Begadang Tampung Air, Kakek 71 Tahun di Tanjunguncang Meninggal Dunia
Oleh : Irwan Hirzal
Kamis | 15-06-2023 | 12:36 WIB
kakek-71.jpg
Jasad Ja'far (71), Warga Tanjunguncang, Batu Aji, Batam, sebelum dimakamkan. (Ist)

BATAMTODAY.COM, Batam - Krisis air bersih yang berkepanjangan di Kelurahan Tanjunguncang, Kecamatan Batu Aji, Kota Batam, mulai memakan korban. Warga tidak saja jatuh sakit, tetapi hingga meninggal dunia.

Inilah yang dialami keluarga Aryati, warga Perumahan Sumberindo, Kelurahan Tanjunguncang. Ja'far, suami Aryati meninggal dunia saat begadang menampung air yang mengalir kecil di malam hari pada Rabu (14/6/2023).

Ja'far yang berusia 71 tahun mendadak jatuh saat duduk menampung air yang mengalirnya sangat kecil. Nyawanya tak tertolong sebab langsung tidak bergerak setelah terjatuh.

Informasi yang disampaikan keluarga, korban terjatuh karena kondisi fisik dan kesehatannya yang drop akibat keseringan tidak tidur di malam hari. Rutinitas begadang seperti Ja'far ini juga dilakukan oleh masyarakat di Tanjunguncang pada umumnya, namun Ja'far yang sudah lanjut usia tentu tidak sekuat warga lain yang masih muda.

"Sudah tua, jadi drop waktu nampung air. Setiap malam tak tidur. Rabu pagi meninggal dunia," ujar Aryati.

Ketua RT02 Sumberindo, Sakri Siregar, membenarkan kejadian itu. Nahas yang menimpa Ja'far ini akibat persoalan krisis air bersih yang dialami masyarakat Tanjunguncang selama ini. Warga yang jatuh sakit pun sudah cukup banyak akibat kebanyakan begadang di malam hari.

"Yang di rumah sakit juga ada. Ini karena masalah air tadi. Memang parah kondisi lingkungan kami dengan pasokan air bersih ini. Suplai mobil tanki juga jauh dari maksimal. Benar-benar menderita kami," ujar Sakri.

Dengan adanya kejadian ini, Sakri dan masyarakat di sana berharap Pemerintah Daerah ataupun pengelola air bersih di Batam segera memperbaiki aliran air ke sana. Situasi sudah cukup rumit saat ini akibat masalah air bersih ini.

"Semoga bapak ibu yang duduk di pemerintahan ataupun yang mengelola air bersih di Batam ini, bisa membuka mata melihat persoalan ini. Sudah cukup menderita kami dibuat dengan masalah air ini. Kami tak bisa pindah ke tempat lain karena ini satu-satunya rumah kami di Batam ini," ujar Karti, warga lainnya.

Editor: Gokli