Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Ternyata Pura-Pura Bahagia di Medsos Bisa Bikin Stres
Oleh : Redaksi
Selasa | 25-09-2018 | 17:04 WIB
medsos12.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Kebanyakan dari kita pasti punya salah satu akun media sosial. Entah itu Facebook, Twitter, hingga Instagram.

Platform ini dijadikan sebagai alat untuk menunjukkan eksistensi diri. Tak sedikit juga orang berlomba menampilkan segala yang mereka punya agar telihat hebat.

Unggah pose tersenyum, berlibur dan tampilkan wajah bahagia kerap kali kita lakukan. Tapi apakah kita benar-benar bahagia melakukannya?

Melansir dari The Independent, media sosial sudah banyak merenggut korban khususnya kesehatan mental para remaja perempuan.

Menurut sebuah organisasi, hanya seperempat perempuan muda dari rentang usia tujuh hingga 21 tahun sering mengekpresikan kebahagiaan mereka di media sosial.

Selain itu, 59 persen perempuan muda berusia antara 11 hingga 21 tahun mengatakan bahwa media sosial adalah salah satu penyebab utama stres di kalangan anak perempuan.

Girlguiding menyurvei 1.903 gadis dan perempuan muda berusia antara tujuh dan 21 ini sebagai bagian dari penelitiannya.

Temuan dari penelitian ini menyoroti dampak yang dapat ditimbulkan stres pada kesehatan mental. Di mana 50 persen di antaranya mengaku memiliki perasaan tidak bahagia secara negatif memengaruhi kesehatan mereka.

Amanda Medler, pemandu utama di Girlguiding, mengatakan bahwa tindakan yang harus diambil untuk lebih memperhatikan kesehatan mental yang secara teratur ialah dengan tidak melihat komentar negatif.

"Bukan hal yang baik jika seorang gadis sudah sering merasa tidak bahagia, itu akan berpengaruh pada mentalnya, apalagi jika terjadi secara bertahun-tahun," katanya.

Jadi sekarang ialah waktu yang tepat untuk organisasi, sekolah, pemerintah bertindak, dan menyarankan mereka untuk hidup dengan bahagia, imbuhnya.

Izzy (17 tahun) anggota panel advokasi Girlguiding, percaya bahwa anak perempuan yang merasa tidak bahagia perlu diyakinkan bahwa suara mereka akan didengar dan ditanggapi dengan serius.

"Perempuan yang bisa lebih mengomunikasikan tentang kesehatan mentalnya kan lebih optimis menghadapi masa depan," terangnya.

Sumber: Nova.id
Editor: Yudha