Siswa SMAN 27 Kecewa Tak Bisa Ikut Turnamen Futsal, Kepsek: Hanya Miskomunikasi, Kita Siap Dukung
Oleh : Aldy Daeng
Jumat | 29-09-2023 | 16:36 WIB
Kepsek-sman27.jpg
Kepsek SMAN 27 Kecamatan Sagulung Kota Batam, Paizal Amri (Kanan, Baju biru) saat menemui siswa yang menggelar aksi. (Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Batam - Guru dan sejumlah siswa SMAN 27 Kecamatan Sagulung, Kota Batam kecewa karena sekolah tidak mendukung kegiatan siswa mengikuti turnamen futsal yang digelar Politeknik Negeri Batam.

Riki salah seorang guru honorer mengungkapkan kepada BATAMTODAY.COM, sebagai guru olahraga, selama ini telah melatih sejumlah siswa pada bidang olahraga Futsal. Setelah dirasa mumpuni untuk mengikuti turnamen, dan ketepatan kampus Politeknik egeri Batam akan menggelar kompetisi futsal tingkat SMA/SMK, dengan rasa bangga, para sisswa akan mengikuti kompetisi tersebut.

Namun, bukannya mendapatkan dukungan, melainkan malah mendapatkan penolakan dari kepala sekolah.

"Pak Kepsek tidak memberikan dukungan pada anak-anak untuk ikut serta pada turnamen tersebut, alasannya pun tidak jelas," ungkap Riki, Kamis (28/9/2023) sore.

Riki menjelaskan, pada hari Senin (18/9/2023) Ia sudah menyerahkan surat kepada kepala sekolah terkait rencana keikutsertaan siswa dalam kompetisi futsal melalui bidang kesiswaan. Namun, hingga beberapa hari ke dapan, Kepala Sekolah merasa tidak menerima surat tersebut.

Riki dan sejumlah siswa yang akan ikut turnamen futsal pun terus menunggu persetujuan dari kepala sekolah. Hingga pada Rabu (20/9/2023) Riki dipanggil oleh kepala sekolah dan tidak diberikan izin dengan alasan yang tidak jelas.

"Saya dipanggil kepsek, saya disalahkan, katanya saya mandai-mandai ngajak siswa ikut turnamen. Kepsek merasa tersinggung. Padahal surat kami dah serahkan pada Senin (18/9/2023)," ungkap Riki.

Kemudian, Riki memberikan informasi tersebut kepada siswa, hingga para siswa pun merasa kecewa atas tindakan kepsek tersebut. Hingga pada Kamis (21/9/2023) sejumlah siswa menggelar aksi protes di sekolah tersebut.

"Siswa menggelar aksi itu bukan tanpa alasan, mereka mendaftar ikut turnamen pakai uang mereka sendiri. Minta persetujuan saja tidak bisa dari kepsek, makanya mereka demo," terang Riki.

Riki mengungkapkan biaya pendaftaran untuk mengikuti turnamen di Poltek Negri Batam ini sebesar Rp 450 ribu. Untuk pendaftaran awal, para siswa membayar sebesar Rp 200 ribu. Dana tersebut terkumpul dari uang pribadi para siswa yang akan ikut turnamen.

"Padahal anak-anak mau ikut turnamen itu biaya sendiri. Tanpa minta bantuan dari sekolah. Itupun pak kepsek tidak mau kasi izin. Kasian siswa. Seolah kita patahkan semangat bertanding mereka," terang Riki.

Riki juga mengaku baru lebih dari dua bulan mengajar di SMAN 27 itu, namun mendapatkan SK untuk mengajar dengan kontrak satu bulan. Hingga saat ini Riki belum mendapatkan kontrak lanjutan dari sekolah. "Saya dikontrak satu bulan satu bulan. Tapi belum ada SK lanjutan," ungkapnya.

Selain masalah turnamen futsal, Riki juga merasakan kejanggalan pada penjualan buku Lembar Kerja siswa (LKS) pada sekolah tersebut. Menurutnya, di saat pemerintah sedang menerapkan kurikulum merdeka, di isi lain SMAN 27 masih membebankan siswa dengan membeli LKS.

Harganya berkisar Rp 15 hingga Rp 20 ribu / LKS. Ada 16 jenis LKS yang mesti dimiliki siswa untuk bisa mengikuti pelajaran. Bahkan ada beberapa siswa yang tidak mampu membayar LKS tersebut. Dan iapun terkadang membantu siswa yang tidak mampu beli dengan uang pribadinya.

"Hasil penjualan LKS disetor kepada guru bernama Hernia, kemudian Herlina menyetorkan kepada kepala sekolah," pungkasnya.

Terpisah Kepala sekolah SMAN 27, Paizal Amri mengungkapkan, terkait masalah futsal itu sudah clear, disaat siswa melakukan aksi di SMAN 27, Ia sedang ada kegiatan di Kecamatan Belakang Padang.

"Demi anak-anak saya rela membatalkan kegiatan saya. Saat aksi, saya tanya langsung kepada anak-anak apa permintaannya , mereka Jawab mau ikut turnamen. Saya bilang lanjutkan ikut kita dukung, dan para siswa tepuk tangan," ungkap Paizal Amri, melalui sambungan telepon, Jumat (29/9/2023).

Paizal melanjutkan, aksi yang dgelar oleh siswa disebabkan adanya miskomunikasi antara guru oleh raga dengan dirinya. Menurutnya, Ia tidak mengetahui lebih awal terkait keikutsertaan siswa pada turnamen futsal tersebut. Sebelum aksi siswa, Rizal merasa informasi yang diberikan oleh Riki terkesan mendadak, terlebih sekolah SMAN 27 terbilang sekolah yang baru, dan butuh banyak pertimbangan termasuk pendanaan.

Iya juga menghargai atas sikap dan semangat guru olahraga (Riki) yang melatih dan memberi semangat kepada siswa. Namun, baginya semua harus ada prosedur dan sesuai kebijakan serta kemampuan sekolah.

"Saya bilang ke pak Riki, tak bisa langsung seperti ini kita juga ada prosedur. Bahkan Pak Riki mengancam akan mengundurkan diri kalau tidak jadi ikut turnamen. Saya bilang jangan begitu pak, semua ada solusinya," terang Paizal.

Terkait LKS, Paizal menyebutkan, hal itu sama sekali tidak ada paksaan bagi siswa. Terpulang kepada guru bidang studi dan siswa. "Kalau dibutuhkan silahkan, selain itu kita juga menyiapkan LKS digital untuk kemudahan siswa," pungkasnya.

Editor: Yudha