Gantikan Tulisan MTQ Nasional XXV, Plang Museum Raja Ali Haji Mulai Dipasang
Oleh : Nando Sirait
Selasa | 21-01-2020 | 13:43 WIB
museum-raja-ali.jpg
Plang Museum Raja Ali Haji telah dipasang. (Nando)

BATAMTODAY.COM, Batam - Paket revitalisasi Museum Raja Ali Haji oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI telah mulai dipasang. Dimulai sejak tahun 2019 lalu, proyek pemasangan tersebut memakan anggaran sekitar Rp 500 juta.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Kadisbudpar) Kota Batam, Ardiwinata, menuturkan untuk proyek revitalisasi ini sendiri, tidak hanya berhenti di pemasangan plang nama yang semula bertuliskan MTQ Nasional XXV, dan diganti menjadi Museum Raja Ali Haji. Namun, juga perbaikan pada sisi lainnya seperti plafon lantai 1, area parkir, pintu, dinding, hingga penambahan unit AC.

"Itu tahap awal dulu, saat ini tulisannya memang masih berwarna putih. Nantinya akan kita hias dan ditambah lampu sehingga cantik seperti Dataran Engku Hamidah," ungkapnya, Selasa (21/01/2020).

Revitalisasi gedung bekas Astaka MTQ ini, memang sangat diperlukan karena jarang digunakan. Padahal lokasi ini selalu menjadi incaran wisatawan jika melewati Alun-Alun Engku Putri Batam Centre. Pihaknya menargetkan bulan ini pengerjaan revetalisasi museum rampung di tahun 2020.

"Kami perkirakan akhir bulan ini revitalisasi selesai. Biar kita langsung mempromosikan ke wisatawan baik domestik atau mancanegara," lanjutnya.

Selain itu, Museum Raja Ali Haji Batam mengusung konsep linimasa. Perjalanan sejarah Batam sejak masa Kerajaan Riau Lingga hingga saat ini tergambar dalam museum. Nantinya sejarah Kota Batam juga akan dituangkan dalam bentuk dua dimensi.

Foto-foto tiap masa ditempel di dinding museum secara berurutan. Dari Kerajaan Riau Lingga, Belanda, Temenggung Abdul Jamal, Jepang, masa Kemerdekaan Indonesia, Pemerintah Kabupaten Kepri, Otorita Batam (OB), BJ Habibie, lalu KotaAdministratif, masuk Sejarah Astaka, dan Khasanah Melayu.

"Termasuk masa pembangunan infrastruktur atau Batam sekarang semua bisa dilihat di sini (Museum). LAM juga akan memberikan benda-benda pusaka sejarah melayu," jelasnya.

Museum ini juga akan diisi berbagai benda yang terkait dengan kebudayaan masyarakat melayu di Batam. Seperti peralatan tradisional, upacara adat, pakaian adat, peninggalan sejarah, hingga keramik-keramik kuno.

Ardi mengatakan, kehadiran museum ini diharapkan dapat menjadi daya tarik baru bagi wisatawan. Baik wisatawan domestik maupun mancanegara. Sekaligus untuk memenuhi kebutuhan warga Batam dalam mendapatkan informasi seputar sejarah peradaban di Batam.

"Selain menjadi destinasi wisata. Museum ini juga sebagai edukasi bagi pelajar di Batam," harap pria kelahiran Selat Panjang itu.

Sebelumnya, Museum Batam yang telah terdaftar di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kini menunjukkan beberapa koleksinya yang cukup menarik. Salah satunya Bangkeng yang merupakan tempat menyimpan baju pengantin melayu yang diperkirakan berusia lebih dari 100 tahun sudah terpajang di Museum Batam di Dataran Engku Putri. Selain bangkeng atau rukop, juga terlihat peralatan rumah berbahan kuningan yang sangat khas dari kebudayaan melayu.

Seperti pahar, tempat hidangan berkaki. Kemudian semberit, tempat hidangan berkaki ukuran kecil. Selanjutnya ada talam, tempat hidangan tak berkaki. Serta sanggan atau alas dan sangku tempat air cuci tangan.

"Ini juga ada tepak sirih yang berisikan kacip untuk membelah pinang; cembul tempat pinang, gambir, tembakau, dan kapur; alas tepak yang disebut puan, serta keto tempat membuang sisa makan sirih pinang," paparnya.

Pada koleksi di sudut 'Masa Riau Lingga' juga terlihat kaki dian atau tempat meletakkan lilin. Selain itu juga terdapat embat-embat, tempat air wangi. Dan kupi, tempat menyimpan peralatan menjahit. Koleksi lain yang dimiliki Museum Batam untuk perlengkapan rumah masyarakat melayu zaman dahulu adalah belange obat periuk. Yaitu tempat untuk merebus ramuan obat-obatan. Juga terlihat tempat air basuh tangan, lekar atau alas periuk, hingga tudung saji.

"Di sisi lain museum ini juga akan ada galeri foto sejarah Batam, dari zaman Belanda sampai sekarang," paparnya.

Editor: Chandra