Kisah Husnan, Penderita Pendarahan di Otak yang Butuh Uluran Tangan
Oleh : Hendra
Selasa | 18-06-2019 | 11:04 WIB
husnan-terbaring.jpg
Intan Komalasari (rompi Hitam), seorang staf Aksi Cepat Tanggap (ACT) Kepri saat berkunjung ke kediaman Husnan di Tiban Kampung, Sekupang, Batam. (Foto: Hendra)

BATAMTODAY.COM, Batam - Untung tak dapat diraih dan malang jua tak dapat ditolak. Itulah yang saat ini dialami Husnan. Perantau asal Dusun Lengkok, Lombok Timur, ini diketahui menderita penyakit pembekuan darah di otak.

Niat awalnya merantau ke Batam, mungkin hampir sama dengan para perantau lainnya, mencari penghidupan yang memang kadang tak bisa diraih di kampung halaman.

Di Batam, Husnan mengadu nasib sebagai seorang buruh bangunan tidak tetap alias serabutan. Dia bekerja mulai pukul 09.00 - 21.00 WIB dengan penghasilan Rp 100.000/hari.

Dengan penghasilan sebagai buruh bangunan, Husnan harus menafkahi istri dan dua orang anaknya yang masih usia sekolah. Untuk tempat tinggal, Husnan serta keluarganya memilih sebuah kamar kontrakan di kawasan Tiban Kampung.

Namun kesederhaan hidupnya kembali diuji Yang Maha Kuasa, tatkala di suatu pagi yang dingin, pada bulan Ramadhan lalu, tepatnya 27 Mei 2019 lalu, sang istri kesulitan membangunkannya untuk sahur. Hingga pukul 07.00 WIB, responnya hanya suara gumam 'hmm... hmm...'.

Dengan perasaan panik, Nur Aisya, sang istri, langsung berlari meminta pertolongan kepada tetangga. "Menurut pengakuan Nur Aisya, selama ini Husnan tidak pernah menyampaikan keluhan rasa sakit apapun," ujar Intan Komalasari, seorang staf Aksi Cepat Tanggap (ACT) Kepri, yang telah turun ke lapangan pada Senin (17/06/2019) kemarin untuk mencek keberadaan Husnan.

Hal pahit lainnya, Husnan tidak memiliki BPJS Kesehatan dan uang yang mencukupi untuk berobat. Saat kejadian, sang istri pun dibantu beberapa orang tetangga untuk langsung membawa Husnan ke Puskesmas Tiban Baru, agar segera mendapatkan pertolongan.

Dari Puskesmas Husnan akhirnya dirujuk ke Rumah Sakit Budi Kemuliaan yang berada di Kecamatan Lubukbaja. Dari keterangan dokter spesialis penyakit dalam yang menangani, akhirnya diketahui bahwa Husnan saat itu mengalami stroke akibat pembekuan darah di otak.

"Kata dokter itu menyebabkan aliran oksigen terganggu dan harus dioperasi dengan biaya Rp 50 juta," terang Intan melanjutkan informasi dari pihak keluarga Husnan.

Hingga pada tanggal 31 Mei 2019 kemarin, Husnan akhirnya bisa dioperasi melalui bantuan sebuah yayasan. Namun, biaya operasi tidak tercover penuh oleh yayasan tersebut, sehingga kini Husnan masih memiliki hutang Rp 28.480.000 di RSBK.

Meski pascaoperasi Husnan masih terbaring lemah dan tidak bisa berbicara. Namun karena aktivasi BPJS yang belum aktif, ditambah perekonomian keluarga yang tidak memungkinkan, maka pihak keluarga memilih membawa Husnan pulang.

"Pun dokter juga telah meminta pihak keluarga agar tetap membiarkan Husnan mendapatkan perawatan di Rumah Sakit. Namun karena biaya, keluarga memilih membawanya pulang ke rumah," lanjut Intan menyampaikan informasi yang dia dapatkan.

Sementara itu, ACT Kepri mengatakan membantu meringankan beban keluarga Husnan dengan cara mengumpulkan donasi melalui campaign online di kitabisa.com. Ayo! Bantu Husnan sembuh dari penyakitnya.

Editor: Gokli