Pemilik 'Kolam Maut' Sei Temiang Masih Misterius, Warga Minta Segera Ditimbun
Oleh : Redaksi
Selasa | 25-06-2019 | 19:04 WIB
kolam-galian1.jpg
Kolam bekas galian yang memakan korban tiga orang bocah asal Kampung Kendal Sari, Sei Temiang. (Hendra)

BATAMTODAY.COM, Batam - Spanduk imbauan telah terpasang di lokasi 'kolam maut' Sei Temiang yang telah merenggut nyawa tiga bocah warga Kampung Kendal Sari, Kecamatan Sekupang. Namun hingga kini perusahaan pemilik kolam tersebut masih belum diketahui secara pasti.

Pantauan di lokasi, memang telah terpasang spanduk imbauan bertuliskan 'Dilarang menggunakan kolam untuk kebutuhan apapun (telah ada korban di tempat)'. Sayangnya kondisi spanduk telah tidak terpampang sempurna, dan tulisan imbauan tersebut tetap tidak memberi solusi pasti.

Keinginan masyarakat sekitar, terutama dari pihak korban agar kolam tersebut segera ditimbun karena mereka tidak ingin ada korban lainnya.

"Kita inginkan itu ditimbun, terlepas perusahaan diketahui apa tidak diketahui oleh pemerintah," ujar Andi, salah seorang pihak keluarga beberapa hari yang lalu, Jumat (21/6/2019) lalu.

Sementara, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam, melalui Kepala Bidang Perlindungan Lingkungan Hidup Amjaya mengatakan bahwa sejauh ini mereka masih belum mengetahui perusahaan di balik pembuatan kolam dari galian tanah/pasir tersebut. Namun Ia mengatakan, pihaknya telah mengambil titik koordinat keberedaan kolam, dan akan menelusurinya ke BP Batam.

"Sejauh ini belum ada kita ketahui perusahaannya. Tetapi kita sudah ambil titik koordinatnya, dan akan sampaikan suratnya ke BP Batam untuk pencarian lebih lanjut perihal perusahaan," ujarnya, Selasa (25/6/2019).

Amjaya juga mengatakan, jika perusahaan telah diketui maka DLH segara akan mempertanyakan kolam tersebut dibuat untuk tujuan apa, dan meminta pihak perusahaan memagari atau menimbunnya.

"Tidak lanjutnya, kalau memang diketahui perusahaan, akan kita minta penimbunan atau pemagaran. Namun sekarang kita belum bisa melakukannya, karena perusahaannya aja belum diketahui," tutupnya.

Editor: Yudha