Mengkritisi Ungkapan Rocky Gerung yang Dinilai Tidak Beradab
Oleh : Opini
Selasa | 08-08-2023 | 10:41 WIB
A-ROCKY-GERNG_jpg2222.jpg
Pengamat politik Rocky Gerung. (Foto: Ist)

Oleh Abdillah Fatir

BANYAK pihak menganggap bahwa ungkapan yang dikemukakan oleh Rocky Gerung sama sekali merupakan ucapan yang tidak mendasar dan juga menunjukkan bagaimana kualitas pribadinya yang mencerminkan bahwa dirinya sama sekali tidak beradab dan jauh dari nilai-nilai luhur yang dianut oleh bangsa Indonesia.

Setelah beberapa waktu lalu sempat sangat menghebohkan publik dan menjadi viral di banyak media sosial atas bagaimana ucapannya, maka hal itu juga membuat tidak sedikit pihak turut berkomentar mengenai adanya dugaan penghinaan terhadap Presiden Joko Widodo.

Tanggapan tersebut kini terlontar dari Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Berkarya, Fauzan Rachmansyah. Menurutnya bahwa ucapan serta tindakan yang telah dilakukan oleh Rocky Gerung diruang publik terkait dengan Kepala Negara itu merupakan sebuah hal yang sangat buruk dan sama sekali tidak baik untuk masyarakat.

Dengan sangat tegas dirinya menilai bahwa perkataan yang diucapkan oleh pengamat politik itu sama sekali bukanlah sebuah kritik, melainkan justru mencerminkan sebuah komunikasi publik yang tidak beradab serta sebuah kalimat yang sangatlah melanggar hukum karena bertentangan dengan konstitusi negara.

Tidak tanggung-tanggung, bahkan politikus dari Partai Berkarya itu mengungkapkan bahwa ucapan dari Rocky Gerung sudah dapat masuk kepada ranah pidana. Selain yang dikatakan oleh filsuf itu bukanlah tergolong sebuah kritik, namun juga ungkapannya sama sekali tidak memiliki rujukan dasar apapun. Sehingga jika memang sudah terbukti secara konkret kalau terdapat unsur melanggar hukum di sana, hendaknya aparat keamanan mampu langsung memprosesnya ke dalam ranah pidana.

Terlebih, memang sebagai seorang yang mengaku akademisi, seharusnya pria berusia 64 tahun itu lebih bisa memahami dan lebih bijak dalam memilih serta memilah kata yang hendak dia ucapkan. Karena selama ini memang sangat terkenal bagaimana rekam jejak dari mantan dosen Universitas Indonesia (UI) tersebut kerap kali mengutarakan berbagai kata yang kurang pantas ke ruang publik dan di ruang digital.

Bukan hanya itu, namun dengan kelihaiannya bermain kata-kata, Rocky Gerung juga seringkali tampak dengan sengaja menggunakan perkataan yang mampu menimbulkan multitafsir atau bahkan kesalahan tafsir di tengah masyarakat, khususnya untuk para relawan pendukung Presiden Jokowi.

Padahal, hendaknya selaku orang yang terdidik, seharusnya pengamat politik itu memahami bagaimana cara untuk melemparkan kritik yang bagus dan membangun atau produktif. Selain itu, selama ini justru Kepala Negara sendiri bukanlah tipikal orang yang anti kritik, bahkan pada saat terjadi demo besar 212 beberapa waktu silam, Presiden langsung turut hadir dan mendengarkan aspirasi masyarakat. Sehingga dengan adanya sikap demikian dari sosok Kepala Negara, justru hendaknya mampu direspon dengan baik pula, yakni memberikan kritik yang memang membangun.

Senada, masih mengenai bagaimana tata cara berperilaku dan bertutur kata yang sopan dengan merujuk kepada peristiwa Rocky Gerung, seluruh warga Nahdlatul Ulama (NU) atau yang biasa disebut dengan Nahdliyin diimbau untuk tidak meniru bagaimana ungkapan dari filsuf tersebut, yang mana memberikan sebuah kritik tanpa adanya sopan santun sama sekali.

Mengenai imbauan tersebut, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (Ketum PBNU), Yahya Cholil Staquf atau yang biasa akrab disapa Gus Yahya menilai dengan sangat tegas bahwa pria berusia 64 tahun itu sudah bertindak sangat tidak sopan terhadap Kepala Negara.

Pernyataan tidak sopan yang dimaksud dan menjadi sangat banyak disorot, telah terucap dari mulut Rocky Gerung adalah adanya ungkapan 'Bajingan dan Tolol'. Maka, lebih lanjut, Gus Yahya kemudian juga memberikan imbauan kepada para aktor politik di Tanah Air agar tidak melakukan tindakan serupa seperti yang dilakukan oleh filsuf tersebut.

Bagaimana tidak, pasalnya sudah sangat jelas bahwa ungkapan yang dikemukakan oleh pengamat politik itu sangat jauh dari adab ketimuran yang selama ini dianut dan sangat dijunjung tinggi oleh bangsa Indonesia. Sehingga dengan adanya peristiwa ini tentu sebagai bangsa yang sangat patuh kepada nilai-nilai luhur, sama sekali tidak bisa lagi memberikan toleransi lagi.

Sementara itu, Presiden Laskar Sholawat Nusantara (LSN), M. Fawait juga sangat menyayangkan bagaimana pernyataan yang telah keluar dari mulut akademisi tersebut kepada sosok Kepala Negara yang sampai saat ini masih sah untuk memimpin dan dilindungi oleh konstitusi negara.

Dirinya juga meminta supaya pengamat politik itu bisa lebih cermat dalam membadakan antara mana yang bisa dikategorikan sebagai sebuah kritik, dan mana ucapan yang sebenarnya tergolong kepada mencaci dan memaki.

Jangan sampai ada pihak lagi yang dalam ucapannya justru melontarkan banyak kalimat serta tindakan yang sama sekali tidak memiliki dasar lanasan konkret, namun justru menunjukkan ketidakberadaban seperti halnya ungkapan dari Rocky Gerung terhadap Presiden Jokowi.*

Penulis adalah kontributor Jendela Baca Institute Jakarta