Warga Anambas Tolak PT KJJ, Ini Alasannya...
Oleh : Alfredi Silalahi
Kamis | 05-05-2016 | 11:58 WIB
pembibitan_karet.jpg

Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Tarempa - Kehadiran PT Kartika Jemaja Jaya (KJJ) semakin ditolak masyarakat, bahkan Bupati Kabupaten Kepulauan Anambas, Abdul Haris secara pribadi juga menolaknya.

Sangat tidak logis, tujuan PT KJJ untuk melakukan areal perkebunan di Pulau Jemaja, mengingat luas daratan di Anambas hanya 2 persen. Bahkan telah tertera dalam Undang-undang no 27 tahun 2007, tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil.

Ketua Umum Gerakan Peduli Masyarakat Indonesia (Gaperindo) Provinsi Kepri, Darfiet, berpesan agar masyarakat tidak terprovokasi terkait hadirnya PT KJJ, yang berniat membuka perkebunan karet di Pulau Jemaja seluas 3.605 hektare dan mengingat luas daratan hanya berkisar 6300 hektare di Anambas.

"Kalau boleh, kedua pihak di Pulau Jemaja tidak terprovokasi atas kehadiran PT KJJ itu. Jangan sampai perang moral berubah menjadi perang fisik. Saya pribadi menilai sikap mendukung dan menolak merupakan hal yang lazim terlebih pada zaman demokrasi seperti sekarang ini," katanya Rabu (4/5/2016).

Ia sangat mengapresiasi sikap Haris yang menolak kehadiran PT KJJ tersebut. Dia beranggapan potensi kelautan perikanan serta pariwisata sangat berpotensi di Anambas.‎Adanya aktivitas tidak membuat perusahaan sudah bisa beroperasi. Karena, ada tahapan serta perizinan yang harus dilalui.

‎"Berbicara hutan ini persoalan yang serius, terlebih untuk pulau seperti Jemaja. Pak Bupati melihat ke arah sana, termasuk niat Pak Bupati untuk mengembangkan sektor parwisata pada sejumlah daerah di Anambas. Itu yang harus didukung. Kami pun mengimbau kepada masyarakat, khususnya masyarakat Jemaja untuk bisa berpikir bijak serta tidak terprovokasi pada sejumlah oknum yang akhirnya muncul konflik antar sesama masyarakat,‎" tegasnya.‎

Sebelumnya,Bupati Kabupaten Kepulauan Anambas, Abdul Haris mengatakan, pihaknya berambisi untuk mengembangkan sektor pariwisata di Anambas, dan membangun tanpa merusak lingkungan‎. Dia berharap masyarakat dapat membuka usaha yang kreatif, yang nantinya untuk modal dapat dibantu Pemerintah.

"Layak atau tidaknya PT KJJ beroperasi,saya pribadi mengatakan itu tidak layak. Namun kita disini mencari solusi dan mencari jalan tengahnya. Dan sebentar lagi Bandara Jemaja akan mulai beroperasi, dari situ juga masyarakat bisa bekerja, intinya kreatif,seperti membuat cinderamata, ukiran atau lukisan dan lainnya. Kalau masalah investor, kita juga mau merekrut semuanya, tetapi yang tidak merusak hutan kita," tegasnya.

Haris juga menyampaikan,i nvestor yang datang membuat nyaman tanpa merusak tali persaudaraan. Bila hutan tersebut dibabat, potensi air minum akan semakin menurun, karena penyangganya telah ditebang.

"Kita harapkan,investor yang datang itu dapat mempererat tali persaudaraan. Kita tidak menginginkan yang terjadi saat ini, yang ada pro dan kontra, tentu pemerintah tidak akan diam," jelasnya.

Amir Fikri, Ketua Forum Komunikasi Pembangunan Jemaja Timur mengatakan, hadirnya lokasi pembibitan ini memberikan dampak positif pada masyarakat baik di Kecamatan Jemaja Timur maupun Kecamatan Jemaja.‎

Ia pun menegaskan, area pelepasan seluas 3.605 hektare sampai saat ini belum tersentuh oleh perusahaan yang selama ini dituding berniat mengambil hasil hutan Jemaja yang diketahui merupakan kayu dengan kualitas nomor satu.

"Sampai saat ini, perusahaan belum sedikit pun menggunakan area kawasan yang dilepaskan oleh Menteri Kehutanan pada tahun 2011 itu," terangnya.‎

Editor: Dodo