Penangkapan Kapal Sunrise Glori Pembawa Sabu Seberat 1,3 Ton

Laut Timur Sumatera Masih Jadi Jalur Favorit Penyelundupan Narkoba
Oleh : Nando Sirait
Sabtu | 10-02-2018 | 17:25 WIB
bb-sabu-1-ton.jpg
Inilah penampakan barang bukti sabu seberat 1 ton lebih oleh TNI Angkatan Laut dari Kapal MV Sunrise Glory, Rabu (7/2/2018) lalu. (Foto: Nando Sirait)

BATAMTODAY.COM, Batam - Penangkapan shabu seberat 1 ton lebih oleh TNI Angkatan Laut dari Kapal MV Sunrise Glory, Rabu (7/2/2018) lalu, membuktikan bahwa jalur timur garis pantai Indonesia, masih menjadi favorit para sindikat narkoba dalam memasok narkoba ke Indonesia.

Hal ini disampaikan langsung oleh Deputi Pemberantasan Narkoba Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia, Irjen Pol Arman Depari. Dalam press release penangkapan shabu 1,029 ton sabu, yang digelar di dermaga Mako Lanal Batam, Batu Ampar, Sabtu (10/02/2018).

"Ini menunjukkan negara kita menjadi target pasar sindikat Internasional. Walau pelan - pelan bisa kita tekan dan hilangkan pasar nya, dengan menangkap barang bukti sebesar ini," tuturnya.

Menurutnya, beberapa Negara seperti Iran, Afrika Barat, dan Nigeria sebagai lokasi sindikat pemasok narkoba. Saat ini sudah mulai merasa kesulitan, dan mulai melihat pasar lain selain Indonesia.

"Tapi beberapa Negara Asean seperti Malaysia, Taiwan, China, Filipina, dan Thailand masih gencar dalam mencoba memasok narkoba ke Negara kita," lanjutnya.

Bahkan menurut data yang ada, jalur timur laut Sumatera menjadi daerah favorit para sindikat. Dimana 80 persen perdagangan gelap sendiri, masih melalui jalur transportasi laut.

"Jalur rawan yang harus di waspadai seperti perairan Aceh sampai Lampung, serta perairan Kalimantan dan Pantai Barat Kalimantan. Tapi kita juga harus waspada, apabila nanti para sindikat ini semakin bergeser ke arah Timur Indonesia," tambahnya.

Masih lemahnya sistem pemberantasan Narkoba di Indonesia sendiri, menjadi salah satu faktor para sindikat Narkoba masih melirik Indonesia sebagai pasar penjualan mereka.

"Saat ini China sendiri sudah sangat keras terhadap peredaran narkoba di negara nya. Duterte di Filipina kita lihat bagaimana perlakuan nya terhadap bandar Narkoba. Karena mereka disana mulai kehilangan pasar, makanya saat ini mereka gencar masuk ke Indonesia," ujarnya.

Bahkan pasar di Indonesia yang sangat besar, karena jumlah penduduk nya 40% merupakan generasi muda yg potensial. Dan kemajuan ekonomi Indonesia yg saat ini 5,1%, membuat para sindikat narkoba menganggap Indoneaia menjadi pasar yang potensial.

Dengan menggunakan istilah "dimana ada gula disitu asa semut". Arman mengajak seluruh stakeholder, serta masyarakat Indonesia dapat berperan aktif dalam menghancurkan sistem keuangan para sindikat narkoba.

"Cara-cara seperti ini, merupakan salah satu cara bagaimana kita hancurkan sistem keuangan mereka. Selain nanti bisa dirusak dengan mengungkap cara mereka dalam melakukan pencucian uang," paparnya.

Selain itu, Arman juga menyampaikan rasa terima kasih nya kepada para personil TNI Angkatan Laut, yang langsung merespon adanya informasi yang mereka berikan hingga berhasil mengagalkan peredaran Narkoba ini.

Editor: Dardani