Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Berwisata dengan Secangkir Kopi Merapi
Oleh : Redaksi
Jum\'at | 20-04-2018 | 18:04 WIB
kopi-merapi.jpg Honda-Batam
Kedai Kopi Merapi di Dusun Petung, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Kahupaten Sleman, DIY. (Foto: Republika/Wahyu Suryana)

BATAMTODAY.COM, Sleman - Kabupaten Sleman memang memiliki begitu banyak potensi wisata. Selain kecantikan alam dan keindahan budaya, secangkir Kopi Merapi turut memiliki potensi wisata kuliner besar dan selama ini seakan tersembunyi di balik megahnya Gunung Merapi.

Untuk menikmati Kopi Merapi, masyarakat dapat pula mendapatkan pengalaman seru merasakan goncangan mengendarai jip wisata Merapi dari Tlogo Putri Kaliurang. Kedai Kopi Merapi milik Sumijo jadi salah satu alternatif yang bisa dikunjungi.

Kedai Kopi Merapi Sumijo sendiri berada di Desa Petung, Kepuharjo, Cangkringan. Dari penutusan Sumijo, Desa Petung ternyata memang disiapkan untuk menjadi Desa Wisata Kopi.

Alasannya, karena belum ada kebun kopi yang cukup luas dan subur di Desa Petung. Sayangnya, sebelum sempat dibuka dan diresmikan, kedai itu sudah terlebih dulu terkena bencana erupsi Merapi 2010 lalu. "Setelah erupsi kita bersihkan semua, dan baru kita buka lagi pada 2012," kata Sumijo.

Seiring berjalannya waktu, Kopi Merapi kembali menunjukkan daya tariknya, makin dikenal dan disukai masyarakat. Bahkan, wisatawan yang mengunjungi kedainya bisa mencapai 10 ribu orang per bulan.

Tidak tanggung-tanggung, omset yang bisa dihasilkan Kedai Kopi Merapinya bisa mencapai Rp 180 juta per bulan. Angka itu rasa-rasanya sangat masuk akal jika sudah melihat ramainya kedai pada akhir pekan. "Kalau hari libur gitu sering tidak muat sini tempatnya," ujar Sumijo.

Meski begitu, Sumijo terus melakukan inovasi-inovasi demi bisa menarik wisatawan. Salah satunya diwujudkan dengan membuat destinasi wisata baru dengan konsep Wisata Edukasi Kopi.

Ia menuturkan, melalui Wisata Edukasi Kopi, wisatawan akan diajak melihat proses pembuatan kopi. Mulai dari budidaya, pengolahan sampai teknik-teknik penyeduhan kopi. "Nanti pengunjung juga bisa camping, outbond dan tracking dengan tema kopi," kata Sumijo.

Kabid Holtikultura Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Sleman, Edi Sri Harmanto merasa, Kopi Merapi memiliki keunggulan dibandingkan kopi-kopi lain. Selain cita rasa yang khas, Kopi Merapi dinilai lebih halus.

Edi berpendapat, kehalusan yang ada dikarenakan Kopi Merapi itu berasal dari biji-biji kopi yang ditanam di kawasan tanah vulkanik. Terutama, kawasan vulkanik milik Gunung Merapi.

Walau sebelum erupsi luasnya 500 hektare, kini kebun kopi Merapi hanya memiliki luas 350 hektare yang terdiri dari 300 hektare robusta dan 50 hektare arabika. Namun, itu semua terbukti tidak menghalangi daya tarik Kopi Merapi.

"Kopi Merapi ini tingkatannya sudah mencapai 8,5 ya, padahal pada umumnya kopi tingkatannya 7-7,5," ujar Edi.

Sumber: Republika
Editor: Dardani