Kumpul Akhir Pekan Sembari Berkolase Ria di Samadengan Artspace Cafe
Oleh : Hendra
Senin | 03-06-2019 | 11:16 WIB
koase-ria.jpg
Pesta Kolase di Samadengan Artspace Cafe, Baloi. (Ist)

BATAMTODAY.COM, Batam - Dari pada gabut tak karuan, lebih baik akhir pekan diisi dengan kegiatan kreatif. Hal ini yang menjadi dasar Samadengan Artspace Cafe membuka workshop kolase alias college art bersama para pengunjung yang hadir.

"Jadi kita di sini tidak sekadar ngopi-ngopi bae," ujar Dadang, pengelola Samadengan Art Space Cafe yang berada di Kawasan Imperium Superblock, Tama Baloi, persis seberang Mapolresta Barelang.

Kegiatan bertajuk 'Pesta Kolase' ini langsung dipimpin oleh Meidi, Rizky dan Oka. Tiga orang yang bisa dikatakan seniman kolase di Kota Batam.

Dibuka dengan perkenalan singkat tentang apa itu kolase, sembari mencotohkan dan lanjut dengan proses kreatif yang ditunggu yakni, membuat kolase kita sendiri.

Berbicara singkat tentang kolase, Meidi mengatakan, kolase baginya adalah sebuah karya seni bebas dengan platform media yang biasa menggunakan media cetak, berupa koran, majalah, komik, dan buku bergambar lainnya yang dipadukan sedemikian rupa hampir menyerupai kliping.

"Tetapi overall, bagi saya yang terpenting dari sebuah karya kolase itu bukan bentuk fisiknya, tetapi secara subtansial makna yang mau disampaikan oleh si pembuat karya itu," ungkap Meidi menerangkan di sela-sela kegiatan, kepada BATAMTODAY.COM, Minggu (02/05/2019) malam.

Meidi menambahkan, sejauh yang dia pahami kolase merupakan salah satu jenis karya seni tertua yang pernah ada. Di mana di suatu tempat di Italy, yakni Kota Venice sekitaran abad ke-17, tatkala kota tersebut menjadi garda terdepan dalam industri percetakan.
Saat itu juga seni kolase menjadi berkembang pesat dan merambah kawasan Eropa, seperti Perancis, Inggris, Jerman dan lainnya. "Itu pendeknya hal yang saya pahami tentang kolase dari hasil membaca sejarahnya di Internet. Benar apa gaknya ya seperti kata ustadlah, wallahu alam aja. Yang penting jangan sampai ahistoris amatlah," paparnya sembari tertawa.

Dari beberapa sumber, diketahui seni kolase ini memang menjadi media yang banyak digemari, bahkan oleh beberapa kalangan seniman dunia, seperti: Pablo Picasso; Georges Braque; dan Max Ernest, yang juga dikenal dengan karya lukis memakai teknik kolase kertas, kain dan berbagai objek lainnya.

Sementara itu, Henri Mattise, juga salah satu seniman yang beralih kepada seni kolase ketika jari-jari tangannya terserang arthritis sehingga tak mampu melukis lagi.

Sementara itu, Meidi mengatakan, pertama kali dia berkenalan dengan kolase saat melihat cover album Napalm Death yang Smear Campaign dan Scum. Juga di album Disclose yang Tragedy.

"Pertama kali ngelihat itu, seperti Disclose, nampilin kolase dengan ilustrasi pembantaian saat perang Vietnam. Tragedi yang disampaikan sangat sampai ke saya pribadi, terutama tentang mass destruction, abandoned corpse, mass burial. Mereka menyampaikan tragedi tersendiri lewat karya kolase," paparnya.

Sementara percakapan semakin menuju tensi tertingginya, kegiatan juga semakin larut. Beberapa karya peserta yang hadir telah banyak yang mulai dipanjang di space tersedia dengan jepitan jemuran unik dari kekayuan.

"Tentang kegiatan kita hari ini, cukup sangat menarik dan menyenangkan. Antusiasme yang hadir cukup layak diapresiasi, terutama buat peserta bernama Tino yang karyanya cukup unik. Di acara ini saya juga mendapat banyak teman baru," tandasnya.

Editor: Gokli