PLN Batam dan Warga Kavling Mulia Kabil Panen Kangkung
Oleh : Redaksi
Jum\'at | 02-02-2018 | 10:38 WIB
panen01.jpg
Warga Kavling Mulia, Kelurahan Kabil, Nongsa bersama PLN Batam panen sayur kakung, setelah mengembangkan komposter (alat pembuat pupuk kompos dari sampah organik). (Istimewa)

BATAMTODAY.COM, Batam - Komposter, alat manual pembuatan pupuk kompos dari sampah organik yang dikembangkan bright PLN Batam bekerjasama dengan Duta Pudak Lestari di Kavling Bukit Mulia, Kelurahan Kabil, Kecamatan Nongsa membuahkan hasil. Di mana, 56 kepala keluarga yang menjadi kader pelatihan di sana, telah mendapat manfaat dari alat tersebut.

Tepat pada Kamis (1/2/2018), setelah enam bulan program komposter dilakukan, para kader yang telah mendapat pelatihan melakukan panen sayur kakung bersama PLN Batam. Ini, salah satu bentuk kepedulian bright PLN Batam terhadap masyarakat dan lingkungan sekitar yang diwujudkan dalam pelaksanaan tanggung jawab sosial atau yang juga dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR).

Manager Humas bright PLN Batam, Bukti Panggabean, dalam sambutannya mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam program ini. Terutama pihak RT, RW dan kelurahan hingga kecamatan yang berperan aktif untuk mendukung terlaksananya program 'Batam 1000 Komposter' (B1K).

"Kegiatan ini membuktikan pemerintah sangat peduli dan mendukung program komposter," kata Bukti.

Selain itu, Bukti juga mengapresiasi semangat ibu-ibu kader yang mengikuti pelatihan karena sangat bersemangat untuk berkarya yang dimulai dari rumah sendiri. "Pekarangan atau halaman rumah yang kecil bukan halangan bagi kita untuk berkarya, kita dapat melakukan sesuatu yang bermanfaat dan positif bagi keseharian kita. Kalaupun benih yang kita tanam belum cukup untuk keperluan komersil, tetapi dapat dikonsumsi sendiri," katanya.

Dengan adanya kegiatan tersebut, lanjut Bukti, masyarakat diajarkan untuk mengolah sampah organiknya sehingga dapat dimanfatkan sebagai pupuk. "Kami harap ibu-ibu tetap semangat dan kami ucapkan terima kasih atas apresiasinya, ke depan kita tetap mendukung program komposter ini," tutup Bukti.

Ami, salah satu kader, warga Kavling Bukit Mulia mengatakan, program komposter sangat bermanfaat. Ami yang dalam kesehariannya berjualan nasi uduk sebagai sumber pendapatan sangat terbantu mengurangi dan mereduksi volume sampah di rumahnya.

"Sebelum ada program ini, saya buang sampah sisa berjualan ke TPS terdekat setiap hari. Tetapi sekarang saya mendapatkan ilmu yang bermanfaat dari program komposter ini, terutama dalam memperoleh pupuk dari sampah rumah tangga yang bisa dimanfaatkan menyuburkan tanaman," Ami.

"Dari awalnya kita tidak tahu mengelola sampah menjadi kompos menjadi tahu, bisa menanam," imbuhnya.

Sementara itu, pengagas 'Batam Seribu Komposter', Indira terkesan dengan apa yang sudah dilakukan warga Kavling Bukit Mulia. "Saya terkesan dengan masyarakat di sini semangatnya luar biasa, bahkan komposter yang kita berikan bisa dimanfaatkan dua sampai tiga warga," katanya.

Dari pengalaman sebelumnya, Indira mengaku panen sayur organik dilakukan sebulan sekali. Namun di kavling Bukit Mulia panen bisa seminggu sekali.

Menurutnya, dari kegiatan tersebut dapat menekan sekitar 70 persen reduksi sampah, namun jika di area tersebut memiliki bank sampah jumlah akan lebih besar.

"Kalau ada bank sampah bisa sampai 90 persen, saat ini yang kita tekan hanya sampah organiknya saja," ujarnya.

Masih kata Indira, dengan adanya kegiatan itu dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai manfaat dari sampah organik dan menumbuhkan kesadaran agar dapat mengelola sampahnya sendiri. "Karena kalau pemerintah sendiri tidak sanggup," katanya.

Program 'Batam 1000 Komposter' mereduksi sampah langsung dari sumber melalui proses pemilahan dan pengampasan serta bertujuan membangun kemandirian pangan dan energy berbasis limbah. Diharapkan melalui program komposting ini bright PLN Batam dapat membantu program pemerintah untuk mereduksi sampah dengan 3R (Reuse,Reduce,Recycle) serta turut ambil bagian dalam membangun nilai tambah dari sampah dan juga dalam menciptakan masyarakat swadaya pangan dan pemberdayaan masyarakat di bidang lingkungan.

Semoga semangat dan kebiasaan ini dapat berlangsung secara berkelanjutan serta dapat ditularkan dan diadopsi daerah-daerah lainnya.

Editor: Gokli