Pak Presiden, Program 'Tol Laut' Hanya Untungkan Pengusaha
Oleh : Alfredi Silalahi
Senin | 09-05-2016 | 15:13 WIB
tol-laut-anambas.jpg

Kapal angkutan yang disebut Tol Laut. keberadaannya dinilai tak mampu menurunkan tingginya harga barang di Anambas. (Foto: Alfredi Silalahi)

BATAMTODAY.COM, Tarempa - Poros Maritim yang digagas oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo yaitu "Tol Laut" dengan tujuan memperlancar ‎pendistribusian barang pokok ke daerah-daerah, ternyata hanya bermanfaat bagi pengusaha yang ada di Anambas. Sudah enam kali "tol laut" beroperasi ke Anambas, namun harga barang pokok semakin mahal.

Salah satu ibu rumah tangga, Nur warga Tanjung, Kecamatan Siantan mengeluhkan harga beras dan gula yang setiap bulannya terus meroket. Sangat disayangkan, "tol laut" tersebut hanya untuk memperkaya para pengusaha di Anambas.

"Minggu yang lalu sudah mulai naik lagi harga beras dan gula. Kalau beras, naik Rp 10.000 per karung tapi ukuran yang 10 kilogram,dari harga sebelumnya per karung itu Rp 130.000,namun sekarang menjadi Rp 140.000, bahkan ada yang mencapai Rp 150.000. Tetapi itu beras belum bermutu bagus, mungkin lebih mahal. Kalau gula,‎naiknya Rp 1.000 per kilogramnya," keluhnya, Senin (9/5/2016).

D‎i tempat lain, Acai yang membuka warung kopi, juga mengeluhkan kenaikan harga barang tersebut. Menurutnya,selama enam kali "tol laut" yang sudah beroperasi ke Anambas, sama sekali tidak mempengaruhi harga pasar. Padahal, "tol laut" membawa barang langsung dari Jakarta, serta ongkosnya telah disubsidi oleh Pemerintah Pusat.

"Fungsi "tol laut" ini,sama sekali tidak bermanfaat bagi masyarakat, tetapi menguntungkan para pengusaha. Sudah berkali-kali ke Anambas, harga toh saja makin mahal. Yang ada menyengsarakan masyarakat. Karena kita butuh, maka dibeli, jadi kesannya karena terpaksa. Salah satu contoh,saya sudah biasa beli beras cap Citra Mandiri, bahkan sebelum ada "tol laut" saya sudah beli itu. Sekarang ada "tol laut", harganya malah makin mahal," terangnya.

Sementara itu, pemilik salah satu toko yang menjual kebutuhan pokok, mengatakan pihaknya sama sekali tidak meraup untung banyak dari penjualan beras dan gula tersebut.

"Kami beli sudah mahal, tentu kami jualnya ambil untung, paling kencang untungnya Rp 1.000. Kalau tidak balik modal, siapa yang mau nombok," kata pria yang enggan disebutkan namanya ini.

Editor: Dodo