Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Menengok Aksi Wakil Indonesia saat Festival Asia-Afrika di Mesir
Oleh : Redaksi
Rabu | 20-09-2017 | 20:02 WIB
Indonesia-di-mesir.gif Honda-Batam
Indonesia ikut meramaikan acara festival Asia- Afrika: Cinema, Arts and Tourism yang digelar di kota wisata Sharm el- Sheikh (Sumber foto: KOMPAS.COM)

BATAMTODAY.COM, Kairo - Indonesia ikut meramaikan acara festival Asia- Afrika: Cinema, Arts and Tourism yang digelar di kota wisata Sharm el- Sheikh, sekitar 700 kilometer arah tenggara Kota Kairo.

Acara yang digelar pada 14-20 September tersebut diikuti 23 negara Asia-Afrika, dan berlangsung atas kerja sama Pemerintah Mesir, Organisasi Solidaritas Bangsa-Bangsa Asia Afrika, Dream Arts, dan dua lembaga swadaya masyarakat Mesir.

Indonesia yang dinobatkan sebagai tamu kehormatan diwakili KBRI Kairo. Mereka menurunkan tim seni budaya dalam acara tersebut.

Indonesia juga menyuguhkan dua film Indonesia untuk diputar bersama film-film dari 23 negara Asia Afrika lainnya, yaitu film "Aisyah Biarkan Kami Bersaudara", dan film "The Mirror Never Lies".

Beberapa tari daerah dan seni bela diri silat yang dibina dan dikembangkan oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan KBRI Kairo, tampil memukau di depan publik Mesir.

Acara diawali dengan video pendek Wonderful Indonesia, dilanjutkan dengan Tari Gelang Balian yang diiringi musik Gamelan yang ditampilkan oleh kelompok tari Sekolah Indonesia Cairo (SIC).

Disusul, tarian Dara Juanti, oleh Sanggar Tari Kinanah, dan para pendekar Seni Beladiri Silat muncul dengan jurus-jurus dan aksi-aksi yang indah serta menegangkan. Tampilan ini disajikan dengan koreografi dan musik yang khas.

Lalu, ada pula tari Lenggang Nyai yang menampilkan gerakan-gerakan yang indah gemulai. Kelompok tari SIC tampil kembali manggung dengan Tari Abyar. Sementara Sanggar Tari Kinanah dengan Tari Piring. Acara kemudian ditutup dengan Medley Nusantara oleh semua anggota tim.

Ketua penyelenggara Helmy Al-Hadidi menyatakan Festival ini diselenggarakan untuk saling mengenal, saling berbagi, dan membuka dialog kebudayaan dan pengalaman seni budaya antar negara-negara peserta.

Al-Hadidi yang juga Ketua Organisasi Solidatitas Bangsa-Bangsa Asia Afrika, menyebut acara ini pun berguna untuk mendukung kefahaman dan solidaritas kebudayaan antar bangsa Asia Afrika.

Al-Hadidi lalu menjelaskan alasan Indonesia dipilih sebagai tamu kehormatan dalam fesitival ini.

Menurut dia, Konferensi Asia Afrika Bandung di tahun 1955 menjadi sejarah tersendiri antara Mesir dan Indonesia, khususnya perananan penting kedua tokohnya, yaitu Presiden Gamal Abdul Naser dan Soekarno.

Konferensi itu yang melahirkan solidaritas bangsa-bangsa Asia Afrika dan melahirkan gerakan non-blok.

Selain itu, juga karena Pemerintah RI melalui KBRI di Kairo telah berperan secara aktif dan positif dalam berbagai pementasan, pengembangan, dan pembelajaran seni, kebudayaan, serta bahasa Indonesia di Mesir.

Duta Besar RI untuk Mesir, Helmy Fauzy, menerima penghargaan sebagai tamu kehormatan dalam acara tersebut.

Dia  mengatakan, antara Indonesia dan Mesir memiliki hubungan yang sangat istimewa, di mana Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia.

Tahun ini, hubungan diplomatik antara kedua negara tepat berusia 70 tahun. Sebelumnya, pada 30 Agustus lalu, tim seni budaya Indonesia juga tampil dalam acara peringatan 70 tahun hubungan Indonesia-Mesir. Dua negara tersebut resmi menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1947.

Dalam acara tersebut, Indonesia menampilkan tari Piring dan tari Putri Dara Juanti, oleh mahasiswi dari sanggar tari Kinanah, serta tari Abyar dan gamelan yang dipertunjukkan oleh para guru dan siswa Sekolah Indonesia Cairo (SIC).

Tim pencak silat Tapak Suci juga naik ke panggung dan unjuk kebolehan dalam memeragakan jurus-jurus bela diri dalam balutan musik dan koreografi yang apik.

Adapun seni budaya Mesir yang ditampilkan, antara lain tari Kegembiraan Petani, tari Pemuda Port Said, tari Tanurah, tari Pedalaman, tari Nubah, dan tari Mesir yang Indah.

Kegiatan belajar seni dan budaya Indonesia di Mesir dilaksanakan di tiga lokasi, yaitu di Pusat Kebudayaan Indonesia (Puskin) dan Fakultas Bahasa dan Terjemah Universitas Al-Azhar di Kairo.

Lalu satu tempat lainnya dalah di Pusat Studi Indonesia di Universitas Suez Canal di Ismailia. Saat ini, total ada 400 pemuda Mesir belajar Bahasa Indonesia, dan 280 orang belajar seni bela diri.

Selain itu ada 15 orang belajar seni tari dan musik tradisional Indonesia di tiga pusat studi tersebut. Seluruh program tersebut diselenggarakan oleh KBRI Kairo secara gratis.

Sumber: Kompas.com
Editor: Udin