Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Penyelundup Diyakini Main Mata dengan Aparat, Termasuk Pemain Mobil dari Singapura
Oleh : Irwan Hirzal
Rabu | 21-09-2016 | 10:02 WIB
mobiltangkapanpolair.jpg Honda-Batam

Mobil bekas yang diselundupkan dari Singapura. (Foto: Ist) 

BATAMTODAY.COM, Batam - Siapa bilang arus barang selundupan ke Batam menyusut? Tidak! Buktinya, barang-barang seken berupa pakaian, elektronik, hingga mobil terus saja masuk dari Singapura. Jajaran Ditpolair Mabes Polri telah membuktikannya saat berpatroli menggunakan kapal BKO KP Bisma 8001.

Barang-barang selundupan tersebut, tentu keluar dari negara tetangga Singapura sudah menjadi barang bekas atau seken. Karena mobil di negara tersebut memiliki batas lama pamakaian. Hal itulah yang dimanfaatkan para mafia kendaraan roda empat untuk meraup untung yang lebih banyak dalam melakukan penyelundupan.

Dari Singapura keluar menggunakan dokumen tanpa surat alias bodong. Namun ketika packing list atau manifest sesuai dengan asal barang. Tapi di tengah perjalanan, permainan itu muncul. Saat berlayar nahkoda kapal akan mengganti manifest dan packing list.

"Penyelundupan itu biasanya menggunakan container door to door, itu cara main yang lebih halus. Tinggal bermain dengan aparat setempat," kata sumber yang merupakan mantan pemain mobil di Batam, kepada BATAMTODAY.COM, Selasa (20/9/2016).

Nantinya, lanjut sumber, para mafia itu akan berkoordinasi dengan pihak Bea Cukai setempat. Apakah barang yang terdata di manifest itu masuk jalur hijau atau merah. Kalau jalur hijau tentu barang yang masuk melalui pelabuhan resmi dan tidak lewat dari pemeriksaan petugas.

"Fasilitas jalur hijau, hanya perusahan yang sudah terdafar atau sudah kenal dekat dengan petinggi Bea Cukai. Kapal kita lewat tidak akan dicurigai apalagi ditangkap. Kalau jalur hijau mereka tidak dilakukan pemeriksaan, contohnya masuk dan bongkar muat melalui pelabuhan resmi. Modusnya banyak, bisa meletakkan ban di bagaian depan sementara di belakang barang selundupan mobil. Itu permainannya secara halus dan sudah melibatkan para oknum," kata pemain kendaraan ini di era 2000-an ini.

Ia pun menjelaskan, penyelundupan empat mobil yang digagalkan Polair Mabes Polri itu tergolong permainan pedagang kaki lima. Mereka para mafia hanya dibekingi segelintir aparat hukum. Tentunya penyelundupan itu dilakukan tidak melalui pelabuhan resmi bongkar muat.

"Pasti itu bongkar muatnya di pelabuhan rakyat (tikus), itu permainan kelas kaki lima. Semakin diawasi bukan semakin baik, tapi barang-barang makin mahal. Aturan dibuat sebagus apapun tapi oknumnya bermain percuma saja, sehingga keistimewaan fasilitas FTZ tidak pernah dirasakan masyarakat Batam. Itu dampak permainan mafia penyelundupan," terang sumber.

Editor: Dardani