Siswa SMA SMA IT Imam Syafi'i Ceramahi Anggota BNN Kepri
Oleh : Redaksi
Jumat | 30-03-2018 | 12:20 WIB
Andre-Maulana.jpg
Andre Maulana, siswa SMA IT Imam Syafii Nongsa Batam saat berkhutbah. (Foto: Ist)

BATAMTODAY.COM, Batam - Ada suasana yang berbeda saat khutbah salat Jumat, 23 Maret 2018 lalu di masjid Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Kepri. Biasanya, penceramah Jumat di masjid ini disampaikan orang tua, tapi justru sekarang disampaikan siswa SMA di Batam.

Adalah Andre Maulana, salah satu SMA IT Imam Syafii Nongsa Batam menjadi tamu istimewa di masjid ini. Dia dipilih menjadi khatib salat Jumat di masjid tersebut. Sejatinya, menjadi khatib khutbah Jumat bukan perkara yang mudah. Sebab diperlukan kesiapan mental, pengayaan materi, dan keluwesan dalam menyampaikan khutbah.

“Perasaan saat menyampaikan khutbah pertama kali Jumat 23 Maret 2018 berjudul, Racun Maksiat itu, muncul gerogi, gemetar, dan takut. Ini karena baru pertama kali berdiri di atas mimbar,” ujar Andre Maulana, siswa kelas XI SMA IT Imam Syafii Nongsa Batam, yang merupakan salah satu bagian unit pendidikan dari Yayasan Islam Al Kahfi Batam, Senin (26/3/2018).

Menurut siswa yang menimba ilmu di Jalan Hang Lekir Nomor 2 Sambau Nongsa Batam itu, menjadi khatib khutbah Jumat tidak mudah. Sebab berbicara di hadapan banyak orang dengan latar ilmu agama yang beda akan timbul rasa gerogi dan ada persanaan takut dalam menyampaikan. Meski demikian, hal ini bisa dilatih supaya menjadi terbiasa.

Latihan ini tentu saja dilakukan sesering mungkin dengan bimbingan guru yang sudah ahli di bidangnya. Untuk mengantisipasi rasa gugup dan gerogi, jauh-jauh hari dirinya sudah berlatih dan menyusun materi semaksimal mungkin. Selain itu, dia juga berlatih khutbah sendiri sebelum tampil di mimbar sesungguhnya.

“Sebenarnya motivasi khutbah pertama ini bukan keinginan saya sendiri. Saya masih belum punya mental berbicara di depan khayalak. Ada seseorang yang selalu memotivasi saya agar terus maju dan berdiri di atas mimbar untuk menyampaikan khutbah Jumat,” ujar siswa asal Kabupaten Natuna yang sedang menimba di sekolah itu.

Dijelaskannya, pada khutbah pertama, yakni pembukaan (mukaddimah) terasa agak sulit mengucapkan lafaz-lafaz bahasa Arab. Ini muncul karena rasa gerogi dan seperti “demam panggung”. Namun, ketika memasuki bagian isi khutbah, dirinya sudah mulai menguasai keadaan, merasa nyaman, dan rasa gerogi hilang begitu saja.

“Pertama-tama ya gerogi dan kaku mau menyampaikan mukaddimah. Alhamdulillah lama-lama bisa lancar dan semua ini atas bantuan Allah Subhanahu Wata ‘Ala. Saya mengajak para remaja untuk dapat berperan aktif memakmurkan masjid, berani tampil dengan berbekal ilmu agama yang baik dan benar untuk menyampaikannya kepada kaum muslimin,” ujar Andre Maulana.

Salah seorang guru SMA IT Imam Syafii Nongsa Batam mengatakan, seorang pendakwah tidak harus seseorang yang sudah tua. Para anak muda dapat juga berdakwah sesuai kemampuannya masing-masing. Hal ini terbukti dengan khutbah Jumat yang disampaikan Andre Maulana, anak didiknya di sekolah itu.

“Walaupun dia masih SMA dan muda, Andre Maulana membuktikan bahwa dirinya mampu berdakwah sesuai dengan kemampuannya. Di mulai dengan berdakwah melalui mimbar khutbah Jumat. Sudah seharusnya generasi muda (anak-anak Jaman NOW) mencontoh perilaku terpuji Andre ini,” ujar seorang guru yang enggan disebutkan namanya.

Masih menurut guru pembimbing Andre Maulana, dia berpesan kepada semua umat Islam agar menyebarkan syariat Islam dengan penuh semangat, khususnya kaum remaja. Dengan kehadiran pendakwah-pendakwah berusia remaja, Islam akan berjaya. Sebab tongkat estafet dakwah diteruskan kepada generasi muda yang mumpuni.

Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Batam, Muhammad Santoso mengatakan sangat mengapresiasi anak-anak muda yang berani tampil berdakwah. Meskipun baru dimulai melalui mimbar khutbah Jumat. Untuk itu, Muhammad Santoso berharap, generasi muda harus terus meningkatkan kelimuan agamanya dan meneruskan tongkat estafet dakwah.

“Kami sangat mengapresiasi dengan sudah mulai tumbuhnya generasi-generasi Islami, diharapkan ke depan bukan hanya dapat menyampaikan khutbah, akan tetapi dapat memberikan kontribusi lebih terhadap pengembangan dakwah di Batam ini,” ujar Muhammad Santoso.

Dikatakannya, sekolah-sekolah yang berbasis Islam dapat lebih mempersiapkan diri, baik dari sisi keilmuan, referensi dalam rangka menciptakan kader-kader muda pejuang dakwah, dan bagi anak muda yang telah berani tampil dakwah. Selain itu, agar lebih meningkatkan pengetahuannya dengan mencari referensi-referensi keilmuan yang terus-menerus.

“Pendakwah bukan hanya menyampaikan materi-materi keilmuan, akan tetapi dapat juga memilah materi-materi yang tidak menimbulkan perdebatan di masyarakat (umat). Jangan menyampaikan materi yang bersifat khilafiyah, semoga kita semua dapat lebih mempersiapkan generasi-generasi penerus perjuangan dakwah di Batam ini,” imbau Muhammad Santoso.

Editor: Dardani