TNI AL Optimalkan Patroli Laut Natuna Utara di Tengah Keterbatasan Armada
Oleh : Putra Gema Pamungkas
Selasa | 23-11-2021 | 12:20 WIB
arsyad-abdullah1.jpg
Pangkoarmada I, Laksda TNI Arsyad Abdullah. (Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Batam - TNI Angkatan Laut (AL) memiliki keterbatasan armada dalam melakukan pengawasan Kapal Ikan Asing (KIA) di Laut Natuna Utara. Akan tetapi akan terus melakukan patroli dan penindakan secara maksimal terhadap aktivitas ilegal fishing.

Aktivitas illegal fishing semakin menjadi-jadi kian hari. Bahkan, kapal asing yang rata-rata berasal dari Vietnam dan menggunakan alat tangkap pair trawl turut menyebabkan minimnya hasil tangkap nelayan lokal.

Pangkoarmada I, Laksda TNI Arsyad Abdullah melalui pesan tertulisnya menjelaskan bahwa saat ini, pihaknya sudah tidak menemukan adanya KIA Vietnam yang melakukan illegal fishing di kawasan LNU.

Meski begitu, dirinya menegaskan bahwa berdasarkan dari pemantauan Kapal Perang Republik Indonesia (KRI) dan pesawat udara TNI AL, kapal-kapal tersebut ditemukan di wilayah klaim ZEE yang belum disepakati.

"Dari hasil pemantauan KRI dan pesawat udara TNI AL yang melaksanakan operasi patroli tidak ditemukan kapal-kapal ikan Vietnam di laut Natuna Utara, namun kapal-kapal Vietnam tersebut berada di utara Landas Kontinen Indonesia," kata Arsyad, Selasa (23/11/2021).

Tidak berhenti disitu, pihaknya dalam hal ini Koarmada I juga menurunkan 5 armada KRI di kawasan tersebut untuk mencegah adanya kegiatan illegal fishing dari KIA di wilayah perairan Indonesia.

"Koarmada I menggelar 5 KRI sesuai dengan rencana operasi dari mabes TNI, kemudian dari kelima KRI tersebut kita atur. Setidaknya ada 3 sampai 4 KRI berada di laut selama 24 jam mengawasi perairan Laut Natuna Utara karena harus ada juga kapal yang melaksanakan bekal ulang secara bergantian sehingga tidak bisa seluruh KRI harus hadir bersama-sama perairan Laut Natuna Utara," ujarnya.

Dirinya juga kembali menegaskan bahwa pihaknya tidak tebang pilih dalam melakukan penindakan terhadap KIA yang melakukan kegiatan-kegiatan ilegal di perairan tersebut.

Dengan begitu, pihaknya akan menindak secara tegas dan melakukan proses hukum sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Lanjut Arsyad, melihat dari wilayah LNU yang sangat luas, diungkapkannya memang kekuatan armada yang diterjunkan pada saat ini terbilang minim. Akan tetapi hal tersebut tidak menghambat pihaknya untuk melakukan pengawasan wilayah LNU secara menyeluruh.

"Terkait dengan jumlah kekuatan kita, memang kondisi di Laut Natuna Utara tidak bisa kita mengcover seluruh wilayah Laut Natuna Utara apabila hanya 3 atau 4 KRI. Setidaknya dibutuhkan 6 sampai 8 kapal sehingga kita betul-betul mampu mengcover cakupan seluruh Laut Natuna Utara. Tapi secara tegas kami sampaikan bahwa tidak benar bahwa pengawasan pihak keamanan di Laut Natuna Utara itu longgar, karena KRI kita selalu ada disana selama 24 jam, hanya tidak mampu mengcover seluruh area Laut Natuna Utara dikarenakan keterbatasan anggaran operasi," tegasnya.

Dilokasi yang berbeda, Ketua Aliansi Nelayan Natuna (ANN), Hendri menjelaskan bahwa dalam beberapa hari terakhir, dirinya masih mendapatkan informasi adanya KIA Vietnam yang melakukan illegal fishing di kawasan LNU.

"Sepuluh hari lalu, kapal ikan Vietnam masih melakukan aktifitas illegal fishing di LNU. Untuk informasi terbaru apakah masih ada peredaran kapal Vietnam itu akan kita dapatkan informasi 2 hari lagi ketika nelayan pulang," kata Hendri.

Ia juga mengungkapkan bahwa sejak September 2021 lalu, banyak KIA Vietnam melakukan illegal fishing di kawasan LNU. Tidak hanya KIA Vietnam, namun juga KIA China yang turut dibekingi oleh Kapal Perang China di kawasan tersebut.

"Jadi memang banyaknya KIA China dan Vietnam. Betul-betul banyaknya pada saat ada kapal perang China di kawasan itu," ujarnya.

Editor: Yudha