FGD PWI dan Polda Kepri

Ketua PWI Kepri Tekankan Pentingnya Kode Etik Jurnalistik Cegah Penyebaran Hoaks
Oleh : Aldy Daeng
Rabu | 11-10-2023 | 16:36 WIB
FGD1.jpg
acara Focus Group Discussion (FGD) dengan tema 'Optimalisasi informasi publik guna menciptakan situasi aman terbebas dari berita hoax menjelang pemilu tahun 2024' yang digelar PWI Kepri dan Polda Kepri. (Aldy/BTD)

BATAMTOTODAY.COM, Batam - Menjelang tahun politik atau pemilihan legislatif (Pileg) dan pemilihan presiden (Pilpres) pada 2024 mendatang, Ketua Persatuan Wartwan Indonesia (PWI) Provinsi Kepri, Candra Ibrahim, menekankan pentingnya penerapan kode etik jurnalistik dalam menangkal informasi hoaks.

Hal tersebut disampaikan dalam acara Focus Group Discussion (FGD) dengan tema 'Optimalisasi Informasi Publik Guna Menciptakan Situasi Aman Terbebas dari Berita Hoax Menjelang Pemilu 2024', yang diprakarsai oleh Persatuan Wartwan Indonesia (PWI) Kepri dan Polda Kepri, di Hotel Asialink Batam, Rabu (11/10/2023).

Candra menyampaikan, media atau pers itu bekerja dengan pedoman UU pers No 40 tahun 1999 dan taat dengan kode etik jurnalistik serta kode perilaku wartwan yang menjadi standar moral.

"Ada 11 pasal kode etik jurnalistik, kalau berpegang di sini dan UU no 40 tahun 1999, maka tidak ada media yang akan menyebarkan hoax," ucapannya.

Dijelaskan Candra, saat ini media konvensional mendapat tantangan baru dari media online yang lahir 10 tahun yang lalu. Akan tetapi media online sudah mendapat tantangan baru sebagai media konvensional dari segala macam sosial media.

Saya yakin Wartawan-wartawan disini sudah UKW dan media-medianya juga hampir 98 persen terverifikasi. Tentu kita berharap kedepan tidak ada lagi media-media yang menyebarkan berita bohong," ungkapnya.

Venomena yang tejadi sekarang ini, kata Chandra, media konvensional dikelilingi oleh belantara media sosial yang memberikan informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan. Dan itu seolah-olah pemilik akun memberikan informasi bahwa yang mwreka upload itu adalah berita.

Menurutnya, disaat terjadi viral di media sosial, maka disitulah letak dan fungsi wartawan, bagaimana menyampaikan ke publik, agar tidak terjadi salah arti di masyarakat.

"Pers atau media bisa menjadi clearance house atau menjadi pembersih dari berita hoax. Jangan terbalik, informasi dari media sosial yang kemungkinan besar hoax kita jadikan berita, justru kita yang mengcover informasi media sosial itu, kita saring cari kebenaran, sehingga masyarakat faham mana yang hoax mana yang tidak," paparnya.

Sementara, Kabid Humas Polda Kepri, Kombes Pol Zahwani Pandra Arsyad, mengatakan, hoax menjadi masalah umum yang paling dihindari pada zaman modern ini. Mengingat, banyak oknum yang menyebarkan informasi atau berita bohong pada masyarakat untuk berbagai tujuan.

Meskipun, kampanye anti-hoaks sudah tersebar di mana-mana, tetapi masyarakat masih dikelabui akan informasi hoaks. Hal ini disebabkan karena masyarakat masih sulit dalam membedakan jenis-jenis hoaks. Khususnya menjelang tahun-tahun politik di 2024.

Disebutkannya, bahwa 'Berita Hoax diciptakan oleh orang pintar tapi Jahat. Dan dosebarluaskan oleh orang baik tapi bodoh'.

Untuk itu, edukasi kepada masyarakat akan bahaya penyebaran hoaks ini sangat penting. Mengingat, Hoaks ini bertujuan untuk membuat opini, menggiring opini, membentuk opini, hingga untuk bersenang-senang dengan menguji kecerdasan dan kecermatan pengguna media sosial.

Oleh kerena itu, pihaknya meminta kepada awak media untuk bisa menjadi garda terdepan sekaligus menjadi agen pemutus hoaks dan berita bohong melalui memberitakan hal-hal yang mengedukasi serta memberikan pencerahan kepada masyarakat. Terlebih lagi dalam momen tahun politik.

"Masyarakat harus dibimbing untuk menjadi sosok yang bijaksana dan cerdas dalam bermedia sosial sehingga terhindar sebagai korban hoaks. Sehingga masyarakat jangan mudah terpengaruh oleh berita-berita yang tidak jelas kebenarannya. Sebelum menyebar berita, cari tahu dulu kebenarannya. Jadi kritis, bangun literasi digital. Smart-lah menggunakan media. Jadi Saringlah sebelum disharing," paparnya.

Pada momen tersebut, Wadir Intelkam Polda Kepri AKBP Pol Wawan Irawan mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk menyukseskan pemilu 2024 guna menjaga kamtibmas di Provinsi Kepri.

Dimana dunia saat ini sudah memasuki era baru, informasi menjadi salah satu arus utama dalam peradaban dunia. Kondisi ini pun, secara tidak langsung dan lambat laun membentuk pola masyarakat dimana informasi menjadi komoditas utama.

"Meningkatnya informasi, ternyata tidak selalu berefek positif bagi masyarakat. Salah satunya, adalah maraknya informasi bohong atau hoaks yang secara sadar atau tidak sudah menjangkiti ranah dunia maya. Bukan hanya tertipu dengan kabar bohong, fenomena hoaks juga berimplikasi pada memunculkannuya konflik horizontal," jelas Wawan Irawan.

Oleh karenanya, Wawan menambahkan, hoaks kini menjadi salah satu 'penyakit utama' dari efek dunia maya yang penetrasinya dari waktu ke waktu kian meningkat seiiring aktifnya penggunaan internet dan media sosial itu sendiri.

Dan menjelang pemilu 2024 ini, berita hoaks kini sudah tidak bisa dipisahkan. Bahkan kecendrungannya bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi juga di berbagai negara.

"Oleh karena itu, kegiatan Focud Group Discussion ini sangat penting guna bersama-sama berpartisipasi, menyatukan persepsi, dan ikut serta dalam menjaga kamtibmas yang aman dan damai. Khususnya menjelang pemilu 2024 mendatang," pungkasnya.

Editor: Yudha