Pemerintah Perlu Carikan Solusi

Jika Lokalisasi Ilegal Pokok Jengkol Digusur, Bagaimana Nasib Pramuria di Sana?
Oleh : Hendra
Kamis | 03-10-2019 | 12:52 WIB
pokok-jengkol.jpg
Kawasan Pokok Jengkol, di daerah Sagulung dan Batuaji. (Foto: Hendra)

BATAMTODAY.COM, Batam - Wacana penertiban warung remang-reman atau lokalisasi ilegal Pokok Jengkol di Kecamatan Sagulung menjadi perhatian tersendiri bagi banyak pihak. Sebab, agenda ini telah masuk rencana Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Batam.

Namun eksekusi penertiban kawasan malam dengan bangunan semi permanen itu belum dijadwalkan. Hal itu karena Satpol PP Kota Batam masih fokus penertiban di titik lain.

Hal yang perlu diketahui, lokalisasi ilegal Pokok Jengkol, yang terletak di dua kecamatan yakni Sagulung dan Batuaji, dikenal sebagai tempat layanan terselubung bagi pria hidung belang dan kesepian yang butuh kehangatan berharga miring. Kegiatan malam di lokasi ini terus berlanjut karena menawarkan harga yang relatif jauh lebih murah dibanding kawasan malam lainnya.

Namun, beberapa warga di dua kecamatan tersebut, tatkala peresmian Majid Agung Sultan Mahmud Riayat Syah di kawasan Batuaji, Jumat (21/9/2019) silam, mengatakan, sudah seharunya kawasan remang-remang tersebut ditertibkan. Apalagi jaraknya juga tidak jauh dari area masjid terbesar se-Sumatera itu.

"Sudah waktunya untuk digusur. Sebab tempatnya lokalisasi itu tidak tepat, sudah beberapa kali di razia tapi tetap lanjut saja," ujar seorang warga kala peresmian.

Kepala Bidang Ketenteraman dan Ketertiban Umum (Kabid Trantib), Satpol PP Kota Batam, Imam Tohari, Jumat (30/8/2019) lalu, juga turut menyatakan, Pokok Jengkol telah menjadi kawasan incaran yang akan segera mereka tertibkan, terutama selepas penertiban di kawasan esek-esek Hyunday selesai. Namun hingga saat ini hal tersebut masih belum terealisasi.

Informasi yang berhasil dirangkum BATAMTODAY.COM, di kawasan Pokok Jengkol saat ini terdapat belasan warung sederhana namun remang remang. Di sekitar warung tersebut, perempuan malam duduk dan berdiri di pinggir jalan menyapa dan menunggu datangnya pria hidung belang untuk mereka layani atau sekadar menemani minum.

"Di pinggir jalan berjejer perempuan yang menawarkan kehangatan, bahkan tiap warung ada hingga 3 sampai 4 orang. Kalau ada belasan cafe, maka jumlah gadis malam di sana sudah ada puluhan orang," jelas seorang narasumber BATAMTODAY.COM, Kamis (3/10/2019).

Perihal kesehatan perempuan di sana juga menjadi pertimbangan narasumber. Sebab setiap malam, pria hidung belang yang berkunjung selalu gonta ganti. "Kita tidak tahu bagaimana kondisi kesehatan pengunjung cafe dan wanita penghibur di sana," terangnya.

Hanya saja, jika penggusuran kelak dilakukan, apakah bisa menyelesaikan persoalan perempuan bunga latar di sana? Mereka pastinya akan kehilangan tempat untuk mencari nafkah. Dimungkinkan juga berpindah ke tempat lain. Sementara itu jika mereka beralih bekerja di panti pijat atau massage plus-plus, maka kebanyakan wanita di Pokok Jengkol akan terkendala karena termakan usia.

Di tempat berbeda, M. Nasir, Ketua Bina Sosial Teluk Pandan Sintai, Batuaji, mengatakan, wacana penggusuran Pokok Jengkol sudah lama direncanakan pemerintah. Namun hingga kini, lokalisasi itu belum juga digusur.

"Wacana itu sudah lama, tapi sampai kini tak kunjung digusur. Dan tentunya jadi persoalan tersendiri bagi sejumlah orang yang mencari nafkah di sana," ungkapnya.

Jika mereka pindak ke lokalisasi Sintai, menurutnya, tidak memungkinkan. Karena situasi terkini Teluk Pandan jauh dari kata ramai. "Bar yang aktif beroperasi di Sintai hanya tinggal sekitar 16 bar saja dari 36 bar seyang pernah ada. Bahkan untuk hitungan tamu bisa diitung jari tiap malamnya," pungkasnya.

Lalu, jika kelak kawasan remang-remang pinggiran jalan di Pokok Jengkol jadi ditertibkan, sudah seharusnya pemerintah turut memikirkan nasib perempuan bunga latar di sana ke depannya. Jangan sampai ketika digusur lalu mereka kembali membuka tempat lainnya, seperti yang dihadapi perihal polemik ruli di Batam. Ketika digusur lalu tumbuh lagi kawasan baru untuk rumah liar.

Editor: Gokli