Penghuni Rusunawa Pemko I Tanjunguncang Keluhkan Tetap Bayar Beban Meteran Air
Oleh : Hendra Mahyudi
Jum\'at | 29-03-2019 | 11:40 WIB
SUPLAI-AIR.jpg
Mobil water canon keplisian menyuplai air ke Rusunawa Tanjunguncang. (Foto: Hendra).

BATAMTODAY.COM, Batam - Krisis air bersih berkepanjangan menimbulkan kekecewaan tersendiri bagi penghuni rumah susun sederhana sewa (rusunawa) Pemko Batam I, Tanjunguncang. Meski air jarang hidup, namun mereka tetap dibebani biaya meteran air dengan kisaran Rp 40 ribu setiap bulannya.

Sugianto, Ketua RT 03/RW 22 rusunawa yang berada di kelurahan Tanjunguncang tersebut mengatakan, hal ini dirasakan semua penghuni rusunawa, sebab semua hunian memiliki 1 meteran air tersendiri.

Sehingga, meskipun air tak mengalir sekitar tiga bulan lamanya, mereka tetap rutin membayar biaya beban meteran tiap bulannya. Hal ini menjadi keluhan tersendiri bagi penghini rusunawa, karena merasa adanya perlakuan tak adil.

Banyak warga mengeluhkan, hak untuk mendapatkan layanan air hingga ke dalam rumah (hunian) tak pernah mereka rasakan.

"Kenyataan ini yang membuat sebagian penghuni menyerah, keluar dengan perasaan sakit hati. Ya gimana enggak, air tak pernah ngalir tapi tiap bulan bayar terus. Di mana keadilan buat kami di sini," ujar Sugianto, Kamis (28/03/2019) kemarin.

Kekecewaan yang sama hampir dirasakan penghuni yang masih bertahan hingga saat ini. Meskipun sudah melaksanakan kewajiban membayar biaya beban meteran hingga melakukan aksi protes ke pihak ATB, namun belum ada solusi yang pasti. Air masih tetap ngandat dan mereka masih harus bekerja keras mendapatkan pasokan air.

Untuk dapat pasokan air bersih, kadang penghuni rusun harus rela bangun lebih awal dan antri mengambil air di bak penampungan utama. Tidak hanya di sana saja, mereka juga harus memikul air dengan galon atau wadah penampungan ke tempat hunian mereka, baik di lantai dasar, dua, tiga ataupun empat.

Tak hanya itu, air yang diperebutkan warga di bak penampungan utama tiap blok tidak semuanya dipasok oleh pihak ATB melalui mobil tanki, namun belakangan ini mulai turun bantuan dari instansi seperti kepolisian.

Pihak ATB sendiri hanya menyuplai dua tanki perhari sehingga tidak mencukupi. Bahkan, jika hanya mengharapkan suplai dari pihak ATB saja, keributan masih tak terelakan sebab semua penghuni rusun berebutan mendapatkan pasokan air.

"Bagaimana tak ribut, airnya sedikit. Warga banyak. Yang tak dapat pasti protes," lanjutnya.

Sementara itu, Wijanarko Iksa, Humas ATB saat dikonfirmasi pewarta mengatakan, mereka akan mengoptimalisasikan suplai air melalui solusi jangka pendek, dengan penyaluran mobil tangki air ke wilayah-wilayah yang kekurangan tersebut.

"Dan solusi jangka menengah akan dilakukan pekerjaan proyek pemindahan water treatment plant Pla (WTP) Tanjungpiayu ke WTP Mukakuning untuk menambah kapasitas WTP Mukakuning," ujarnya saat dikonfirmasi pewart via Whatsap.

Editor: Chandra