Ketupat dan Tradisi Saling Memaafkan Ketika Lebaran
Oleh : Hendra Mahyudi
Rabu | 05-06-2019 | 15:28 WIB
ketupat1.jpg
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Batam - Ketupat atau juga disebut dengan Kupat merupakan panganan khas yang akan selalu kita temukan saat lebaran Idulfitri. Terhidangnya ketupat ini ternyata memiliki historis dan filosofi.

Hamis Maulana, mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya dari Universitas Negeri Yogyakarta asal Batam saat dijumpai pewarta di rumahnya di kawasan Kavling Seraya, Batuaji mengatakan bahwa kehadiran ketupat ini saat lebaran telah turun temurun dibudayakan, terutama masyarakat di pulau Jawa.

Apakah ketupat ini hanya sekadar pelengkap perayaan lebaran semata? Atau sesuatu yang memiliki nilai sejarah dan unsur filosofis tertentu? Agar tidak ahistoris, Hamis mencoba menjelaskannya.

Dari hal yang Hamis pelajari dari sumber sumber kesejarahan budaya, awalnya adalah berasal dari Sunan Kalijaga yang memperkenalkan budaya ketupat lebaran ini di pulau Jawa.

"Saat itu Sunan Kalijaga membudayakan dia bakda (pasca), yakni bakda lebaran sama bakda ketupat (kupat:Jawa)," ujar Hamis, Rabu (5/6/2019).

Biasanya Bakda Kupat ini diadakan seminggu setelah lebaran, di mana warga mengayam ketupat dan setelah itu diisi beras dan direbus. Ketupat yang telah matang tersebut itulah yang nantinya akan dihantarkan ke orang yang lebih tua sebagai lambang kebersamaan dan permohonan maaf.

"Kan dalam terminologi bahasa Jawa, kupat atau ketupat itukan memiliki makna 'ngaku lepat' (mengakui kesalahan) dan 'laku papat' (empat tindakan)," lanjutnya.

Ngaku lepat ini biasanya diimplementasikan dengan tradisi sungkeman, yakni sebuah tradisi yang mewakili budaya hormat kepada yang lebih tua, bersikpat rendah hati, memohon maaf dengan cara bersimpuh.

"Sementara itu kalau 'laku papat' empat tindakan dalam perayaan Lebaran, di antaranya yakni: Lebaran, Luberan, Leburan, Laburan," jelas Hamis.

'Lebaran' berarti usai berakhirnya waktu puasa. Asal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar.

'Luberan' yakni meluber atau melimpah, yakni ajakan bersedekah untuk kaum miskin, seperti mengeluarkan zakat fitrah menjelang lebaran.

"Leburan itu bermakna habis atau melebur, yakni pada momen Lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis, oleh karena itu menjelang lebaran umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain," terang Hamis.

"Sementara itu Laburan asal katanya labur atau kapur. Kita pasti tahukan kapur yang biasa digunakan untuk penjernih air maupun pemutih dinding. Nah makna filosifisnya yaitu supaya manusia selalu menjaga kesucian lahir dan batin satu sama lain," pungkas Hamis.

Jadi, sudakah anda saling meminta maaf dan saling memaafkan dihari yang fitri ini?

Editor: Yudha