh Federal Reserve," kata Gourinchas.

Gourinchas menambahkan, masih banyak tantangan yang dihadapi dan diperlukan tindakan tegas. Hal tersebut tertulis dalam laporan WEO yang menunjukkan bahwa perkiraan terbaru pertumbuhan global lima tahun dari sekarang sebesar 3,1 persen berada pada titik terendah dalam beberapa dekade.

Sebagai informasi, IMF memperkirakan bahwa inflasi global diperkirakan akan turun dari rata-rata tahunan sebesar 6,8 persen pada 2023 menjadi 5,9 persen pada 2024 dan 4,5 persen pada 2025.

Dengan negara-negara maju kembali ke target inflasi mereka lebih cepat dibandingkan negara-negara emerging market dan berkembang.

"Meskipun tren inflasi menggembirakan, kita belum mencapainya. Yang agak mengkhawatirkan, kemajuan menuju target inflasi agak terhenti sejak awal tahun," kata Gourinchas.

Kepala Ekonom IMF ini menekankan bahwa harga minyak telah meningkat akhir-akhir ini, sebagian disebabkan oleh ketegangan geopolitik dan inflasi jasa yang masih sangat tinggi.

Dalam laporan disebutkan bahwa perbedaan kecepatan disinflasi di antara negara-negara besar juga dapat menyebabkan pergerakan mata uang yang memberikan tekanan pada sektor keuangan.

"Suku bunga yang tinggi dapat memberikan efek pendinginan yang lebih besar daripada yang dibayangkan ketika hipotek dengan suku bunga tetap diatur ulang dan rumah tangga menghadapi utang yang tinggi, sehingga menyebabkan tekanan keuangan," tambahnya.

Tetap tangguh
IMF juga menilai, perekonomian global masih akan tetap tangguh. Meski pertumbuhannya tidak merata dan terdapat prediksi suram.

IMF menjelaskan, pertumbuhan yang stabil dan laju inflasi yang melambat hampir sama cepatnya dengan kenaikannya. Perjalanan ini dinilai penuh peristiwa penting, dimulai dengan gangguan rantai pasokan setelah pandemi, krisis energi dan pangan yang dipicu oleh perang Rusia terhadap Ukraina, lonjakan inflasi signifikan, lalu diikuti oleh pengetatan kebijakan moneter secara global.

Pertumbuhan global mencapai titik terendahnya pada akhir 2022, yaitu sebesar 2,3 persen. Angka itu tidak lama setelah median inflasi umum mencapai puncaknya pada 9,4 persen.

"Menurut proyeksi Prospek Ekonomi Dunia terbaru kami, pertumbuhan tahun ini dan tahun depan akan tetap stabil pada angka 3,2 persen. Dengan median inflasi umum turun dari 2,8 persen pada akhir 2024 menjadi 2,4 persen pada akhir 2025," kata IMF dalam keterangan di laman resminya.

IMF menjelaskan, sebagian besar indikator terus menunjukkan adanya soft landing. IMF juga memproyeksikan kerugian ekonomi yang lebih kecil akibat krisis yang terjadi selama empat tahun terakhir, meski perkiraannya berbeda-beda di setiap negara.

Sementara itu, perekonomian Amerika Serikat (AS) dianggap telah melampaui tren pra-pandemi. Hanya saja kini IMF memperkirakan, akan ada lebih banyak dampak buruk yang akan menimpa beberapa negara berkembang berpendapatan rendah, yang sebagian besar masih berjuang keluar dari pandemi dan krisis biaya hidup.

Pertumbuhan yang berketahanan dan disinflasi yang cepat dianggap menunjukkan perkembangan pasokan menguntungkan. Termasuk memudarnya guncangan harga energi, dan peningkatan pasokan tenaga kerja yang didukung oleh kuatnya imigrasi di banyak negara maju.

"Tindakan kebijakan moneter telah membantu memperkuat ekspektasi inflasi meskipun transmisinya mungkin lebih terkendali, karena kredit perumahan dengan suku bunga tetap menjadi lebih umum. Walau ada perkembangan yang menggembirakan, masih banyak tantangan yang dihadapi dan diperlukan tindakan tegas," tutur IMF.

Editor: Surya